Berita Viral

Nasib Miris 3 Bocah SD di NTT Disuruh Jilat Tembok dan Makan Kertas oleh Kepsek usai Sumpit-sumpitan

Miris, 3 bocah SD di NTT mengaku disuruh jilat tembok dan kaca. Selain itu, mereka juga diminta makan kertas dan dipukul dengan kayu.

iStockphoto
Ilustrasi. Sebanyak 3 bocah SD mendapat tindakan tidak manusiawi oleh kepala sekolah. 

SURYA.CO.ID - Nasib miris menimpa seorang bocah kelas 3 sekolah dasar (SD) di Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bocah 3 bocah SD di NTT tersebut mendapat perilaku yang tidak menyenangkan saat berada di sekolah.

Adapun, para bocah SD itu diduga menerima perundungan dari kepala sekolah (kepsek).

Mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh kepsek, salah satunya yakni disuruh menjilat tembok.

Bukan hanya itu, ketiga bocah SD tersebut juga diminta untuk makan kertas.

Bahkan, mereka juga menerima tindakan kekerasan berupa pemukulan.

Perundungan oleh kepsek dan bocah SD itu dilakukan di depan sekolah.

Aksinya turut disaksikan oleh para siswa yang lain.

Usai mendapat perlakuan tak pantas, ketiganya melapor kepada orang tua.

Tak terima dengan aksi kepsek, keluarga 3 bocah SD itu pun melapor ke polisi.

Kini, pihak kepolisian telah memeriksa para saksi?

Lantas, bagaimana kronologi kejadiannya?

Diketahui, 3 bocah SD itu berinisial JT, AB, dan SB.

Mereka merupakan siswa di salah satu SD di Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT),

Ketiganya mengaku diperlakukan tidak manusiawi oleh kepala sekolah mereka sendiri. 

Dilansir Surya.co.id dari Kompas.com, ketiganya disuruh menjilat tembok, menjilat kaca, menjilat pintu sekolah, dan makan serta menelan kertas buku.

Pengakuan ketiga siswa itu disampaikan kepada Ketua DPC Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) Kabupaten TTS, Yorim Fallo, dalam video berdurasi 4 menit 11 detik, yang diperoleh Kompas.com, Kamis (28/9/2023).

JT mengaku, dianiaya kepala sekolah mereka berinisial SEEH, karena bermain sumpit-sumpitan menggunakan sedotan bekas es cendol di dalam kelas pada Senin (18/09/2023) lalu.

Ilustrasi bocah SD diperlakukan tidak manusiawi oleh kepala sekolah
Ilustrasi bocah SD diperlakukan tidak manusiawi oleh kepala sekolah (Freepik)

Dia menuturkan, kejadian itu bermula saat mereka keluar sekolah.

JT, AB dan SB masih berada di dalam kelas dan bermain sumpit-sumpitan.

Teman-temannya yang lain lalu memberitahukan hal itu kepada SEEH.

Sang kepala sekolah, lalu memanggil ketiganya berdiri di depan sekolah dan mencontohkan cara bermain sumpit-sumpitan.

"Setelah itu, ibu suruh kami tiga jilat tembok, jilat pintu dan jilat kaca. Setelah itu makan kertas dan telan," ungkap JT.

JT mengatakan, jika tidak menelan kertas maka ketiganya tidak akan pulang sekolah.

Saat diperlakukan seperti itu, semua teman-teman mereka menyaksikan langsung.

Tak hanya sampai disitu, JT dan SB pun dipukul menggunakan kayu.

"Saya dipukul sebanyak tiga kali dan teman SB dipukul sekali," ungkap JT.

Selain pakai kayu, JT juga dipukul pakai tangan berulangkali di tubuhnya.

Karena tak tahan dipukul, JT akhirnya menangis.

Akibat dipukul, tubuh bocah itu sempat kesakitan dan ada tanda di lengan kiri bagian atas.

Orangtua yang mengetahui kejadian itu, lalu bersama JT mendatangi Markas Kepolisian Sektor Kualin, TTS, untuk membuat laporan polisi.

Baca juga: Miris Guru Bully Siswa hingga Nangis Sesenggukan, Diejek Gegara Gendut, Ortu: Banjir Tersedu-sedu

Hal itu dibenarkan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah NTT Komisaris Besar Polisi Ariasandy. 

"Kasus ini telah dilaporkan pada tanggal 18 September 2023, dengan laporan polisi nomor LP/B/25/IX/2023/Sek Kualin/Res TTS/Polda NTT," kata Ariasandy, kepada Kompas.com, Kamis sore.

Para korban lanjut Ariasandy, telah divisum et rerpertum.

Saat ini, polisi sedang memeriksa sejumlah saksi dan rencananya memanggil terlapor untuk dimintai keterangan. 

Siswa SMA Dibully Guru dan Teman hingga Takut Sekolah

Sebelumnya, dilansir Surya.co.id dari TribunBengkulu.com, 4 orang oknum guru dan 9 pelajar yang diduga melakukan aksi bullying atau perundungan terhadap salah satu siswa SMA Negeri di Kota Bengkulu.

Akibat dugaan aksi bullying dan perundungan tersebut, korban sampai mengalami trauma dan takut untuk berangkat ke sekolah.

Dikatakan Hermika Media Sari, yang merupakan orang tua korban, untuk 9 pelajar yang diduga melakukan perundungan, memang tidak merundung secara fisik.

Namun 9 pelajar yang merupakan teman sekelas korban tersebut, sering mengata-ngatai korban, dengan kata-kata yang kurang pantas.

Sedangkan untuk 4 oknum guru yang diduga juga terlibat melakukan aksi perundungan, dengan melakukan fitnah terhadap korban.

Dimana oknum guru tersebut mengatakan bahwa korban mendapatkan juara di kelas bukan karena kepintarannya.

Melainkan karena orang tua korban memberi sejumlah uang kepada wali kelas, maupun guru mata pelajaran yang memberi nilai.

Ternyata hal tersebut sempat didengar oleh korban, dan membuat keadaan korban menjadi semakin down.

"Selain itu ada beberapa guru yang bilang anak saya sakit mental atau psikisnya.

Baca juga: Bahaya, Perundungan Masa Kini pakai Akun Anonim Bully Korban di Media Sosial

Padahal anak saya adalah pasien di rumah sakit sejak 2021 karena mengalami sakit autoimun dan masih konsumsi obat rutin hingga saat ini," ungkap Hermika.

Diberitakan sebelumnya, dari dugaan aksi perundungan tersebut, Senin (31/7/2023) orang tua korban langsung mendatangi SMA Negeri 09 Kota Bengkulu.

Kedatangan orang tua korban tersebut untuk meminta pertanggungjawaban pihak sekolah atas apa yang terjadi pada anaknya.

Selai itu orang tua korban juga meminta kepada pihak sekolah untuk meminta maaf atas perbuatannya yang telah dilakukan.

Serta menindak para pelaku yang diduga telah melakukan perundungan terhadap anaknya, selama 2 tahun terakhir.

Terpisah Kepala SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Basuki Dwiyanto mengakui bahwa benar ada peristiwa perundungan yang dialami oleh salah satu muridnya.

Hari ini sebagai tindak lanjut, dirinya sudah memfasilitasi pertemuan antara orang tua korban dan oknum guru maupun oknum pelajar yang diduga menjadi pelaku perundungan.

"Hari ini kita sudah fasilitasi, kita pertemukan antara siswa maupun guru yang diduga melakukan perundungan, yang disampaikan keluarga korban, dan diakhiri dengan permintaan maaf," kata Basuki.

Atas kejadian tersebut, Basuki mengatakan, secara kelembagaan pihaknya pasti sangat menghindari adanya perbuatan perundungan.

Namun tentunya hal tersebut memang merupakan tugas yang berat apalagi mengingat para pelajar juga bukan hanya dididik di sekolah, namun juga dilingkungan tempat tinggalnya.

"Tapi secara kelembagaan kita tidak menginginkan ini terjadi. Anak kita ini butuh bimbingan, bukan hanya mengajar tapi dididik juga. Namun namanya manusia mungkin dia memiliki keinginan yang baik, namun penyampaiannya yang nggak pas," ungkap Basuki. (Kompas,com/TribunBengkulu.com)

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved