Bayi Tertukar di Bogor

CERITA SEDIH Kelahiran Bayi Tertukar di Bogor: Butuh 1,5 Tahun Hamil, Ayah Meninggal Jelang Lahir

Terungkap cerita sedih di balik kasus bayi tertukar di Bogor yang menimpa Dian Prihatini dan Siti Mauliah. 

Editor: Musahadah
kolase youtube Kompas TV
Dian Prihatini menceritakan perjuangannya memiliki bayi sebelum akhirnya terungkap jika anaknya tertukar. 

SURYA.co.id - Terungkap cerita sedih di balik kasus bayi tertukar di Bogor yang menimpa Dian Prihatini dan Siti Mauliah

Ternyata, di balik kelahiran bayi itu, Dian Prihatini dan sang suami, Hartono harus melewati cobaan berat. 

Cerita sedih itu diungkapkan Dian Prihatini dan Hartono saat kali pertama tampil di acara ROSI Kompas TV pada Kamis (31/8/2023) malam. 

Hartono menguraikan, kelahiran buah hatinya itu sudah dinanti-nantikan sejak lama. 

Warga Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor ini pun menceritakan awal perjuangannya demi memiliki momongan.

Baca juga: SOSOK Margareth Kurnia Direktur RS Sentosa Diskakmat Hotman Paris Gara-gara Ganti Rugi Bayi Tertukar

Diakui, setelah menikah Dian tak langsung hamil.

Butuh waktu 1,5 tahun bagi perempuan berhijab ini untuk mengandung. 

"Karena istri ada kendala, ada sakit. Terus kita ikut program istri biar bisa hamil," ungkapnya.

Setelah berhasil, Hartono pun menjaga agar bayi dan istrinya selalu sehat.

 Seperti ibu hamil kebanyakan, mereka juga menggelar acara 7 bulanan di kampung halaman mereka.

"Di itu ada mbahnya, almarhum bapak, selalu nanyain calon cucunya kapan lahirannya gitu," kenang Hartono.

Bahkan seperti punya firasat akan segera pulang, sang kakek pun terus menanyakan kelahiran cucunya tersebut.

Namun rupanya keinginan sang kakek melihat cucunya itu tak sempat terwujud.

Hartono justru mendapat kabar kalau ayahnya itu sudah berpulang.

"Pas barengan istri masuk rumah sakit, bapak pun gak ada, meninggal," tuturnya.

Saat itu Hartono pun memutuskan pulang kampung untuk mendampingi keluarganya.

Ia tiba di kampung sore hari, kemudian malamnya menggelar tahlilan.

"Pagi langsung berangkat ke rumah sakit," katanya lagi.

Hartono pun pilu mengetahui kenyataan kalau ayahnya tak bisa bertemu dengan cucu yang selalu ia tanyakan kelahirannya itu.

"Itu yang membuat saya agak sedih, gak karuan," kata dia.

Berjalannya waktu, senang dengan kelajiran anak saya. 

KIta asuh baik dengan sepenuh hati. 

Mencoba beradaptasi dengan luka akibat kehilangan sang ayah, Hartono kembali dikagetkan dengan kedatangan Siti Mauliah ke rumahnya.

"Tiba-tiba ada yang dateng ngasih informasi kalau ada anak saya sama anak ibu Siti ada indikasi tertukar," katanya lagi.

Bak petir di siang bolong, Hartono pun mengaku stres mendapat informasi tersebut.

"Kaget, syok dengan kejadian semacam ini, gak terpikirkan kok bisa terjadi gitu," ujarnya lagi.

Hal serupa diungkapkan Dian. 

Dian mengaku butuh waktu lama untuk mencerna informasi tersebut dari Siti Mauliah akhir tahun lalu.

"Jadi sebenarnya say bukan nolak (tes DNA), awalnya syok," kata Dian dilansir dari tayangan ROSI di Kompas TV, Jumat (1/9/2023).

 Menurut Dian, saat itu Siti Mauliah datang ke rumahnya seorang diri.

"Waktu awal-awal Bu Siti dateng ke rumah waktu umur (bayi) 5 bulan," jelasnya.

Dian yang yakin bahwa bayi yang ia rawat adalah anak kandungnya itu pun tak memiliki firasat apapun.

"Kita ngerasa gak ada yang berbeda, karena dari awal kita dikasih bayi yang ini," tutur Dian.

Kemudian Dian pun akhirnya mengungkap fakta baru yang selama ini tak diungkap ke publik.

Yakni soal tanggal lahir kedua bayi tertukar tersebut.

Rupanya bayi Siti Mauliah lahir sehari lebih dulu dari bayi kandung Dian.

"Saya itu lahiran tanggal 19 (Juli), Ibu Siti tanggal 18 (Juli)," ungkap Dian.

Bukan cuma itu saja, Dian juga rupanya baru dipertemukan dengan anaknya sehari setelah melahirkan.

"Emang sejak awal dari RS itu bilang 'ibu setelah lahiran disusui'. Saya pikir tanggal 19 langsung dikasih, ternyata tanggal 20 baru dikasih," ungkap Dian.

Bayi itu pun baru diberikan kepada Dian setelah diazani oleh suaminya, Hartono.

"Pada saat tanggal 20 dikasih itu udah yang ini," kata Dian.

Sehingga Dian pun selama ini tidak menaruh rasa curiga sama sekali seperti yang dirasakan oleh Siti Mauliah.

"Gelang itu dari awal sampai saya pulang tetap Ny Dian dan Tn Hartono," pungkasnya.

Sehingga ia pun mengaku syok saat Siti Mauliah tiba-tiba datang ke rumahnya.

"Jadi pas Bu Siti dateng, kita yang masa sih, gak mungkin. Karena kita dari awal merasa sudah sesuai , gak ada yang berbeda," pungkasnya.

Dian mengaku sempat curiga dengan kedatangan SIti ke rumahnya.

Pasalnya, Siti datang tanpa didatangi pihak rumah sakit.

Apalagi, ketika ditanya darimana dia tahu alamatnya, Siti mengaku mendapat datanya dari rumah sakit.

Hal ini semakin menambah kecurigaan Dian karena umumnya rumah sakit akan merahasiakan data pasiennya. 

Rumah Sakit Tak Bisa Bayar Ganti Rugi

Direktur RS Sentosa Margareth Kurnia (kiri). Simak reaksi Margareth Kurnia soal besaran biaya ganti rugi bayi tertukar.
Direktur RS Sentosa Margareth Kurnia (kiri). Simak reaksi Margareth Kurnia soal besaran biaya ganti rugi bayi tertukar. (kolase SURYA.co.id)

Besaran biaya ganti rugi kasus bayi tertukar di Bogor oleh pihak RS Sentosa saat ini ramai jadi perbincangan publik.

Pasalnya, ganti rugi yang ditawarkan pihak rumah sakit kepada para korban dianggap terlalu ringan.

Bahkan pengacara kondang Hotman Paris mencecar habis-habisan Direktur RS Sentosa, Margareth Kurnia, terkait hal ini.

Hal ini dilakukan Hotman dalam acara Hotroom Metro TV, Kamis (31/8/2023)

Dalam cara tersebut tampak hadir kuasa hukum salah satu korban, Rusdy Ridho, Deputi Perlindungan Khusus Anak Kemenppa, Nahar, dan tentunya Direktur RS Sentosa, Margareth Kurnia.

Dalam acara itu, pengacara kawakan ini menanyakan biaya ganti rugi pada kuasa hukum Dian, Rusdy Ridho.

"Saya pengin tahu angkanya aja deh (biaya ganti rugi)," tanya Hotman lagi.

Baca juga: SOSOK Margareth Kurnia Direktur RS Sentosa Diskakmat Hotman Paris Gara-gara Ganti Rugi Bayi Tertukar

"Menurut Bang Hotman, berapa nominal yang layak?" tanya balik Rusdy.

"Kalau saya mah triliunan," ujar Hotman.

"Mungkin (pihak korban mengajukan gugatan) triliunan juga (ke RS Sentosa)," kata Rusdy Ridho.

Tapi di Indonesia, Hotman  berharap tidak begitu.

"Nilai kemanusiaan di Indonesia enggak setinggi di luar negeri sana, makanya semua orang pakai asuransi," kata Hotman.

Hotman rupanya membandingkan kasus bayi tertukar tersebut dengan kasus yang terjadi di Amerika Serikat.

"Rumah sakit sudah mengakui bahwa ada malpraktik di kalangan bawahannya.

Undang-undang udah tegas tindakan bawahan adalah tanggung jawab majikan.

Kalau ini terjadi di Amerika itu sudah triliunan.

Hukum kita ada kerugian materiil dan immaterial," ungkap Hotman Paris.

Deputi Perlindungan Khusus Anak Kemenppa, Nahar memberikan tanggapan soal usulan Hotman Paris terkait biaya ganti rugi triliunan dari rumah sakit ke korban bayi tertukar.

Ganti rugi tersebut harusnya berlandaskan pada kepentingan anak semata.

"Apakah anda mendukung kalau si ibu menuntut ganti rugi yang besar? atau anda mendukung pihak rumah sakit yang hanya menawarkan ganti rugi fasilitas kesehatan gratis?" tanya Hotman Paris.

"Kami indikatornya adalah kepentingan anak," kata Nahar.

"Menurut anda tawaran dikasih berobat gratis itu masuk akal enggak?" tanya Hotman lagi.

Pakar Kesehatan Wahyu Andrianto mengatakan bahwa kesabaran yang telah diberikan Siti Mauliah sudah terlalu banyak.

"Menurut saya kesabarannya sudah cukup lama yah, ini kan kasus sudah setahun lebih seharusnya ada penyelesaian secara segera," kata Wahyu.

"Tadi kan udah ada kesepakatan mau mendiskusikan lagi. Yang pantas itu kebutuhan anak, tidak hanya fisik tapi psikis juga," ujar Nahar.

Enggan menerima jawaban standar dari Kemenppa tersebut, Hotman mendebat Nahar.

Menurut Hotman, harusnya pihak rumah sakit memberikan ganti rugi senilai fantastis untuk para korban.

"Jadi bapak sebagai pejabat, kalau ibu ini menuntut ganti rugi yang sangat besar itu masuk akal?" tanya Hotman Paris.

"Diukur sesuai dengan kebutuhan," jawab Nahar.

"Tidak bisa pak, kalau kerugian immateriil tidak bisa diukur dengan kebutuhan berapa susunya, berapa bayinya, bajunya. Konsep kerugian immateriil itu adalah sanksi kalau kita lalai, tidak dihitung uang itu berapa," ungkap Hotman Paris.

"Nanti ukurannya seberapa mampu, mudah proses pengalihan hak asuh ini bisa dilaksanakan. Kalau tidak makanya perlu dukungan ahli, konsultasi," ucap Nahar.

Pihak rumah sakit masih belum bisa mengiyakan usulan dari Hotman Paris soal ganti rugi fantastis tersebut.

"Kami mengharapkan, karena ini kasus kemanusiaan, bisa diselesaikan dengan kekeluargaan," ungkap Margaretha Kurnia.

"Ada tawaran apakah Rp100 miliar atau Rp200 miliar?" tanya Hotman.

"Kami belum bisa, nanti kuasa hukum dan perlu dibicarakan lebih lanjut lagi," jawab Margaretha.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul FAKTA Baru, Ternyata Bayi Tertukar di Bogor Beda Tanggal Lahir, Dian Tak Bisa Lihat Anak di Hari H

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved