Berita Kota Kediri

Penganiayaan Saat 2 Kubu Berebut Ketakmiran Masjid di Kota Kediri, Satu Jamaah Dilarikan ke RS

Sebelumnya telah diupayakan untuk melakukan perdamaian dari kepengurusan ketakmiran masjid. Namun sayangnya ada kebuntuan

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Deddy Humana
surya/didik mashudi
Mashuri, salah satu korban kekerasan imbas perebutan ketakmiran Masjid Al Muttaqun Kota Keidir, memberi penjelasan wartawan, Jumat (15/12/2023). 

SURYA.CO.ID, KOTA KEDIRI - Konflik dalam kepengurusan di Masjid Al Muttagun di Kelurahan Manisrenggo, Kota Kediri, Rabu (12/12/2023) malam, memicu keprihatinan umat dan masyarakat sekitar. Dan akibat dugaan kekerasan dalam dualisme takmir, satu orang terluka dan harus dirawat di rumah sakit.

Satu korban yang saat ini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Muhammadiyah itu adalah nama Muhammad Ilhamudin (26), warga Baron, Kabupaten Nganjuk. Korban menderita luka memar dan muntah-muntah.

Insiden penganiayaan menjelang shalat Magrib, Rabu (13/12/2022) malam itu, berujung saling lapor dari dua kubu takmir. Kejadian itu diawali aksi saling dorong dari dua pengurus takmir yang berbeda, Selasa (12/12/2023) malam. Kasus yang sama kemudian berlanjut Rabu (13/12/2023) malam sampai Kamis (14/12/2023) dini hari.

Puluhan personel kepolisian sampai datang untuk mengamankan dari kemungkinan terjadinya bentrokan susulan dari kedua kubu takmir yang berbeda.

Namun rekaman video keributan di Masjid Al Muttaqun juga viral di media sosial (medsos). Ada dua video yang telah beredar terkait kejadian keributan di Masjid Al Muttaqun itu.

Salah seorang jamaah masjid, Mashuri (40) menjadi korban dan telah melaporkan tindak penganiayaan yang dialaminya saat akan shalat Maghrib, ke Polres Kediri Kota. Korban mengaku dipiting seseorang yang tidak dikenalnya karena bukan warga Kelurahan Manisrenggo.

"Sebelum shalat Magrib saya melihat sudah banyak orang di dalam masjid, tetapi bukan warga Kelurahan Manisrenggo," jelas Mashuri, Jumat (15/12/2023).

Selanjutnya korban melakukan shalat sunnah dan melihat keramaian di lokasi pengimaman dan terjadi pemukulan di tengah masjid. "Saya berusaha melerai dengan membawa satu orang. Ternyata di luar serambi masjid banyak teman-temannya dan saya dicekik dan selanjutnya saya tidak sadar," jelasnya.

Menyusul kejadian itu Mashuri kemudian melaporkan kejadian yang menimpanya ke Polres Kediri Kota. "Waktu itu saya mau menolong Pak Khamid. Tetapi di luar masjid banyak teman-temannya pelaku," jelasnya.

Sementara Saifuddin, Sekretaris Takmir Masjid Al Muttaqun menjelaskan, keributan terjadi karena ada pihak yang tidak terima penggantian imam shalat Magrib. "Karena masjid masih dalam konflik dan pihak takmir masih menunggu keputusan dari pihak Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kota Kediri," jelas Saifuddin.

Sebenarnya pihak takmir akan legowo (rela) dengan hasil yang diputuskan oleh BWI. Namun pihak sebelah justru ingin menguasai masjid sebelum ada putusan BWI. Dan pihak ketakmiran telah melaporkan keributan itu ke Polres Kediri Kota karena ada tiga orang jamaah yang menjadi korban.

Sebelumnya telah diupayakan untuk melakukan perdamaian dari kepengurusan ketakmiran masjid. Namun sayangnya tetap ada kebuntuan. "Karena yang diinginkan dari masyarakat sama-sama mengelola masjid. Namun kalau bentuknya perdamaian seolah ingin menguasai masjid. Jadi, kami tidak terima," jelasnya.

Karena Masjid Al Muttaqun merupakan masjid dari orang banyak dan yang wakaf juga lebih dari satu orang. "Yang membangun masjid 100 persen warga masyarakat," jelasnya.

Sementara Rahmat Mahmudi, pihak takmir kubu lain menjelaskan, kejadian Rabu malam sampai Kamis dini hari karena ada pihak yang tidak terima dengan penggantian takmir dan penggantian imam shalat Magrib.

"Kami bertahan meski ditekan dan didorong dan ada teman kami yang menjadi korban pemukulan dan pengeroyokan sehingga dilerai aparat," jela Rahmat.

Selanjutnya pihak yang tidak terima berkerumun di halaman masjid dan tidak membubarkan diri dan jumlahnya semakin banyak. "Massa bubar setelah ada dialog perwakilan takmir dengan keluarga KH Idris dan ada kesepakatan damai hingga menunggu keputusan dari BWI," jelasnya. ****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved