Jaringan Narkoba Fredy Pratama
BIODATA Komjen Wahyu Widada yang Terima Anugerah MURI Gegara Ungkap Jaringan Narkoba Fredy Pratama
Inilah profil dan biodata Komjen Wahyu Widada yang terima anugerah dari MURI karena bongkar jaringan narkoba Fredy Pratama.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Inilah profil dan biodata Komjen Wahyu Widada yang terima anugerah dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) karena bongkar jaringan narkoba Fredy Pratama.
Diketahui, Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menerima anugerah dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas prestasinya mengungkap jaringan narkoba internasional Fredy Pratama alias Miming.
Piagam penghargaan Rekor MURI itu diberikan langsung oleh pendiri MURI Jaya Suprana kepada Komjen Pol Wahyu Widada di sela-sela ekspose pengungkapan kasus jaringan transnasional narkoba Fredy Pratama, di Lapangan Bhayangkara, Jakarta, Selasa.
“Kami diberi kehormatan untuk memberikan anugerah atas nama Bangsa Indonesia sebagai ucapan terima kasih kepada Bareskrim dan segenap jajarannya maupun kepada teman-teman kita dari Thailand dan Malaysia, serta Amerika Serikat,” kata Jaya Suprana, melansir dari ANTARA.
Sebelum menyerahkan piagam penghargaan, Jaya Suprana sempat berseloroh terkait pesan kedua orangtuanya agar dirinya jangan sampai “diundang” ke Bareskrim Polri (ditangkap).
“Jangan sampai kamu diundang ke Bareskrim. Itu adalah pesan kedua orangtua saya,” kata Jaya Suprana.
Namun, hari ini Jaya Suprana hadir di Bareskrim Polri diundang sebagai tamu kehormatan yang menyerahkan penghargaan kepada Kabareskrim Polri.
Baca juga: SOSOK AKP Andri Gustami Oknum Perwira Polri Kurir Narkoba Jaringan Fredy Pratama, Ini Rekam Jejaknya
“Maka disertai permohonan maaf kepada kedua orangtua saya, maka hari ini saya diundang ke Bareskrim. Tapi bukan untuk ditersangkakan ataupun belum ditangkap.
Tapi kami diberikan kehormatan untuk memberikan anugerah,” katanya pula.
Menurut Jaya Suprana, pengungkapan narkoba yang dilakukan jajaran Bareskrim Polri ini merupakan terbesar dan terbanyak dalam menyelamatkan ribuan nyawa anak bangsa dari ancaman narkoba.
“Dengan bangga Bapak Kabareskrim kami akan segera akan menunaikan tugas kami, karena apa yang sudah Anda lakukan, telah menyelamatkan generasi muda bangsa Indonesia,” katanya lagi.
Lantas, seperti apa profil dna biodata Komjen Wahyu Widada?
Melansir dari Wikipedia, Komjen Wahyu Widada lahir 11 September 1969.
Ia adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 24 Juni 2023 mengemban amanat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Wahyu, merupakan lulusan terbaik Akpol 1991.
Dia mengawali karirnya di satuan Polairud. Jabatan terakhir jenderal bintang tiga ini adalah Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri.
Riwayat Jabatan:
Pama Subdit Poludara Ditsamapta Polri (04—07—1992)
Co Pilot Sat Yaptar Subdit Poludara Ditsamapta Polri (01—03—1994)
Co Pilot Satyaptar Subdit Poludara Ditsamapta Polri (01—01—1996)
Pama PTIK Polri (01—08—1996)
Pama Ditsamapta Polri (01—07—1998)
Paur Ro Bangpers Ditsamapta Polri (01—10—1998)
Paban Muda Kermadik Padya Bangdik Paban III/Dik Spers (01—11—2000)
Kapolsek Metro Pademangan (04—10—2001)
Wakapolres Bekasi (11—10—2004)
Ses Spripim Polda Metro Jaya (23—02—2005)
Kasubbag Mutjabpama Bag Mutjab Robinkar SDE SDM Polri (17—11—2006)
Pamen SDE SDM Polri (12—12—2006)
Kapolres Pekalongan (19—12—2008)
Sespri Kapolri (17—10—2009)
Kapolres Metro Tangerang (29—09—2010)
Kapolres Metro Tangerang Kota (19—10—2011)
Dirreskrimsus Polda Banten[4] (30—05—2013)
Analis Kebijakan Madya Bidang Pidter Bareskrim Polri[5] (26—03—2014)
Staf Kepresidenan (Pamen Bareskrim Polri) (11—09—2015)
Kabagren Rojianstra SSDM Polri (31—12—2015)
Waketbid Minwa STIK PTIK (14—11—2016)
Karojianstra SSDM Polri (18—04—2017)
Wakapolda Riau (14—10-2018)
Kapolda Gorontalo (21—10—2019)
Kapolda Aceh[6] (03—02—2020)
Asisten SDM Kapolri[7] (26—07—2021)
Kabaintelkam Polri (26—02—2023)
Kabareskrim Polri (24—06—2023).
Jaringan Narkoba Fredy Pratama
Jaringan narkoba Fredy Pratama tidak hanya beraksi di Indonesia, namun sudah melebarkan pangsanya hingga ke Malaysia bagian timur.
Pengungkapan jaringan narkoba Fredy Pratama ini kerja sama berbagai kementerian/lembaga, kepolisian daerah (polda) jajaran, serta melibatkan Kepolisian Malaysia dan Kepolisian Thailand.
Menurut Kepala Bareskrim Polri Komjen Wahyu Widada, ini merupakan pengungkapan sindikat kasus narkoba terbesar se-Indonesia.
"Setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa sindikat Fredy pratama ini adalah sindikat narkoba yang cukup besar, mungkin terbesar," kata Wahyu dalam paparannya di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/9/2023).
Wahyu menyampaikan, pengungkapan ini merupakan yang terbesar lantaran pada kurun waktu 2020-2023, ada 408 laporan kasus narkoba terkait jaringan Fredy Pratama.
Dari jumlah tersebut, ada 884 tersangka yang sudah ditetapkan.
Meski sindikatnya sudah diungkap, Fredy masih buron.
Berikut fakta lengkapnya:
1. Punya alat komunikasi khusus
Menurut Wahyu, sindikat narkoba jaringan internasional Fredy Pratama bekerja secara rapi dan terstruktur.
Meski begitu, sindikat ini memiliki kesamaan modus operandinya, salah satu kesamaannya dalam hal cara komunikasi.
"Ada kesamaan modus operandi yang digunakan oleh para sindikat tersebut. Khususnya penggunaan alat komunikasi, yaitu menggunakan aplikasi Blackberry Messenger Enterprise, Threema, dan Wire saat berkomunikasi," ucap dia.
Hal ini yang akhirnya membuat Polri berhasil mengungkap anggota sindikat Fredy tersebut.
Sebab, berdasarkan hasil pendalaman sejumlah kasus narkoba yang komunikasi dengan cara itu, bermuara pada Fredy Pratama.
Sindikat ini pun hanya memakai aplikasi komunikasi yang sudah diatur, bukan aplikasi yang biasa digunakan masyarakat umum.
"Sehingga dipilihlah tadi BBM Messenger, Wire, dan lain sebagainya. Ini sudah diatur semuanya. Jadi terstruktur sekali dan terorganisir sekali sindikasi ini," kata dia.
2. Punya banyak nama samaran
Komjen Wahyu Widada menyebut, Fredy Pratama sempat terdeteksi dan mengendalikan peredaran gelap narkoba dari Thailand.
Fredy merupakan bandar besar sindikat peredaran gelap narkoba jaringan internasional yang hingga kini buron.
“Yang bersangkutan ini mengendalikan peredaran narkoba di Indonesia dari Thailand,” ucap Wahyu dalam konfrensi di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (13/9/2023).
Wahyu juga menyebut, wilayah operasi peredaran narkoba jenis sabu dan ekstasi yang dilakukan sindikat Fredy ada di Indonesia dan Malaysia bagian timur.
Selain itu, Fredy memiliki banyak nama samaran. Hal ini terungkap setelah Polri membongkar sindikatnya.
“Fredy pratama alias Miming dengan nama samaran di komunikasinya The Secret, Casanova, Airbag, dan Mojopahit,” ucap dia.
Terkait keberadaan Fredy, polisi mencarinya dengan menggandeng pihak Kepolisian dan Imigrasi di Thailand.
Dalam kesempatan yang sama, pihak Kepolisian Thailand menyebut, buron kasus narkoba itu sudah keluar dari Thailand.
Namun, pihak Kepolisian Thailand belum mau mengungkap temuan Riwayat perjalan Fredy itu kepada publik.
Sebab, hal ini akan dikoordinasikan dengan pihak Indonesia.
“Fredy Pratama telah meninggalkan Thailand. Tujuannya telah diketahui tetapi belum bisa disampaikan kepada pers karena hal itu harus dikoordinasikan dengan Indonesia lebih dahulu,” ucap Royal Thai Police Pol Maj Gen Phanthana Nutchanart dalam konferensi pers.
3. Perputaran uang triliunan
Dari pengungkapan sindikat itu, setidaknya polisi telah menyita total Rp 10,5 triliun aset dan barang bukti selama periode 2020-2023.
"Nilainya cukup fantastis yaitu sekitar Rp 10,5 trilihn selama tahun 2020 sampai 2023," kata Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Wahyu Widada dalam konferensi pers di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/9/2023).
Adapun nilai tersebut merupakan akumulasi dari tindak pidana asal (TPA) yakni tindak pidana narkoba serta tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang dilakukan para tersangka.
Wahyu merincikan sebanyak Rp 55,02 miliar aset disita dari kasus tindak pidana narkotika. Lalu, sebanyak Rp 111,83 miliar aset tanah dan bangunan di berbagai wilayah juga turut disita.
Kemudian, ada juga sebanyak aset yang sedang dikoordinasikan dengan pemerintah Thailand telah disita senilai Rp 273,43 miliar.
Lalu, sebanyak Rp 31,6 miliar uang tunai disita oleh Polres Bandara Soekarno Hatta.
Kemudian sebanyak 10,2 ton sabu yang dirupiahkan nilainya mencapai Rp 10,2 triliun, 116.346 butir ekstasi yang dirupiahkan mencapai Rp 63,99 miliar.
Wahyu menegaskan pihaknya turut menerapkan pasal tindak pidana narkoba dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) kepada para tersangka.
"Akan kita miskinkan dengan melakukan penyitaan terhadap aset-aset yang dimiliki khususnya yang berasal dari tindak pidana peredaran gelap narkoba dan diharapkan juga dengan diungkapnya sindikat ini, bisa mengurangi jumlah narkoba yang ada di Indonesia kemudian juga bisa memberikan efek jera kepada para pelaku ini," ucapnya.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.