Temuan Kerangka Manusia di Blitar

Kisah Kelam Fitriani Nikah Usia 14 Tahun, Dibunuh Suami karena PIL, Jasad Dicor Tinggal Kerangka

Terungkap kisah kelam hidup Fitriani (21) dari nikah di bawah umur, dibunuh dan jasadnya dicor hingga ditemukan dalam wujud kerangka manusia.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Musahadah
kolase SURYA.co.id
Fitriani (kanan) dan lokase jasadnya dicor (kiri). Berikut kisah kelam hidup FItriani dari nikah di bawah umur hingga ditemukan dalam wujud kerangka. 

SURYA.CO.ID - Terungkap kisah kelam hidup Fitriani (21), perempuan asal Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang ditemukan tewas dengan kondisi jasad sudah menjadi kerangka di rumah Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Fitriani tewas setelah dibunuh suaminya, Suprio Handono di dalam rumahnya dua tahun silam. 

Suprio Handono tidak memakamkan jasad istrinya secara layak, namun dimasukkan ke dalam lubang yang sudah digali di dalam kamarnya.

Setahun kemudian, Handono baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur jasad korban. 

Jasad Fitriani ditemukan dalam wujud kerangka manusia oleh pekerja yang merenovasi rumah tersebut.

Baca juga: NASIB 2 Anak Fitriani Usai Ibu Tewas Tinggal Kerangka dan Ayah Ditahan, Tinggal Dekat Jasad Ibunya

Berikut kisah hidup Fitriani selengkapnya:

1. Menikah usia 14 tahun

Pertemuan Fitriani dan Suprio Handono terjadi di Sulawesi sekira delapan tahun silam atau sekira tahun 2015 silam.

Saat itu, Handono sedang merantau di Sulawesi.

Informasi yang diperoleh surya.co.id, Suprio Handono menikahi Fitriani secara siri.

Ketika menikah dengan Suprio Handono, usia Fitriani diperkirakan masih 14 tahun.

Dari pernikahan ini, mereka memiliki anak laki-laki yang kini berusia tujuh tahun.

Putra pertama ini dilahirkan di Konawe Selatan.

2. Diboyong ke Blitar tahun 2016

Pada tahun 2016 Suprio Handono memutuskan memboyong FItriani dan anak laki-lakinya ke Blitar, Jawa TImur. 

Subagyo, kakak ipar Suprio Handono mengungkapkan saat pulang itu, anak pertama Fitriani masih bayi dan belum bisa berjalan.

Beberapa tahun di rumah, SH dan Fitriani kembali dikarunia anak kedua laki-laki. Sekarang anak keduanya berusia 4 tahun.

"Waktu pulang ke Blitar, orang tua perempuan (SH) masih hidup. Kalau orang tua laki-laki sudah lama meninggal. SH disuruh pulang sekalian untuk merawat orang tua perempuan," ujar Subagyo.

Setelah kembali ke Blitar, SH bertani sambil membuka usaha untuk hidup. SH bersama istri pernah membuka usaha produksi tempe, namun tidak bertahan lama. Terakhir, ia memelihara ayam.

3. Usaha kafe mengubah semua

Menurut Subagyo, hubungan keluarga SH dan Fitriani mulai kurang harmonis sejak mereka membuka kafe di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar sekitar dua tahun lalu.

Fitriani dikabarkan punya pria idaman lain (PIL) setelah mereka membuka kafe.

Soal itu (korban punya PIL), Subagyo tidak membantah. Karena Subagyo pernah ikut menjadi saksi ketika SH menyerahkan istrinya, Fitriani kepada pria lain asal Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

"Waktu itu saya juga ikut menjadi saksi ketika SH memasrahkan istrinya kepada pria lain. Statusnya (SH dan Fitriani) waktu itu sudah pisah. Itu kurang lebih pada 2021 pas pandemi. SH menyerahkan istrinya ke pria lain," ujarnya.

Sejak diserahkan kepada pria lain, Subagyo sudah tidak pernah melihat istri SH datang ke rumah.

Karena, Subagyo sendiri waktu itu jarang di rumah. Subagyo sering kerja sebagai tukang bangunan di luar kota.

"Kalau soal korban apakah pernah datang lagi ke rumah, itu saya kurang tahu, karena saya sering luar kota. Tapi, saya dengar cerita dari istri dan tetangga pernah melihat korban datang lagi ke rumah SH. Setelah korban hilang itu hilang," katanya.

Subagyo juga tidak begitu memperhatikan keberadaan istri SH. Karena, ia mengira setelah SH menyerahkan istrinya ke pria lain, istrinya sudah ikut pria tersebut.

"Istri saya pernah tanya kepada SH istrinya kemana? Dia (SH) bilang ke luar kota, ke Surabaya," ujarnya.

4. Dibunuh suami, jasadnya dicor

Seminggu setelah diserahkan ke selingkuhannya, Fitriani justru pulang ke rumah.

Saat itu lah petaka itu muncul.

Ketika bertemu lagi di rumah, Handono dan korban terlibat cek-cok mulut.

Di tengah-tengah cek-cok itu Handono memukul kepala korban menggunakan kayu. 

Seketika korban terjatuh di lantai. Handono mengangkat tubuh korban ke kamar agar tidak ketahuan anak-anaknya. 

Handono juga menutup pintu depan dan belakang rumah sambil melihat situasi di sekitar rumah. 

Selanjutnya, Handono melepas baju istrinya yang sudah meninggal dunia. Handono juga membersihkan darah di tubuh istrinya dan kemudian membungkusnya menggunakan selimut. 

"Setelah itu, pelaku menggali lubang dengan kedalaman sekitar satu meter di kamar untuk mengubur korban," ujar Kapolres Blitar Kota, AKBP Danang Setiyo PS.

Handono menggali lubang untuk mengubur korban mulai siang sekitar pukul 12.00 WIB sampai menjelang Magrib. 

Setelah Magrib, Handono baru memasukkan jasad korban ke lubang di kamar rumah.

"Korban dimasukkan ke lubang dengan posisi duduk, lalu diuruk dan pintu dikunci," katanya. 

Setahun kemudian, Handono baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur jasad korban. 

"Pengakuan pelaku, pelaku baru mengecor bagian atas galian untuk mengubur korban setahun kemudian setelah kejadian (pembunuhan)," ujarnya. 

5. Jasadnya ditemukan tinggal kerangka

Fitriani (kanan) dan lokase jasadnya dicor (kiri). Inilah Nasib Pria Diduga Selingkuhan Fitriani Wanita yang Jasadnya Dicor di Blitar.
Fitriani (kanan) dan lokase jasadnya dicor (kiri). Inilah Nasib Pria Diduga Selingkuhan Fitriani Wanita yang Jasadnya Dicor di Blitar. (kolase SURYA.co.id)

Sekitar dua bulan lalu, SH menjual rumah warisan dari orang tua kepada Sugeng Riyadi, kakak iparnya. Sugeng Riyadi merupakan suami dari Domiratul Qusnah, juga kakak SH.

"Rumahnya dijual kepada Sugeng, itu juga masih ipar. Dijual Rp 105 juta, dibayar tunai," kata Subagyo.

Subagyo tidak tahu alasan SH menjual rumah. Namun, setelah menjual rumah, SH kembali membuka kafe di Wates, Kabupaten Kediri.

"Saya tidak tahu kenapa rumah dijual, entah faktor ekonomi atau mungkin sudah tidak betah tinggal di sini. Pernah bilang, setelah jual rumah mau pergi dari sini (Desa Bacem)," ujarnya.

Saat rumah dijual, SH sempat menggembok pintu salah satu kamar rumah yang digunakan untuk mengubur jasad istrinya.

SH juga berpesan agar gembok pintu kamar tidak dibuka.

"Dia (SH) pernah cerita dengan Sugeng, katanya itu (kamar) tidak usah dibuka, itu (tempat menyimpan) keris," kata Subagyo.

Subagyo tidak curiga dengan pengakuan SH. Karena, kebetulan SH memang suka dengan barang antik.

Namun, ketika dilakukan renovasi oleh pemilik rumah baru, Sugeng Riyadi, pekerja membuka pintu kamar tersebut.

Pekerja penasaran dengan bangunan cor baru di lantai kamar. Kemudian pekerja membongkar bangunan cor baru di lantai kamar dan menemukan kerangka manusia.

"Waktu pekerja menggali cor di kamar, saya sempat melihat. Saya juga membantu menaikkan cor," ujarnya.

Ketika digali, pekerja menemukan rambut manusia. Setelah itu, pekerja kembali menemukan tulang dan tengkorak manusia.

"Kemarin, saya ukur dengan polisi, kedalamannya sekitar satu meter. Kalau diameter lubang sekitar 64 cm," katanya.

"Posisi kerangka seperti orang jongkok. Waktu saya angkat di bagian dada masih ada kulit kering, tapi belakang sudah tidak ada. Kuku masih ada. Juga ditemukan anting-anting. Di lubang juga ditemukan kaus putih," lanjutnya.

6. Suami Tersangka, PIL Diperiksa

Temuan kerangka manusia ini akhirnya membuka tabir tentang keberadaan FItriani. 

Polisi akhirnya menetapkan Suprio Handono sebagai tersangka pembunuhan FItriani.

"Kami menjerat pelaku pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara," kata Kapolres Blitar Kota AKBP Danang Setijo.

Setelah menetapkan tersangka, penyidik Polres Blitar Kota terus mendalami dugaan motif asmara yang memicu peristiwa pembunuhan yang dilakukan Suprio Handono alias SH terhadap istrinya, Fitriani.

Polisi berencana memeriksa kembali pria yang diduga menjadi selingkuhan Fitriani untuk mendalami adanya motif asmara dalam peristiwa pembunuhan itu.

Kapolres Blitar Kota, AKBP Danang Setiyo PS mengatakan motif asmara menjadi dugaan awal pemicu peristiwa pembunuhan yang dilakukan Handono terhadap istrinya, Fitriani.

Maka itu, polisi berencana memeriksa kembali pria yang diduga menjadi selingkuhan korban untuk memperdalam adanya motif asmara dalam peristiwa pembunuhan itu.

"Teman laki-laki (korban) sudah dimintai keterangan, kami berencana melakukan pemeriksaan tambahan untuk memperdalam adanya dugaan motif asmara dalam kasus itu," kata Danang, kemarin.

Tak hanya itu, kata Danang, polisi juga akan memeriksa sejumlah saksi lagi dalam kasus pembunuhan itu.

"Kami juga koordinasi intens dengan Tim Labfor terkait kasus ini. Pembuktian kasus ini menggunakan metode scientific crime investigation," ujarnya.

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved