Rumah Ketua KPPS Dilempari Bom

SOSOK Otak Pengeboman Rumah Ketua KPPS di Pamekasan Ternyata Residivis, Sasaran Anak Sulung Korban

Ini lah sosok otak pengeboman rumah Ketua KPPS di Pamekasan Madura. Ternyata bukan KUsyairi sasarannya tapi anak sulungnya.

Penulis: Muchsin | Editor: Musahadah
kolase surya.co.id/luhur pambudi/muchsin
MA, otak pengeboman rumah Ketua KPPS di Pamekasan ditangkap polisi. 

SURYA.CO.ID - Inilah sosok otak pengeboman rumah Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 06, Dusun Timur, Desa Nyalabu Daja, Kecamatan Kota Pamekasan, Madura, Jawa Timur. 

Otak pengeboman di rumah Kusyairi itu adalah MA (29), warga Dusun Gubuk, Desa Teja Barat, Pamekasan.

Dalam aksinya MA dibantu MS (39) warga Dusun Timur, Desa Nyalabu Daya, Pamekasan dan  AR (30) warga Dusun Kereng, Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Pamekasan.

MS bertugas melemparkan bom bondet, sedangkan AR pembuat bondet yang dibeli MA.

Wakapolres Pamekasan, Kompol Andy Purnomo mengatakan, Polres Pamekasan kali pertama menangkap MA pada Kamis (22/2/2024) sekira pukul 17.00 WIB.

Baca juga: Prabowo-Gibran Menang di TPS yang Ketua KPPS Rumahnya Dilempari Bom di Pamekasan, Korban: Tak Curang

Hasil interogasi penyidik, MA mengaku menyuruh MS untuk meledakkan rumah Kusyairi memakai bon bondet atau bom ikan.

Atas perintah MA, MS meletakkan bom bondet itu di rumah Kusyairi.

Setelah melakukan aksinya, MS mendapat imbalan sebesar Rp 500 ribu dari MA.

"Masih ada satu lagi tersangka yang kita cari dan kita kembangkan terkait kejadian tersebut," kata Kompol Andy Purnomo saat konferensi pers di aual Joglo Polres Pamekasan, Jumat (23/2/2024).

Kemudian, pada Jumat (23/2/2024) sekitar pukul 07.00 WIB, Satreskrim Polres Pamekasan bersama Subdit 3 Jatanras Polda Jatim juga mengamankan tersangka AR di rumahnya.

AR dalam kasus ini berperan sebagai pembuat bom bondet.

Di dalam rumah AR, ditemukan sisa bubuk mesiu yang yang diduga telah dipakai sebagai bahan peledak untuk di bom ke rumah Kusyairi.

Lalu, siapa sebenarnya MA? 

Ternyata MA adalah residivis kasus narkoba. 

Kepada penyidik MA mengaku dendam kepada Feri (32), anak sulung Kusyairi

“Tersangka utama peledakan itu, sakit hati sakit hati terhadap Feri, yang diduga selama ini menjadi pemberi informasi kepada polisi kasus narkoba (sabu-sabu). Padahal, ini belum tentu, karena kasusnya masih didalami,” ungkap Kompol Andy, Jumat (23/2/2024).

Dikatakan, tudingan tersangka MA kepada Feri,  karena  2019 tersangka MA (30) pernah ditangkap polisi,  terkait kasus Narkoba di Polres Pamekasan.

Tersangka MA  menganggap penangkapan itu karena ulah dari Feri yang memberi informasi kepada polisi.

Karena dendam itu lah, MA bersiasat untuk mencelakai Feri. 

MA lalu mendapatkan bondet dari tersangka AR, pada bulan puasa 2023 dengan membeli empat buah bondet seharga Rp 150.000.

Dan tiga bulan lalu, MA sudah meminta tersangka MS untuk meledakkan rumah Kusyairi, namun karena terkendala sesuatu, tidak jadi diledakkan.

Diduga yang akan menjadi target peledakkan di rumah Kusairi itu, sasarannya kepada Feri.

Karena rumah yang diledakkan itu, hampir tiap malam Ferti tidur di rumah itu.

“Imbalan yang diberikan tersangka MA, kepada tersangka MS untuk meledakkan rumah Kusairi itu, sebesar Rp 500.000 dan uangnya sudah dibayarkan,” kata Wakapolres.

Dikatakan, kasus peledakan ini, berhasil diungkap Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Timur. Dan ketiga pelaku, saat ini masih ditahan di Polda Jatim. 

Tersangka MA dan MS, dikenakan pasal 1 ayat satu, Undang-Undang 12 tahun 1951 dan atau Pasal 170 KUHP.

“Sementara, untuk tersangka AR kita kenakan pasal 1 ayat 1, Undang-Undang 12, tahun 1951 berkaitan dengan undang-undang darurat. Ancaman pidana 20 tahun," pungkasnya.

Kusyairi Bingung 

Sebelumnya, hasil perolehan suara di tempat pemungutan suara (TPS) 06, Dusun Timur, Desa Nyalabu Daja, Kecamatan Kota Pamekasan, Madura, Jawa Timur. 

TPS ini merupakan tempat Kusyairi menjabat sebagai Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang rumahnya hancur akibat dilempari bom pada Senin (19/2/2024) sekitar pukul 03.00 WIB.

Ternyata di TPS yang diketuai Kusyairi itu, suara paslon nomor 2 Prabowo-Gibran mendapat suara terbanyak yakni 173 suara.

Sedangkan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar mendapat 61 suara.

Sementara Ganjar - Mahfud mendapat 28 suara.

Baca juga: Fakta Rumah Ketua KPPS Pamekasan Dilempari Bom oleh OTK, Korban Yakin Tak Berhubungan dengan Pemilu

"Kalau Caleg saya tidak hafal perolehan suaranya," kata Kusyairi saat ditemui di rumahnya, Selasa (20/2/2024).

Berdasarkan informasi yang Kusyairi dapat, di 8 TPS Desa Nyalabu Daya, Prabowo - Gibran menang suara dari dua paslon Capres - Cawapres yang lainnya.

Kusyairi memperkirakan, jarak lokasi TPS 6 dengan rumahnya yang di bom ini sekitar 300 meter. 

Sependengaran dia, mayoritas di Desa Nyalabu Daya meemilih Prabowo - Gibran.

"Hasilnya antara Prabowo dengan Anies agak tipis di seluruh Desa Nyalabuh Daya ini," tutupnya.

Disinggung kaitan teror bom yang dialami dengan hasil pemilu ini, Kusyairi justru menyangsikan.  

Pria berusia 53 tahun ini memastikan tidak ada konflik apa pun saat pencoblosan dan setelah penghitungan suara di TPS setempat.

Kusyairi memastikan tidak ada masyarakat setempat, KPPS, dan pendukung calon Presiden atau pendukung calon Legislatif yang cekcok masalah penghitungan suara.

"Aman - aman saja. Hanya malam Senin itu saya dapat undangan mantenan di Hotel Cahaya Berlian. Saya tidak bisa berkumpul malam itu dengan teman-teman," kata Kusyairi saat ditemui di rumahnya, Selasa (20/2/2024) pagi.

Bapak tiga anak ini juga menceritakan, sedari jelang Pemilu 2024 aktif keliling kampung dan balai desa setempat untuk bertemu temannya.

Saat pertemuan itu, dia merasa tidak mempunyai masalah apa pun dengan temannya dan juga dengan masyarakat setempat.

"Misal ada orang niat jelek dan benci ke saya, kenapa tidak mencelakai saya saat berjalan keliling kampung, karena saya selalu bepergian sendirian. Di situ anehnya," heran Kusyairi

Kusyairi menduga teror yang diduga ledakan bom yang menimpa rumahnya ini tidak ada kaitannya dengan Pemilu 2024.

Dugaan ini dikuatkan saat proses pencoblosan di TPS dusun setempat tidak ada masalah apa pun.

"Mungkin ada orang tidak suka ke saya perihal apa saya tidak tahu, yang jelas selama proses pencoblosan di TPS sini saya menjalankan sesuai aturan, artinya tidak ada kecurangan apa pun. Hati orang kan tidak ada yang tahu seperti apa isinya," duganya.

Kusairi juga mengaku tidak mengalami intimidasi dari oknum atau tokoh masyarakat setempat agar memenangkan salah satu Capres atau Caleg saat pencoblosan suara.

Dia memastikan semua pencoblosan Pemilu di TPS Dusun setempat dilakukan dengan jujur dan transparan yang disaksikan 16 saksi partai serta Bawaslu.

"Saya tidak punya masalah apapun dengan warga setempat, orang niat jelek ke saya, saya tidak tahu juga. Kalau saya punya salah ke orang, saya pribadi mohon maaf, tapi saya merasa tidak punya masalah apa pun," tutupnya.

Masih Bersyukur

Ketua KPPS di Pamekasan, Kusyairi duduk di depan rumahnya yang berantakan akibat dilempari bom.
Ketua KPPS di Pamekasan, Kusyairi duduk di depan rumahnya yang berantakan akibat dilempari bom. (kolase surya/kuswanto ferdian/muchsin)

Meski rumahnya sudah luluh lantak, Kusyairi mengaku masih bersyukur. 

Pasalnya, sang anak Qurratul Ainiyah selamat dalam kejadian nahas tersebut. 

Diungkapkan Kusyairi, beberapa jam sebelum kejadian, Qurratul Ainiyah tidur di rumah yang kini sudah luluh lantak itu. 

Beruntung, sekitar pukul 02.00 WIB, anaknya pindah tidur di rumah pertama yang lokasinya berdekatan dengan rumah yang hancur akibat ledakan yang diduga bom tersebut.

"Siang hari kadang anak saya tidur di situ. Malam Seninnya itu saat kejadian, melihat anak saya tidur di rumah itu. Lalu sekitar pukul 02.00 WIB anak saya katanya pindah ke rumah depan. Ledakannya terjadi sekitar pukul 03.00 dini hari," kata Kusyairi

Dini hari itu bapak anak tiga ini mengaku syok saat melihat rumah keduanya di bom orang tak dikenal.

Waktu kejadian itu, dalam keadaan matanya masing linglung, dia langsung mencari anaknya yang perempuan karena saat malam harinya dia melihat tidur di rumah yang kini hancur tersebut.

"Saya malam harinya melihat anak saya tidur di rumah belakang. Namun beruntung anak perempuan saya selamat dan masih bisa melihat senyumnya," syukurnya sembari menyeka keringat.

Menurut Kusyairi, rumah keduanya itu biasa menjadi tempat kumpul keluarganya jika sumpek tinggal di rumah pertama.

Terkadang, dia juga sering tidur di rumah tersebut.

"Kalau malam rumah itu pasti ditempati, kadang anak saya yang laki-laki, dan kadang ditempati anak perempuan, jadi tempat peristirahatan kedua," ceritanya.

Saat ini, anak perempuan Kusyairi masih syok dan sering menangis pasca kejadian ledakan tersebut.

 

Diberitakan sebelumnya, rumah berdinding gedek yang selama ini ditempati anak Kusyairi hancur berantakan.

Pintu depan yang terbuat dari kayu hancur berkeping-keping.

Kaca jendela depan dan samping juga hancur. Begitu juga lemari kayu di ruang tengah dan tempat tidurnya  hancur, termasuk plafon depan.

Baca juga: Kronologi Rumah Ketua KPPS Pamekasan Dibom OTK Usai Pemilu, Benarkah Mulai Terjadi Ancaman Teror?

Selain itu, rumah satunya, yang ditempati Kusyairi bersama istri dan anaknya, yang terletak di depan, kaca jendela samping kanan pecah dan plafon bagian belakang hancur.

Kasi Humas Polres Pamekasan, AKP Sri Sugiarto mengatakan, sebelum terjadi ledakan, pemilik rumah sedang tidur.

Suara ledakan keras baru didengar pemilik rumah saat terdengar beberapa barang yang jatuh seperti bunyi piring pecah.

Seketika itu, pemilik rumah langsung bangun dan keluar rumahnya.

Tak disangka, saat mengecek ke halaman rumah sebelah timurnya, Kusyairi melihat warga setempat berdatangan dan menanyakan asal bunyi ledakan tersebut.

"Pagi itu pak Kusyairi belum tahu pasti dimana ledakan itu terjadi. Lalu ada warga yang menunjukkan bahwa bunyi ledakan itu berasal dari rumah belakang Kusairi," kata AKP Sri Sugiarto, Selasa (20/2/2024).

Seketika itu juga, Kusyairi bergegas ke belalakang rumahnya.

Tak disangka, bagian belakang rumahnya sudah berantakan.

Beberapa lampu penerang di bagian belakang rumahnya juga padam akibat ledakan tersebut.

Tal hanya itu, atap rumah, kaca jendela, lemari, dan barang lainya juga hancur berantakan.

"Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, dan tafsir kerugian material yang rusak sekitar Rp 10 juta," ujarnya.

Lalu, siapa sebenarnya Kusyairi

Ternyata keseharian Kusyairi bekerja sebagai guru di wilayah Pamekasan.  (luhur pambudi/muchsin/kuswanti ferdian)

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved