Berita Viral
AKSI LUCU Emak-emak Pakai Seragam Sekolah di Panggung 17 Agustus, Warga Rebutan Minta Foto Bareng
Begini aksi emak-emak di Semarang saat tampil di panggung perayaan 17 Agustus sambil mengenakan seragam sekolah.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Aksi lucu diperlihatkan oleh kelompok emak-emak saat malam perayaan 17 Agustus atau Hari Kemerdekaan.
Meski tak lagi muda, emak-emak tersebut terlihat semangat tampil di atas panggung 17 Agustus.
Penampilan emak-emak di panggung 17 Agustus itu pun menyedot perhatian warga.
Selain menunjukkan semangat, emak-emak itu juga tampil dengan kostum yang unik.
Mereka mengenakan seragam sekolah saat berada di panggung perayaan Hari Kemerdekaan.
Ada yang mengenakan seragam SMA, SMP, bahkan SD.
Sontak, penampilan mereka langsung menuai decak kagum.
Diketahui, emak-emak itu merupakan RT 001 RW 011, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Mereka tampil menggunakan seragam sekolah pada acara tirakatan Hari Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia, Rabu (16/8/2023).
Meski mayoritas sudah berusia lanjut, namun emak-emak itu terlihat enjoy berada di atas panggung.
Mereka terlihat bernyanyi dan bergoyang dengan kompak.
Warga yang datang pun tampak terhibur dengan aksi emak-emak tersebut.
Penonton juga tidak kalah antusias.
Banyak yang mengabadikan momen emak-emak yang sedang manggung itu.
Bukan hanya itu, warga juga banyak yang minta foto bersama.
Tak ayal, emak-emak tersebut bak artis dadakan yang masuk kampung.
Ketua RT 001 RW 011 Kelurahan Podorejo, Adib Eka mengatakan, emak-emak yang tampil telah mempersiapkan sejak sebulan yang lalu.
"Itu sudah disiapkan sejak lama. Jadi persiapannya juga matang," jelasnya saat ditemui di lokasi, Rabu (16/8/2023), dilansir Surya.co.id dari Kompas.com.
Dia menjelaskan, emak-emak yang memakai seragam sekolah itu mempunyai pesan agar anak-anak dan pemuda yang ada di Kelurahan Podorejo bisa melakukan hal positif.
Baca juga: DETIK-DETIK Aksi Panggung Jenderal Dudung Bikin Anak Buahnya Heboh, Bak Musisi Rock Terkenal
"Jadi tidak suka tawuran. Ini kan kegiatan positif mengubur masyarakat. Agar tidak tawuran," kata dia.
Menurutnya, warga RT 001 RW 011, Kelurahan Podorejo cukup antusias mengikuti acara malam tirakatan tersebut.
Malam tirakatan tahun ini sengaja diadakan lebih meriah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Tahun ini banyak yang tampil. Bahkan emak-emak yang menghibur itu latihan menari hampir setiap hari," imbuh dia.
Selain seragam sekolah, emak-emak yang hadir di malam tirakatan itu juga memakai pakaian khas Jawa untuk mengingatkan pentingnya budaya kepada generasi muda.
"Kita ingin mengajarkan soal budaya Jawa kepada anak-anak yang sudah mulai luntur," paparnya.
Emak-emak di Lombok Ngulat untuk Semarakkan Perayaan Hari Kemerdekaan
Sementara itu, masyarakat di Lombok NTB juga punya cara tersendiri untuk merayakan 17 Agustus.
Seperti masyarakat di Desa Pajangan, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah.
Dilansir Surya.co.id dari TribunLombok.com, rombongan emak-emak ikut serta dalam karnaval sambil melakukan ngulat.
Ngulat merupakan sebutan masyarakat Sasak bagi mereka yang membuat anyaman dari bahan dasar rotan.
Puluhan peserta karnaval dari Dusun Pajangan berjalan sekira 5 kilometer dari Kantor Desa Pajangan, Lombok Tengah menuju ke ke garis akhir di SMPN 6 Kopang.
Baca juga: Museum dan Galeri SBY-ANI di Pacitan akan Dibuka 17 Agustus 2023, Harga Tiket Masuk Rp 25-100 Ribu
Ibu-ibu tampak bersemangat. Sembari berjalan mereka membuat anyaman atau ngulat.
Ketua Karang Taruna Desa Pajangan, Adriyadi mengatakan, peringatan HUT ke-78 RI jadi momen untuk memamerkan potensi yang ada di desa.
Dia menyebut kelompok ibu yang ngulat sebagai bagian dari promosi mengingat mayoritas masyarakat di Desa Pajangan adalah perajin anyaman berbahan dasar rotan tersebut.
"Banyak Ibu Rumah Tangga di Desa Pajangan menghabiskan hari dengan melakukan kegiatan ngulat itu," katanya.
Di tempat yang sama, Sekertris Desa (Sekdes) Desa Pajangan, Habit Adianto mengatakan, memang saat ini dalam penyusunan profile desa kita masukkan potensi masyarakat yang mayoritas merupakan pengerajin anyaman rotan tersebut.
"Salah satu potensi itu banyaknya masyarakat yang menjadi perajin anyaman rotan," sebutnya.
Dikatakannya, dari 3,5 ribu penduduk desa itu hampir separuhnya merupakan kaum ibu.
"Dari 1,5 ribu tersebut, 60 persen berkegiatan membuat kerajinan rotan itu," katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, membuat kerajinan rotan merupakan kegiatan sampingan kaum ibu pada waktu senggang. Hal itu bisa membantu meningkatkan ekonomi keluarga.
Menurut dia, banyak potensi di Desa Pajangan, baik di sektor pertanian, peternakan hingga potensi wisata.
"Kerajinan rotan bisa masuk dalam potensi wisata kita, mengingat banyaknya dan ada masyarakat yang sukses menjalankan usaha kerajinan ini. Bahkan masyarakat kita yang menjalankan bisnia anyaman rotan ada yang tembus hingga pasar luar negeri," tuturnya.
Dia berharap kegiatan serupa lebih sering lagi diadakan selaim sebagai ajang promosi potensi desa.
"Kalau Desa Sukarara ada seribu penenun, di Desa Pajangan kita punya seribu pengulat," demikian Habit Adianto.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.