Berita Surabaya

Pasar Besar Tiongkok dengan 1,4 Miliar Penduduk Jadi Peluang Indonesia untuk Kembangkan Hilirisasi

Guru Besar Universitas Ciputra Surabaya, Prof Dr Murpin Josua Sembiring, optimistis dengan perekokomian Indonesia

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
sulvi sofiana/surya.co.id
Guru besar Universitas Ciputra Surabaya, Prof Dr Murpin Josua Sembiring SE MSi. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pakar ekonomi internasional sekaligus Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Ciputra Surabaya, Prof Dr Murpin Josua Sembiring, optimistis dengan perekokomian Indonesia karena adanya peluang besar Indonesia -Tiongkok untuk ekspor dan investasi.

Dikatakannya, Tiongkok memiliki pasar konsumen yang sangat besar dan produk dan layanan dari Indonesia dapat menjangkau jutaan konsumen Tiongkok.

"Dalam hal kerja sama ekonomi, melalui program seperti Belt and Road Initiative (BRI). Ini membuka pintu bagi investasi dan perdagangan bilateral. Potensi Investasi sedang dan terus meningkat demikian pila kemitraan strategis sudah dan akan dijalankan," ungkapnya.

Menurutnya, penting bagi Indonesia untuk memahami pasar Tiongkok dengan baik dan mengambil langkah strategis untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Ia juga berharap Tiongkok tidak merasa serba bisa dengan penguasaan ragam jenis produksi dan teknologi yang canggih dan maju.

"Tiongkok juga harus ada niat yang tulus untuk transfer dan transformasi pengetahuan dan teknologi untuk Indonesia dan terencana untuk memproduksi teknologi tingginya. Jangan mengulangi gagalnya negara-negara maju yang mendikte bangsa Indonesia dan menciptakan ketergantungan jangka Panjang," lanjutnya.

Selain itu, kedua belah pihak harus sepakat dari awal perekonomian dua negara yang bersahabat ini dalam format yang saling menguntungkan dan menguatkan.

"Sudah waktunya Indonesia ddidukung Tiongkok secara penuh untuk mandiri punya kemampuan hilirisasi yang massip, mengunakan teknologi ragam jenis smelter untuk pemurnian emas, perak, nikel, tembaga dan memproduksi produk jadinya di Indonesia sendiri dan dijual di pasar domestik dan mancanegara," tegasnya.

Untuk diketahui Indonesia memang memiliki cadangan nikel yang sangat besar di dunia.

Sebanyak 23,7 persen dari total cadangan nikel global berada di Indonesia.

Sementara itu 70 persen nikel untuk membuat bahan Stainless steel dan Superalloy, dan 11 persen untuk baterai kendaraan lisrik.

Dengan ambisibTiongkok menguasai industri otomotif dunia dengan memproduksi kendaraan bertenaga baterai listrik, maka Tiongkok sangat berkepentingan terhadap sumber nikel di Indonesia.

"Saya berharap Tiongkok bersedia membuat pabrik baterai dan otomotif raksasanya di Indonesia," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved