Berita Viral

Sosok Sukma Wahyudin yang Kini Sukses Jadi Dokter Kepresidenan, Dulu Jualan Asongan untuk Kuliah

Perjuangan Sukma Wahyudin hingga jadi dokter kepresidenan ternyata penuh dengan rintangan. Dulu jualan asongan untuk biaya kuliah.

Kompas.com
Dokter kepresidenan Sukma Wahyudin. Dulu Hidup Susah Jualan Asongan untuk Kuliah. 

SURYA.co.id - Perjuangan Sukma Wahyudin hingga jadi dokter kepresidenan ternyata penuh dengan rintangan.

Sukma sempat terkendala biaya untuk kuliah.

Ia terpaksa harus jualan asongan untuk biaya kuliahnya.

Perjuangan panjang Sukma kini terbayarkan.

Ia menjadi dokter pribadi dan menjadi bagian dari dokter kepresidenan Presiden Joko Widodo sejak tahun 2014.

Baca juga: Sosok Putri Jenderal Bintang 2 yang Diisukan Jadi Calon Istri Mayor Teddy, Lulusan Luar Negeri

Lahir di Sukabumi pada 26 Juni 1967, dr. Sukma berasal dari keluarga sederhana.

Tekadnya untuk menempuh pendidikan tinggi tak surut meski harus berjualan rokok asongan di pinggir jalan.

Sukma merupakan putra seorang pensiunan polisi berpangkat Peltu yang selalu gigih untuk mengenyam pendidikan tinggi di kota besar, di luar Sukabumi.

Berawal menjalani sekolah dari SD hingga SMA di Sukabumi, Sukma melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran Undip Semarang, lalu melanjutkan ke Unhas Makassar di Program Pendidikan Spesialis Saraf dan Magister Biomedik.

Sukma mengejar pendidikan terakhir di ilmu manajemen UNJ Jakarta dengan titel S3 (doktor) di tahun 2023. Saat kuliah di Undip Semarang, dr Sukma sedikit menceritakan kenangan pahitnya dalam menuntut ilmu yang tak terlupakan.

"Ya saat itu tahun 1986 setelah lulus SMA karena tidak punya biaya kuliah, mengumpulkan uang dengan berjualan pedagang rokok asongan dipinggir jalan ke arah Jampang Kulon, karena saking ingin kuliah di kedokteran," ungkap Sukma, melansir dari Kompas.com.

"Karena minta ke orang tua tidak mungkin. Tapi sambil jualan saya belajar soal soal untuk masuk ke Perguruan tinggi.

Dan alhamdulillah tahun 1987 lulus ujian Sipenmaru di Fakultas Kedokteran Undip Semarang," kisahnya.

"Waktu kuliah pun jadi asisten dosen di Bagian Biokimia. Kemudian tahun 1992 menjadi mahasiswa yang ikut program Perwira beasiswa ABRI Angkatan V.

Jadi waktu Koas atau Dokter muda, saya sudah berangkat Letnan Dua," tambah Sukma, ayah dari empat anak yang salah satunya kuliah di fakultas kedokteran UNS Surakarta.

Baca juga: Rekam Jejak Irjen Purn Basaria Panjaitan Perwira Polwan yang Pernah Jadi Wakil Ketua KPK

Kemudian, Sukma lulus dari FK Undip tahun 1994 dan langsung mengabdi sebagai dokter TNI AU sampai sekarang.

Sebagai informasi, riwayat kepangkatan diraih dr. Sukma mulai dari Letda di tahun 1992 hingga Marsda TNI AU di tahun 2023.

Berkat kerja keras dan kegigihannya, dr. Sukma berhasil meraih gelar dokter dari Universitas Diponegoro Semarang.

Tak berhenti di situ, dr. Sukma melanjutkan pendidikan spesialisasi Saraf di Universitas Hasanuddin Makassar dan magister Biomedik.

Dia bahkan meraih gelar doktor ilmu manajemen dari Universitas Negeri Jakarta di tahun 2023.

Perjalanan akademisnya yang inspiratif tak lepas dari peran dr. Sukma sebagai dokter TNI AU.

Dia mengabdi di institusi tersebut sejak tahun 1994 dan telah meraih pangkat Marsekal Pertama TNI AU.

Dedikasi dan profesionalitasnya mengantarkan dr. Sukma dipercaya sebagai dokter pribadi Presiden Joko Widodo dari tahun 2014 hingga 2019.

Hingga saat ini dr. Sukma masih menjadi anggota tim dokter kepresidenan RI.

Di awal Maret tahun 2020, dr. Sukma ikut bergabung dengan tim pokja Universitas Pertahanan dalam pendirian program S1 di fakultas kedokteran dan Farmasi.

Baca juga: Nasib Mujur Bocah Kembar Usia Dibully karena Kumpulkan Rongsokan, Dapat Hadiah Spesial dari Prabowo

"Saya membantu pendirian fakultas kedokteran dan Farmasi. Waktu itu saya dinas sebagai Kepala Lakespra.

Ya ikut membantu membuat kurikulum FK, stuktur organisasi, membuat kerja sama dengan Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada dan Unair, juga perekrutan dosen-dosen FK," jelas dr. Sukma.

"Pendirian Fakultas kedokteran, Farmasi, MIPA dan Fak Teknik merupakan perintah Bapak Menhan, saya hanya membantu mewujudkan saja karena waktu itu tidak berdinas di Unhan," jelas suami dr. Aminah Fitria yang kini tinggal di Halim, Jakarta Timur.

Setelah itu, di bulan Maret 2023 ia dipercaya menjadi wakil Rektor Unhan bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Dia berpesan dan memberikan tips sederhana untuk meniti karir pendidikan hingga kerja.

“Selalu mensyukuri apa yang diberikan Allah kepada kita," pungkasnya.

Anak Pedalaman Jambi Jadi Dokter Kepresidenan

Sebelumnya, sosok dokter Chandra jadi sorotan setelah kisah hidupnya yang inspiratif viral.

Dokter Chandra tak pernah membayangkan dirinya yang berasal dari pedalaman Jambi, tepatnya di Desa Lubuk Kepayang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, bisa menjadi dokter kepresidenan. 

Baca juga: Biodata Kahiyang Ayu Anak Presiden Jokowi yang Dikukuhkan Jadi Tokoh Nasional Padang

Menurut dokter Chandra, meski ia berasal dari pedalaman, tak membuatnya bermalas-malasan.

“Saya memang dari kampung, tapi disiplin dan kerja keras membawa saya menjadi tim dokter kepresidenan,” kata dokter Chandra, dikutip dari Kompas.com, Rabu (27/9/2023).

Ia kemudian menceritakan kisah hidupnya hingga menjadi satu-satunya tim dokter pribadi wakil presiden dari sipil yang biasanya ditempati dokter dari TNI-Polri.

Saat itu, kata dokter Chandra, ia bertemu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika melakukan medical check up di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Chandra lantas dipercaya oleh atasannya, untuk menangani Wapres JK.

“Saya dipercaya oleh Pak JK untuk menjadi dokter tim kesehatan Pak JK."

"Kemudian lanjut, saya masuk TIM dokter Kepresidenan dan menjadi dokter pribadi beliau (Wapres JK). Ketika beliau terpilih kembali bersama Pak Jokowi, ” kata Chandra.

Ketika masuk dalam tim dokter kepresidenan, Chandra bertugas selama tiga tahun, 2015-2018, untuk memastikan kesehatan Wapres JK.

“Selama tiga tahun itu saya mendampingi Pak JK Kunjugan Kerja ke berbagai daerah sampai ke luar negeri. Jadi cukup dekat dengan Pak JK,” kata lelaki yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PMI DKI Jakarta.

Baca juga: Sosok Intan Nurliana Turis Malaysia yang Beri Indonesia Rating 0, Terungkap Pekerjaan Aslinya

Selama bergaul dengan JK, Chandra senantiasa mendapat masukan agar tetap memprioritaskan pendidikan.

Sehingga pada 2022, dia dapat merampungkan pendidikan dokter spesialis ilmu anestesiologi dan terapi intensif di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.

Meskipun tak banyak terlibat obrolan secara mendalam dengan JK, Chandra banyak belajar hidup dengan JK terkait kedisiplinan, pemahaman agama, ekonomi, entrepreunership dan politik.

Tidak hanya itu, Chandra juga belajar tentang bagaimana bisa berdampak bagi kehidupan orang lain.

Sehingga ketika bergabung di PMI DKI Jakarta, Chandra memperbanyak spot-spot untuk tranfusi darah seperti unit donor darah di Jakarta Barat, Timur, Selatan, dan Kepulauan Seribu.

Tugas-tugas rutin ketika menjadi dokter kepresidenan adalah menjaga riwayat kesehatan dari JK. Sehingga tubuhnya tetap stabil di tengah aktivitas yang padat.

Tidak ada orang yang beruntung di dunia.

Keberuntungan hanya datang pada orang yang bekerja keras dan bertemu dengan waktu yang tepat. Ungkapan itu agaknya sesuai dengan dokter Chandra.

Sebagai anak kampung, Chandra tidak pernah terpikir menjadi dokter yang bertugas khusus menjaga kesehatan orang penting di Indonesia.

Baca juga: Sumber Kekayaan Willie Salim TikToker yang Borong Dagangan dan Beri Hadiah ke Kurnia Meiga

Berangkat dari keluarga sederhana, ia dituntut orangtuanya untuk disiplin dan bekerja keras, agar kesuksesan menghampiri hidup.

“Saya ketika kuliah berbeda dengan orang lain. Meskipun orangtua pegawai negeri, tapi saya kuliah itu naik angkutan umum. Fasilitas sangat terbatas, pas-pasan untuk biaya kuliah,” kata Chandra.

Setelah pendidikan Chandra masuk tahap koas, orangtuanya baru memberikan sepeda motor bekas seharga Rp 3,5 juta. Maka usai kuliah kedokteran di Universitas Malahayati Lampung dia langsung bekerja.

Orangtuanya meminta Chandra berkontribusi terhadap warga Jambi. Maka usai kuliah dia bekerja di RS Kambang, Kota Jambi. Tak lama bekerja, dia lolos sebagai dokter di RS Eka Hospital yang terafiliasi dengan Sinarmas Grup.

Meskipun gajinya terbilang tinggi, orangtua terus membujuk Chandra untuk mendaftar sebagai pegawai negeri. Dengan harapan akan banyak membantu orang lain, ketika bekerja.

Maka pada 2009, dia ikut tes pegawai negeri, sehingga masuk sebagai dokter di RSCM. Ketika bekerja di tempat inilah, dia bertemu dengan Wapres JK.

Untuk saat ini, Chandra masih mengabdi sebagai dokter di RSUP Fatmawati.

Jauh di lubuk hatinya dia menginginkan kehidupan damai di kampung halaman.

Namun keinginan itu masih belum bisa terwujud.

Desa Lubuk Kepayang, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun adalah kampung halaman. Selalu membangkitkan kenangan tentang almarhum ayahnya.

HM Yusri Jalil, sang ayah, ketika pemekaran Kabupaten Sarolangun pada 1999 dipercaya sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Masih minim fasilitas perkantoran dan belum ada pembangunan. Bahkan ayahnya tidak memiliki rumah dinas, setiap hari ayahnya bekerja bolak-balik Air Hitam-Sarolangun.

“Waktu tempuhnya bisa 1-2 jam. Apalagi kalau jalannya jelek. Jadi subuh itu ayah sudah berangkat ke kantor,” kenang Chandra.

Selain itu, kakek Chandra, Abdul Jalil adalah pasirah di masa kemerdekaan. Sedangkan bapak dari kakeknya atau buyut Chandra itu juga pasirah di Air Hitam bernama Muhammad Djimin.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved