Menantu Dibunuh Mertua di Pasuruan

Update Kasus Mertua di Pasuruan Bunuh Menantu yang Hamil, Ibu Korban Ungkap Percakapan Terakhir

Menantu yang hamil 7 bulan di Pasuruan, dibunuh mertua secara keji. Ibu korban mengungkap pertanda dan komunikasi terakhir.

|
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Luhur Pambudi
Orang tua Fitria Almuniroh Hafidloh, Abdul Munir (58) dan Nurul Afini (49) saat ditemui di kediamannya, Perum Sinar Amerta Medayu Selatan, Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya, Rabu (1/11/2023) siang. 

Namun, saat dirinya berupaya tetap tegar dengan memaknai semua ini sebagai suratan takdir dari Sang Ilahi, ia perlahan-lahan mulai merelakan kematian sang anak meskipun berat dan menyesakkan dada.

Seraya berupaya mereguk hikmah dari kejadian yang sejatinya membuat ia berkalang air mata, Nurul Afini akhir mengangguk-angguk, bahwa beberapa perkataan aneh yang kerap kali dilontarkan sang anak selama video call beberapa jam lalu dan setiap momen berkomunikasi di beberapa kesempatan sebelumnya merupakan petanda atau firasat kepergian sang anak.

Perempuan berkemeja batik warna merah itu, akhirnya menyadari bahwa momen sang anak kerap kali memohon maaf kepada dirinya meskipun tidak jelas kesalahannya, selama berkomunikasi melalui WA adalah pertanda kepergian.

Ia menceritakan isi percakapan terakhir bersama sang anak pada hari itu. Pertama, sang anak sempat berupaya untuk menjual televisi beserta STB-nya untuk membeli sepeda motor agar bisa beraktivitas ke luar rumah.

Kedua, sang anak juga sempat bercerita, bahwa pada hari itu telah resmi memiliki Kartu Keluarga (KK) tersendiri dengan suaminya, Sueb. Sehingga keduanya telah resmi sebagai pasangan suami istri (Pasutri) yang berdomisili di Pasuruan.

Tak pelak itulah yang membuat korban Fitria Almuniroh Hafidloh akhirnya dimakamkan di kompleks permakaman umum setempat, atau sesuai dengan domisili catatan kependudukan terbaru. Yakni di Desa Parerejo, Purwodadi, Pasuruan.

"Ya di hari itu, dia dan suaminya dapat KK sendiri," katanya.

Kemudian, di sela percakapan tersebut, lanjut Nurul Afini, sang anak kerap beberapa kali menyampaikan permohonan maaf yang tak jelas peruntukkan atas kesalahan apa.

"Dia bilang lagi, bu sepurane sing akeh, aku mesti ngerepoti ibu. Jadi dia itu dalam satu bulan ini, setiap kali WA saya selalu bilang ibu baik-baik saja, aku minta maaf merepoti ibu, saya belum bisa membahagiakan ibu," terangnya.

Ucapan aneh dari sang anak itu tak hanya disampaikan saat berkomunikasi terakhir pada siang kemarin, namun, dalam kurun waktu sebulan. Setiap berkomunikasi melalui sambungan telepon WA, sang anak acap menyampaikan permohonan serupa seperti siang itu.

Dan Nurul Afini mengaku, tidak terlalu memahami pernyataan maaf dari sang anak itu. Hingga akhirnya peristiwa nahas ini terjadi, kini ia mulai memahami maksud sang anak yang mungkin hendak berpamitan sebelum berpulang.

"Firasat ada. Satu bulan sebelumnya, dia minta maaf terus. Terus bolak-balik WA itu saya ditelponi terus," katanya.

"Biasanya kalau di sekolah, saya gak bisa angkat karena kerjaan. Dia bilang mengiranya saya sedang marah (padahal sibuk urusan sekoah)," tambah wanita yang juga menjabat sebagai kepala sekolah SMP swasta di Kalibokor, Gubeng, Surabaya itu.

Berdasarkan informasi yang diketahui olehnya, Nurul Afini menduga, sang anak dianiaya demikian keji hingga tewas tak lama setelah sang anak menutup telepon video call dengannya, sekitar pukul 15.00 WIB.

Namun, ia mengaku memasrahkan semua proses pengusutan hukum kasus tersebut kepada pihak kepolisian Polres Pasuruan. Ia berharap pelaku dikenai hukuman semaksimal mungkin dan seadil-adilnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved