Berita Bangkalan

Terganggu Cuaca, Baru 86 dari 49 Ribu HA Sawah di Bangkalan Panen, Beras Premium Melesat Rp 16 Ribu

masa tutup tanam di Bangkalan belum berakhir karena masih bisa dilakukan pada Maret, April, dan Mei 2024 mendatang.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol
Kegiatan panen padi, cabai dan tomat di Desa Banyior, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Senin (26/2/2024) lalu. 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Perubahan cuaca kembali jadi kambing hitam ketika harga beras yang terus memperlebar jarak dengan daya beli masyarakat belakangan ini. Hal itu juga dirasakan di Bangkalan, di mana anomali cuaca membuat luas tanam padi 49.925 hektare (HA), masih menyisakan 35.000 hektare pada Februari 2024 ini.

Minimnya luasan lahan panen itu, disimpulkan sebagai akibat dari perubahan cuaca yang tidak teratur yang kemudian mempengaruhi masa tanam hingga panen padi di beberapa wilayah Indonesia.

Kondisi ini tentu saja berdampak terhadap capaian produksi gabah. Akibatnya, pelahan terus mendongkrak kenaikan harga beras yang terus menghantui masyarakat.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bangkalan, Ir Puguh Santoro mengungkapkan, luas tanam padi hingga Februari 2024 masih ada 35.000 hektare dari total luas tanam maksimal 49.925 hektare, bahkan 50.000 hektare.

“Sementara luas lahan persawahan yang panen hanya 86 hektare terhitung mulai tanggal 10 Februari 2024. Sedangkan potensi untuk luas panen di akhir Februari hingga Maret 2024 sebenarnya seluas 13.000 hektare,” ungkap Puguh kepada SURYA, Selasa (27/2/2024).

Karena itulah, lanjutnya, PJ Bupati Bupati Bangkalan, Arief M Edie meminta Dinas Pertanian Pangan Hortikultura dan Perkebunan Bangkalan segera melakukan inventarisasi dan memonitor daerah-daerah mana yang tanaman padinya sudah bisa dipanen pada Februari ini.

Sebagaimana yang dilakukan PJ Bupati, Puguh serta masyarakat petani dalam panen padi, cabai dan tomat di Desa Banyior, Kecamatan Sepulu pada Senin (26/2/2024) lalu.

“Ini sebagai upaya Pemkab Bangkalan dalam rangka menekan laju inflasi. Apalagi mendekati bulan-bulan besar seperti Ramadhan dan Hari Raya, biasanya trend kebutuhan harga pokok termasuk beras merangkak naik,” jelas Puguh.

Puguh memaparkan, anomali cuaca membuat capaian luas tanam padi hingga Februari 2024 masih 35.000 hektare, atau seluas itulah yang belum berpotensi panen.

Dengan begitu, masa tutup tanam di Bangkalan belum berakhir karena masih bisa dilakukan pada Maret, April, dan Mei 2024 mendatang.

“Akibat cuaca yang tidak teratur, lahan persawahan yang sudah dipanen mulai 10 Februari baru seluas 86 hektare dari total potensi panen hingga Maret seluas 13.000 hektare. Namun pada April mendatang, kami sudah memasuki panen raya hingga September,” papar Puguh.

Sekedar diketahui, luas tanam dan luas panen padi di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2023 mencapai 49.925 hektare dengan hasil produksi beras 164.000 ton. Sementara konsumsi beras di Bangkalan dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta lebih hanya 96.000 ton.

“Sehingga pada akhir 2023, produksi beras dikurangi konsumsi dari jumlah penduduk masih surplus 67.000 ton. Itu setara dengan kebutuhan beras masyarakat Bangkalan selama 8 bulan ke depan,” pungkas Puguh.

Sementara Kepala Bidang Usaha Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten Bangkalan, Delly Septiani mengungkapkan, perilaku pasar dengan kenaikan harga sejumlah sembako termasuk beras sebenarnya bergantung ketersediaan bahan. Seperti halnya capaian produksi padi di tengah tingginya permintaan menjelang Ramadhan.

“Antara hasil panen, ketersediaan bahan, dan tingginya permintaan saling berhubungan yang bisa mengatrol kenaikan bahan kebutuhan pokok,” ungkap Delly.

Sumber: Surya
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved