Berita Viral

Kisah Lengkap Driver Ojol Surabaya Dapat Orderan Fiktif: Bayar Barang 250 Ribu, Sisanya Top Up Saldo

Berikut adalah kisah lengkap seorang driver ojek online Surabaya yang mendapat orderan fiktif senilai Rp 400 ribu hingga terduduk sambil menangis.

Editor: Akira Tandika
Kolase Surya.co.id
Driver Ojol Surabaya dapat orderan fiktif. 

SURYA.CO.ID - Berikut adalah kisah lengkap seorang driver ojek online Surabaya yang mendapat orderan fiktif senilai Rp 400 ribu hingga terduduk sambil menangis.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang driver ojol mendapat orderan fiktif senilai Rp 400 ribu dengan sistem pembayaran COD.

Driver Ojol yang tidak diketahui namanya itu, diminta untuk membayar barang berupa frozen food seharga Rp 250 ribu.

Tak hanya itu, dia juga diminta untuk melakukan top up saldo e-wallet senilai Rp 150 ribu.

Ketika sang driver sampai di alamat tujuan, rupanya pemilik rumah itu tidak merasa pesan apapun dari orang bernama Nova Yulia.

Baca juga: Sosok Juara AFI Diteror Tagihan Fiktif Rp 1,8 Juta usai Unduh Aplikasi Pinjol, Padahal Tak Pinjam

Sang pemilik alamat yang dititikkan ke rumahnya pun bingung dan merasa tidak memesan order Ojol.

"Tolong dong @Gojek Indonesia kalo orderan dalam jml besar pembayaran lsg gopay mau sampai kpn begini.. bs2 rumah sy jd langganan orderan fiktif.. #gojek #gojekindonesia #orderanfiktif #fakeorder #fakeorders #fakeordergojek," Tulis pemilik akun Tiktok @randy.gragaz.

Ternyata dibalik tangisan Ojol tersebut menyimpan kisah hidup yang pilu.

Driver Ojol tersebut mengaku terpaksa berhenti kuliah dan bekerja sebagai ojek online untuk membantu membayar utang ibunya.

Baca juga: Kasus Kredit Fiktif Rp 10,9 M di Bank Negara Diterima Kejari Jember, 1 Tersangka Belum Ditahan

"Sebenarnya saya juga masih kuliah saya berhenti karena mau bantu nyelesain utang ibu," kata Driver Ojol tersebut sambil menangis.

"jadi masnya ini dapat orderan fiktif Rp 400 ribu lebih, sudah sama top up ovo, dia dari Manuan terus orangnya kirim poto rumah saya dari gojek," kata @randy.gragaz.

Setelah di cek kontak customer tersebut bernama Nova Yulia.

Pemilik rumah pun mengecam tindakan pelaku order fiktif yang membuat driver Ojol kehilangan rezekinya.

"Nova, kamu ini kurang ajar banget, kamu ngerjain orang, ini gojeknya habis uang Rp 400 ribu dan kamu mengatasnamakan rumah saya," terangnya.

Di akhir video, pemilik rumah memberikan rezeki kepada sang driver Ojol tersebut.

Unggahannya itu pun ramai mendapat atensi dari publik. Tak sedikit yang terenyuh dengan kejadian yang dialami sang Ojol.

"laki2 kalo sudah nangis tandanya sangat mulia kan ortunya," kata GAMET

"Sy prnh nanya sm Driver Gojek, klo dpt orderan Fiktif itu mereka Claim ke Gojek dpt ganti koq..."kata Alghiez Rifai.

"Harusnya dibuat aja peraturan kl pembelian diatas 100rbu cm bisa pembayaran non tunai gt pake gopay misalnya, kasus gini udh bnyak bgt, kasian drivernya," kata Be Happy.

Finalis AFI Dapat Tagihan Fiktif

Awalnya, Veri mengunduh aplikasi pinjaman online (pinjol) untuk jaga-jaga modal usaha. 

"Saya tidak tahu mana yang legal dan mana yang ilegal, dan apa bahayanya pinjol ilegal selain bunga yang tinggi," kata Veri AFI, dikutip dari Tribunnews.

Ia kemudian melakukan verifikasi. 

Setelah mengunduh, ia mengurungkan niatnya untuk meminjam di aplikasi pinjol tersebut, lantaran tenor yang sangat besar.

Sayangnya, niat itu justru berubah menjadi petaka untuk Veri AFI.

Ia tiba-tiba diteror habis-habisan.

Data pribadi Veri AFI yang sudah tersimpan, ternyata dimanfaatkan oleh oknum aplikasi pinjol untuk melakukan penipuan.

Veri kemudian mendapat tagihan, padahal ia tak meminjam sepeser pun.

"Mulai dapat teror tagihan fiktif pertama itu tanggal 14 Desember. Awalnya saya pikir hanya percobaan oknum biasa, lalu ketika saya abaikan dia mulai mengirimkan data foto KTP dan foto wajah," urai Veri.

"Di situ saya merasa ini mulai serius. Saya tanya kapan pinjamnya karena saya tidak pernah meminjam dan tidak pernah dengar nama aplikasinya," lanjutnya.

Takut akan data pribadinya disebarluaskan Veri berusaha untuk membayarnya.

Namun keesokan harinya, ia justru banyak menerima tagihan fiktif lainnya.

Bahkan, Veri mengklaim menerima uang yang tidak jelas darimana.

"Keesokan harinya mulai banyak tagihan-tagihan fiktif serupa, di situ saya mulai mengecek history mobile banking saya. Ada beberapa jumlah uang yang masuk beberapa hari sebelumnya," ungkap Veri.

"Di tanggal 21 pagi saya mendapat tagihan fiktif dengan nama Dana Emas, setelah chat panjang akhirnya saya bayarkan via transfer mobile banking," lanjutnya.

Tidak berhenti di situ, aplikasi lainnya kemudian ikut memberikan tenor kepada dirinya dan terus mendapatkan modus pemerasan. 

"Di hari itu saya menemukan satu aplikasi induk dengan nama KREDIT DIGITAL, didalamnya saya memiliki satu aplikasi pinjaman dengan nama produk/pendanaan/aplikasi MUDAH CEPAT," kata Veri.

"Terus dia mengancam akan sebar data dan mengancam akan memanipulasi data saya di banyak aplikasi," sambungnya.

Kembali Veri membayarkan uang senilai Rp 1,8 juta.

"Di sini dia mengakui/membocorkan cara kerja liciknya. Akhirnya saya mentransfer uang sejumlah Rp 1.800.000," sambungnya.

Setelah dikembalikan uang yang masuk ke rekeningnya, Veri lebih lanjut mengecek aplikasi induk KREDIT DIGITAL.

Hasilnya, dia menemukan dua aplikasi pendanaan yang mencatat pinjaman fiktif yaitu Mudah Cepat dan Uang Bank.

Dengan begitu Veri menyimpulkan aplikasi tersebut dapat memasukkan data orang lain ke beberapa aplikasi lainnya untuk disebar.

"Bisa beneran mentransfer uang ke rekening kita tanpa persetujuan kita, bisa juga tidak transfer tapi di aplikasi dimasukkan data pinjaman," ungkapnya.

Veri kemudian berencana membuat laporan polisi atas dugaan penyebaran data tersebut di Polres Bogor, Jawa Barat.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved