Berita Viral

IMBAS Kematian Bocah 7 Tahun Usai Operasi Amandel, Direktur RS Kartika Husada dan Dokter Dipolisikan

Imbas kematian Alvaro, bocah 7 tahun seusai operasi amandel, delapan orang dari Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih, Bekasi harus berurusan dengan huk

Editor: Musahadah
kolase tribun jakarta
Delapan orang dari RS Kartika Husada, Jatiasih, Bekasi dipolisikan imbas kematian bocah 7 tahun seusai operasi amandel. 

SURYA.CO.ID - Imbas kematian Alvaro, bocah 7 tahun seusai operasi amandel, delapan orang dari Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih, Bekasi harus berurusan dengan hukum.

Hal ini setelah pihak keluarga Alvaro melaporkan delapan orang itu ke Polda Metro Jaya.

Delapan orang ini diantaranya dokter anastesi, dokter THT, dokter spesialis anak, hingga direktur RS Kartika Husada, Jatiasih.

Laporan itu teregistrasi dengan nomor: STTLP/B/5814/IX/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.

Kuasa hukum keluarga Alvaro, Cahaya Christmanto menjelaskan, delapan orang ini dilaporkan atas pelanggaran Undang-Undang Kesehatan dan tentang Perlindungan Konsumen.

Baca juga: KRONOLOGI Bocah 7 tahun Meninggal Usai Operasi Amandel lalu Mati Batang Otak, Orangtua Polisikan RS

Pihaknya berharap Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya segera menyelidiki kasus ini dan pihak RS Kartika Husada mau mengikuti proses hukum.

Seperti diketahui, Alvaro akhirnya meninggal dunia pada Senin (2/10/2023) petang, setelah dirawat lebih dari 10 hari di RS Kartika Husada, Jariasih.

Kabar meninggalnya Alvaro, disampaikan langsung oleh sang ayah, Albert Francis, dalam sebuah pesan singkat.

"Betul, anak saya sudah meninggal dunia," ujar Albert melalui pesan WhatsApp kepada wartawan, Senin (2/10/2023) malam.

Albert mengatakan, anaknya meninggal dunia pada Senin sekitar pukul 18.45 WIB.

Albert mengungkapkan, dirinya belum pernah mendapat penjelasan dari pihak Rumah Sakit Kartika Husada terkait penyebab anaknya meninggal dunia usai operasi amandel.

"Tidak ada jawaban yang jelas dan pasti, istilahnya penyebab anak saya bisa sampai mati batang otak," kata Albert.

Albert menuturkan, ia dan keluarga hanya diinformasikan bahwa hal yang dialami anaknya merupakan risiko dari tindakan operasi.

"Tidak ada penjelasan medis secara pasti, yang ada hanya dijelaskan ini adalah risiko operasi," ujarnya.

Dengan suara sendu dan mata berkaca-kaca, Albert berharap peristiwa yang menimpa anaknya ini tidak akan terulang kembali.

Ia menyampaikan, meninggalnya sang anak bisa menjadi pembelajaran agar ke depannya tak ada lagi korban yang bernasib sama seperti anaknya.

"Saya saat ini mewakili A, semoga ini yang terakhir, dan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, baik rumah sakit, orangtua, ataupun kita semua sebagai masyarakat," jelasnya.

Albert menuturkan, anaknya dirawat di RS tersebut menggunakan BPJS.

Total ada empat dokter yang menangani Alvaro.

"Empat orang, ada anestesi, THT, syaraf, dokter anak. Di meja operasi dua, di meja operasi spesialis THT dan anestesi yang benar-benar bekerja di situ," paparnya.

Sebelumnya, Alvaro didiagnosis mati batang otak usai menjalani operasi di RS Kartika Husada, Jatiasih, Kota Bekasi.

Albert mengatakan putranya menjalani operasi setelah mendapat rujukan dari puskesmas pada Selasa (19/9/2023).

Keluhan awal, Alvaro mengalami penyakit amandel yang sudah membesar dan disarankan untuk diangkat. Pihak rumah sakit juga menyarankan hal yang sama.

"Dijadwalkan tindakan operasi pukul 12.00 WIB, akan tetapi ditunggu pukul 12.00 WIB belum datang, jadi istri saya berpikir bisa dia mandi sebentar, pada saat dia masih mandi tiba-tiba perawat datang untuk membawa anak saya ke ruang operasi tanpa istri saya ketahui," kata Albert saat dihubungi, Jumat (29/9/2023).

Albert menuturkan, istrinya terkejut mengetahui anaknya tidak ada di kamar rawat dan sudah dipindahkan ke ruang operasi.

"Istri saya mendapatkan lokasi ruang operasi, akan tetapi anak saya sudah berada di dalam ruang operasi dan istri saya sudah tidak dijinkan masuk atau menemui anak saya," ujar Albert.

Istri Albert lalu diberikan kertas untuk ditandatangani sebelum A menjalani operasi amandel.

"Istri disodorkan form untuk ditandatangani, dikarenakan sedang panik jadi dia hanya tanda tangan tanpa benar-benar paham apa isi form tersebut," imbuhnya.

Dari pukul 12.30 WIB, A menjalani operasi selama satu jam.

Setelah itu, dokter THT memberikan informasi operasi berjalan lancar.

Baca juga: Anaknya Didiagnosis Mati Batang Otak usai Operasi Amandel, Orangtua Sebut Penjelasan Pihak RS Berputar-putar

Selanjutnya, dari penuturan Albert, dokter anestesi yang mengambil alih untuk menyadarkan kembali anaknya.

"Tetapi di saat itu anak saya terlihat kesusahan dalam mengambil napas karena terlihat anak saya berusaha mengambil napas lewat mulutnya sekitar tiga kali seperti orang mendengkur keras," jelas Albert.

A kemudian mengalami henti napas dan henti jantung.

Dokter anestesi dan perawat langsung melakukan resusitasi jantung dan memasang ventilator.

Albert menuturkan, setelah itu sampai dengan hari Kamis, kondisi Alvaro mengalami penurunan tingkat kesadaran.

"Di hari Jumat malam pihak dokter mendiagnosis anak saya sudah mati batang otak berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) anak saya," ucapnya.

Alvaro rencananya akan dibawa pihak keluarga ke rumah duka Rumah Sakit (RS) St. Elisabeth, Rawalumbu, Kota Bekasi. 

Di rumah duka, keluarga akan menggelar kebaktian serta upacara adat untuk mengantar jenazah sebelum dikebumikan. 

Albert menegaskan, kasus dugaan malpraktik yang menimpa putranya sudah dilaporkan ke Polda Metro Jaya

Di samping proses hukum yang berjalan, dia berharap otoritas kesehatan atau kedokteran dapat tergerak membantu menyelamatkan putranya. 

"Saya ingin berusaha mencari yang terbaik untuk anak saya saat ini, apa pun nanti hasil akhirnya, kita serahkan kepada Tuhan, dengan segala hormat saya meminta pertolongan untuk anak saya," tegas dia. 

RS Kartika Husada Jatiasih Sebut Telah Lakukan Operasi Sesuai Prosedur

Ayah Alvaro, Albert Francis (kiri) berduka setelah sang putra meninggal dunia seusai operasi amandel. Foto kiri: ilustrasi.
Ayah Alvaro, Albert Francis (kiri) berduka setelah sang putra meninggal dunia seusai operasi amandel. Foto kiri: ilustrasi. (kolase tribun jakarta/istimewa)

Sementara itu, dilansir Surya.co.id dari Kompas.com, pihak RS Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi, menyebut bahwa mereka sudah meminta persetujuan keluarga sebelum melakukan operasi amandel A (7) pada Selasa (19/9/2023).

Sebelum dioperasi, bocah tujuh tahun yang kini didiagnosis mati batang otak itu menunggu di ruang rawat inap.

Setelah itu, ia dibawa ke ruang operasi.

"Intinya kami sudah melakukan komunikasi kepada keluarga terkait sebelum pemindahan pasien dari ruang rawat inap ke ruang operasi," imbuh Perwakilan Manajemen RS Kartika Husada Bekasi, Rahma Indah Permatasari, Jumat (29/9/2023).

Rahma Indah Permatasari, menyebutkan, terjadi hal yang tidak diinginkan setelah A (7) menjalani operasi amandel.

"Di ruang pemulihan terjadi keadaan yang tidak diinginkan. Perkembangan kondisi pasien tidak sesuai dengan apa yang diharapkan," ujarnya.

Menurut Rahma, menurunnya kondisi pasien A pasca-operasi amandel merupakan hal di luar kendali pihaknya.

Sebab, RS telah melakukan semua penanganan dan pemeriksaan sesuai standar operasional perusahaan (SOP).

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bocah 7 Tahun Itu Mengembuskan Napas Terakhir Usai Operasi Amandel..."

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved