Berita Trenggalek

Bersihkan Sungai dari Sampah Popok, Warga Trenggalek Ini Sulap Pandean Jadi Desa Wisata Terbaik

Udara bersih nan sejuk bisa ia rasakan setiap pagi, saat berangkat sekolah mengajar anak didiknya di TK Dharma Wanita I Pandean, Kecamatan Dongko

Foto Istimewa
Wisatawan Menikmati River Tubing di Taman Watu Kandang, Desa Pandean, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. 

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Tinggal di daerah pegunungan Kabupaten Trenggalek dengan kondisi alam yang asri membuat Ririn Setyo Widihastutik tak henti memanjatkan rasa syukurnya.

Udara bersih nan sejuk bisa ia rasakan setiap pagi, saat berangkat sekolah mengajar anak didiknya di TK Dharma Wanita I Pandean, Kecamatan Dongko.

Namun di balik itu semua, siapa sangka Ririn punya kekhawatiran yang besar terhadap kondisi sungai di kampungnya yang semakin lama semakin kotor, tercemar oleh sampah rumah tangga terutama sampah popok.

Padahal sungai yang membelah Desa Pandean tersebut punya peran vital untuk kehidupan sehari-hari warga sekitar, mulai dari irigasi sawah, mencuci baju, hingga dikonsumsi saat sumur mulai kering.

"Anak-anak juga sering mandi dan bermain air di sungai ini, pulangnya kadang kala ada yang gatal-gatal," kata Ririn, Selasa (5/9/2023).

Berangkat dari itu semua, pada tahun 2021 Ririn bersama 6 orang warga desa setempat mulai membersihkan sungai tersebut.

Satu persatu sampah rumah tangga terutama popok mereka pungut secara bertahap untuk mengembalikan sungai yang bersih yang mereka idamkan.

Tak sedikit warga yang mencibir aksi Ririn dan teman-temannya, namun yang mendukung juga tak kalah banyak.

"Ada yang bilang stres lah, gila lah, kurang kerjaan dan lain-lain. Tapi saya dan teman-teman tetap lanjut hingga sedikit demi sedikit sungai mulai kelihatan bersih dari sampah," jelas Ririn.

Namun betapa kagetnya Ririn di lain hari, saat ia akan melanjutkan membersihkan sungai, ternyata sudah ada tumpukan sampah popok yang baru.

Tumpukan pupuk tersebut menyumbat aliran air sungai, sebagian lainnya mengapung terbawa arus dan tersangkut di antara bebatuan.

Tak patah arang, ia pun bekerja sama dengan elemen masyarakat, sejumlah pemerintah desa untuk mensosialisasikan agar jangan membuang sampah sembarangan terutama di sungai.

Ini dilakukan karena kebiasaan membuang sampah popok bukan hanya dari warga desa setempat namun juga warga dari desa lain yang berada di hulu sungai.

Di sisi lain, ia menyadari jika sosialisasi saja tidak akan ampuh untuk mengubah kebiasaan membuang sampah di sungai tersebut.

Terbersit di benaknya untuk menyulap sungai tersebut menjadi sebuah taman dilengkapi dengan wahana river tubing, outbound serta pertujukan budaya dan permainan tradisional khas Desa Pandean.

Mulai dari tabuh lesung, karawitan, terbang elo, ngundat bengkeng, angon wedus, dan tradisi lainnya.

"Tahun 2021 kita mulai rintis dan wujudkan rencana tersebut dengan dana mandiri dan gotong royong teman-teman," jelas Ririn.

Ia memberdayakan warga sekitar sebagai pemandu fasilitas tersebut dan melibatkan langsung dalam kesenian-kesenian yang ditampilkan.

Warga juga diminta untuk menyediakan makanan dan minuman khas Desa Pandean, mulai dari Sego Tiwul, hingga Kencur Putih.

"Areal parkir, toilet, musala, balai pertemuan, dan fasilitas penunjang lainnya kita bangun sedikit demi sedikit untuk membuat nyaman pengunjung," tambahnya.

Satu persatu pengunjung datang, walaupun hanya ingin bermain di sungai yang diberi nama Taman Watu Kandang tanpa mencoba river tubing atau fasilitas lain di sungai tersebut.

Namun tanpa disadari foto dan video yang diunggah di media sosial oleh pengunjung membuat Desa Pandean semakin dikenal oleh masyarakat Kabupaten Trenggalek hingga makin banyak wisatawan lokal yang datang ke desanya.

"Karena semakin banyak aktivitas di sungai, warga menjadi berpikir berkali-kali untuk membuang sampah di sungai. Masalah sampah pun bisa dibilang sudah teratasi," tegasnya.

Seiiring berjalannya waktu, di tahun 2022 Pemkab Trenggalek menugaskan Desa Pandean untuk mendaftar ke Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).

Berkompetisi dengan ratusan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia, Desa Pandean terus berbenah dengan menambah fasilitas, kuliner tradisional, serta atraksi budaya.

Upaya tersebut tak sia-sia, Desa Wisata Pandean berhasil menjadi salah satu desa wisata berkembang terbaik di Tanah Air dengan meraih juara Harapan 1 Kategori Desa Wisata Berkembang dalam ADWI 2022.

Predikat tersebut sedikit banyak membuat nama Desa Pandean makin melambung hingga wisatawan dari penjuru Indonesia berdatangan.

"Wisatawan dari Sulawesi, dari Kalimantan banyak juga yang kesini," jelas Ririn.

Semakin banyaknya wisatawan dari luar kota dimanfaatkan Ririn untuk mengembangkan homestay di Desa Pandean.

Rumah penduduk disulap menjadi homestay dengan menambah jumlah kamar, memperbaiki interior, dan melakukan pembekalan agar tuan rumah bisa memberikan layanan selayaknya homestay.

Tak sia-sia, upaya tersebut bisa dirasakan hasilnya yang mana dalam East Java Tourism Award (EJTA) 2022 yang digelar di Kota Batu bulan Desember tahun 2022, Desa Pandean meraih penghargaan terbaik II dalam Industri Pariwisata Kategori Pondok Wisata/Homestay.

Tak hanya itu Taman Watu Kandang juga menjadi pemenang DTW (Daya Tarik Wisata) Alam dalam kategori Terbaik Pengelolaan Kelompok Masyarakat.

"Saat ini warga sekitar yang mendapatkan berkah terlibat langsung di desa wisata Pandean lebih kurang 100 orang," papar Ririn.

Berbagai capaian tersebut menurutnya adalah buah kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi sungai, menjaga kelestarian alam, serta tradisi dan budaya Desa Pandean.

"Kami tidak akan mengubah bentuk sungai, misalnya harus membuat bendungan air agar tetap bisa dipakai untuk river tubing saat musim kemarau," jelas Ririn

"Apa yang dimiliki alam adalah bentuk terbaik diberikan tuhan, kita harus merawat dan memaksimalkan itu tanpa harus mengubah atau bahkan merusaknya," pungkasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved