Berita Surabaya
Penjelaskan Dosen Psikologi Ubaya Kasus Kekerasan dalam Berpacaran yang Berulang
Kasus kekerasan dalam berpacaran (dating violence) akhir-akhir ini menimbulkan perhatian masyarakat
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Fatkhul Alami
SURYA.co.id | SURABAYA – Kasus kekerasan dalam berpacaran (dating violence) akhir-akhir ini menimbulkan perhatian masyarakat. Pasalnya banyak pasangan yang terjebak dalam hubungan ini padahal kekerasan dalam hubungan tersebut merupakan siklus berulang.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Dr Soerjantini Rahaju, Psikolog, menjelaskan tanda awal seseorang melakukan dating violence lebih bersifat subjektif.
Biasanya dapat dilihat dari caranya mengelola emosi.
“Kalau dalam relasi seseorang sudah berlaku kasar, maka pasangannya harus berpikir bahwa itu merupakan bibit dari kekerasan. Perlakuan yang bisa diperhatikan seperti pasangan sudah bertindak semena-mena, jika marah sering lepas kendali, tidak menghargai, sering mengekang, dan menjadikan pasangannya samsak peluapan emosi. Hal-hal ini perlu diwaspadai,” jelasnya.
Dosen Psikologi Klinis itupun menyebut faktor seseorang betah menjalani dating violence adalah adanya pengalaman kekerasan di masa lalu.
Kebanyakan, pelaku sering terpapar adegan kekerasan di rumah dan menganggap kekerasan adalah cara untuk menyelesaikan masalah.
Ditambah, pelaku juga menghayati adanya ketidaksetaraan gender.
Sedangkan, alasan korban tetap mempertahankan hubungan adalah karena adanya kebutuhan yang berlebihan terhadap kasih sayang.
“Di masa lalu, korban bisa jadi mengalami kekerasan emosional berupa pengabaian dan tidak diperhatikan. Sehingga, dia butuh sosok yang bisa memenuhi itu, yaitu pasangannya,” ujar Soerjantini.
Ia menambahkan, tindak kekerasan dalam dating violence mengikuti siklus yang berputar dan berkelanjutan.
Setelah pelaku melakukan kekerasan, biasanya akan memperlakukan pasangannya dengan sangat baik.
Hal ini yang disebut dengan fase honeymoon. Tindakan ini membuat korban memiliki optimisme bahwa sang pasangan masih bisa berubah.
Inilah yang membuat mengapa banyak pasangan tidak melaporkan adanya kekerasan, sehingga fenomenanya seperti gunung es.
Pasangan yang menjalani dating violence dalam waktu yang lama akan berdampak pada kondisi psikologis.
“Seseorang akan kehilangan self esteem atau penilaian terhadap diri sendiri, tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial, merasa rendah diri dan cenderung menyendiri bersama pasangannya. Bahkan pada tahap ekstrem bisa depresi dan bunuh diri,” imbuh Soerjantini.
| Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
|
|---|
| Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
|
|---|
| 8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
|
|---|
| Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
|
|---|
| Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.