Berita Viral

Nasib Atlet Renang Cilik Makin Mujur Usai Viral Dicurangi, Kini Dapat Piagam dari Keraton Jogja

Nasib atlet renang cilik bernama Ghiyats alias Egi semakin mujur setelah viral kasusnya dicurangi panitia. Dapat piagam dari keraton Jogja.

kolase TikTok
Atlet Renang Cilik yang Makin Mujur Usai Viral Dicurangi. Kini Dapat Piagam dari Keraton Jogja. 

"Hari ini kita di Dispora bersama dengan Pengkab Akuatik (PRSI) selaku pelaksana teknis, kemudian ada dari Kapanewon yang mewakili atau yang punya kontingen. Kemudian ada orang tua dan Mas Egi yang kemarin sempat viral di media," ujarnya pada wartawan seusai mediasi.

Agung lalu mengurai, Popkab Sleman 2023 itu sejatinya untuk ajang menjaring bakat-bakat terbaik di Bumi Sembada.

"Bisa saya jelaskan, jadi Popkab ini dalam rangka mengakomodasi hasil-hasil latihan atlet yang dibina oleh masyarakat klub dan mungkin juga sekolah,” kata dia.

"Kita butuh ruang dan melakukan evaluasi dan pemerintah juga membutuhkan pengukuran hasil latihannya, standar prestasinya, karena itu Popkab ini khususnya renang diadakan dengan peserta sekitar 80-an (peserta dari) SD dan SMP," ulasnya.

Hanya saja, karena tingginya animo peserta dan terbatasnya keuangan kapanewon atau kecamatan sebagai kontingen, maka beberapa peserta mendaftar di Popkab lewat jalur mandiri.

"Kemudian, ada beberapa hal, kontingen ini milik kecamatan (Kapanewon). Kecamatan ada dananya untuk membiayai tapi tidak di empat cabor, sehingga ada yang tiga, dan dua cabor," katanya.

"Karena antusiasnya banyak jadi kita lakukan diskresi, silakan daftar mandiri, tapi dijadikan kontingen kapanewon dengan surat tugas. Misal kalau ada jersey kurang ya mereka (atlet biayai) mandiri. Ini (kita lakukan) untuk akomodasi masyarakat yang banyak ikut," terangnya.

Menurut dia, atlet renang Egi yang viral di media sosial tersebut mendaftar secara mandiri.

"Nah, adik kita ini, termasuk yang mandiri sehingga tim kecamatan karena ini mandiri, official memerlukan biaya tersendiri yang tak ada anggarannya dan sehingga dianggap mandiri keseluruhan," ulasnya.


Ia mengatakan, dalam tertib dalam technical meeting (TM), semua yang melakukan pendampingan atau ada keberatan yang berhak melakukan protes adalah official atau ketua kontingan.

“Karena ini mandiri jadi kesepahamannya belum. Di sini ada miss, namanya ada perbaikan di situ kita evaluasi," tegasnya.

"Protes lewat rekaman kamera akhirnya kita akomodir sebagai referensi. Hasil terakhir dari pengulangan ini, maka punya kebijakan dan didukung catatan waktu, sehingga kita lahirkan juara duanya kembar. Itu keputusan terakhir," ungkap Agung.

Agung menilai, adanya human error dalam perlombaan sesuatu yang wajar karena dari 20 nomor yang diperlombakan, hanya ada satu nomor yang ada human error.

Hal itu, kata dia akan jadi bahan evaluasi pihaknya ke depannya.

"Ke depannya kita akan jadikan ini evaluasi. Kalau penambahan kamera itu harus patuhi aturan dari PB PRSI. Kalau saya senang teknologi digunakan untuk ke depan," tandasnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved