Santri Banyuwangi Tewas di Kediri
IMBAS Kasus Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya, Izin Ponpes Disorot, Kemenag Dituntut untuk Perbaiki
Inilah Imbas Kasus Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya di Kediri. Izin Pon jadi sorotan. Kemenag diminta lakukan perbaikan.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Tanggapan terkait kasus kematian Bintang Balqis Maulana (15), santri asal Banyuwangi yang tewas di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri terus bermunculan.
Salah satunya datang dari Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
Menurut P3M, insiden ini tidak dapat dilepaskan dari lemahnya sistem pengawasan terhadap pesantren yang tidak berizin.
Akibatnya, kasus-kasus kekerasan di pesantren, terutama yang tidak berizin, berpotensi terus terjadi di masa yang akan datang.
Untuk itulah, Kementerian Agama dituntut segera melakukan perbaikan dalam tata kelola pesantren.
Baca juga: Misteri Sundutan Rokok di Jasad Santri Banyuwangi, Kuasa Hukum Tersangka Mambantah, Ini Kata Polisi
Salah satu caranya, menurut Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Sarmidi Husna adalah dengan mewajibkan setiap pesantren memiliki izin operasional dari Kementerian Agama (Kemenag).
”Kalau diistilahkan pesantren tidak punya izin itu seperti nikah sirih, nikah tidak terdaftar.
Pemerintah tidak bisa masuk memberikan pengawasan, dan kalau ada apa-apa [pesantren] tidak bisa diminta pertanggungjawaban,” kata Sarmidi Husna, melansir dari BBC News.
Tak Disanksi Meski Tak Berizin
Sementara ituu, nasib mujur masih memihak Pondok Pesantren Al Hanifiyyah, tempat santri Banyuwangi, Bintang Balqis Maulana (14) tewas dianiaya 4 seniornya.
Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur tidak memberikan sanksi terhadap pondok pesantren yang berlokasi di Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Baca juga: Nasib Mujur Pesantren Tempat Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya Senior: Tak Disanksi Meski Tak Berizin
Padahal, pondok presantren ini belum memiliki izin operasional memberi layanan pendidikan agama (pondok).
Kabid Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kanwil Kemenag Jatim As'adul Anam menyerahkan pada proses hukum, meski tindakan kekerasan yang berujung kematian santri itu terjadi di Ponpes di bawah Kemenag Jatim.
"Kami tidak bisa memberikan sanksi karena secara administratif belum ada keterkaitan. Kami akan lakukan pendampingan dan pembinaan," ungkap Anam.
Kemenag Jatim juga menyerahkan semua pengusutan terkait peristiwa di Ponpes itu kepada polisi.
Kemenag akan kooperatif dan membantu kelancaran proses penyelidikan.
"Biarlah masyarakat yang menilai akan keberadaan ponpes itu seperti apa," katanya.
Dijelaskan Anam, pesantren itu mulai beroperasi sejak 2014 dan memiliki 74 santri putri serta 19 santri putra.
Sebelumnya, Satreskrim Polres Kediri Kota akan memeriksa pihak pondok pesantren dalam kasus ini.
Baca juga: Sosok Pria Viral Cengar-cengir saat Antar Jasad Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya, Perannya Janggal
Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, pemeriksaan itu akan dilakukan dalam waktu dekat karena saat ini pengasuhnya masih berada di Banyuwangi.
"Waktunya nanti akan disesuaikan,” ujar AKBP Bramastyo kepada awak media seusai rekonstruksi di Mapolres Kediri Kota, Kamis (29/2/2024).
Selain pengasuh, pihaknya juga akan memeriksa seluruh anggota rombongan pesantren yang turut mengantarkan jenazah ke rumah duka di Banyuwangi pada Jumat (25/2/2024).
Pemeriksaan itu, menurut Kapolres, untuk memfokuskan pendalaman penyidikan terhadap empat orang tersangka yang ada.
Sejauh ini, masih kata mantan Koordinator Staf Pribadi Pimpinan (Koorspripim) Jawa Timur itu, total sudah ada 9 orang saksi yang telah dimintai keterangannya.
“Sementara ada 9 saksi,” pungkasnya.

Sementara Pengasuh Pesantren Al Hanifiyyah, Fatihunada mengaku mendapatkan kabar salah satu santrinya meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024).
Namun pria yang disapa Gus Fatih itu mengaku tidak mengetahui kejadian penganiayaan. Dia hanya tahu bahwa Bintang meninggal karena terpeleset di kamar mandi.
"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata dia, Senin (26/2/2024).
Fatih mengaku tidak tahu menahu terkait kejadian penganiayaan karena sejak awal dia mendapat laporan bahwa Bintang terpeleset.
"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.
Pihak ponpes kemudian memulangkan jenazah ke daerah asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca juga: Nasib Pengantar Jenazah Santri yang Tewas Ikut Tercatut, Begini Perannya dalam Kasus Penganiayaan
Dia pun turut serta mendampingi pemulangan jenazah bersama beberapa pengurus pesantren.
Diberitakan sebelumnya, Bintang Balqis Maulana meninggal dunia dan jenazahnya dipulangkan ke kampung halamannya di Banyuwangi, Jumat (25/2/2024).
Mulanya, penyebab kematiannya dikabarkan akibat terpeleset di kamar mandi.
Namun keluarga tak mempercayainya. Video perihal protesnya keluarga korban atas kondisi jenazah tersebut viral di media sosial.
Peristiwa itu lalu bergulir di kepolisian dan hasil penyelidikan mengungkap, korban tewas akibat pengeroyokan oleh sesama santri di pondok Al Hanifiyah Kabupaten Kediri.
Penyelidikan juga menetapkan empat orang santri sebagai tersangka pelakunya. Mereka melakukannya dengan dalih jengkel terhadap sikap korban yang sudah dinasehati.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.