Berita Viral

Sosok Giman, Tukang Ojek Garut yang Berhasil Antar Anak Lulus S3 dan Raih Gelar Doktor Kimia Termuda

Inilah sosok Wagiman atau Giman yang berhasil mengantar anaknya lulus S3 dan menjadi doktor kimia termuda. Begini kisahnya.

Laman Unpad, Kompas.com/Ari Maulana Karang
Wiwit Nur Hidayah meraih gelar doktor kimia termuda. Ini sosok ayahnya, Giman, seorang tukang ojek di Garut. 

SURYA.CO.ID - Wagiman atau yang lebih akrab Giman, tukang ojek di Garut, tengah mendapatkan sorotan.

Berprofesi sebagai tukang ojek, Giman berhasil mengantar sang anak lulus strata 3 atau S3.

Bukan hanya lulus, anak Giman sang tukang ojek juga meraih gelar doktor kimia termuda.

Giman dan keluarganya merupakan warga Kampung Neglasari, Desa Mekarsari, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Di kampungnya, Giman dikenal dengan nama Mas Ojek.

Ia telah menjadi langganan warga kampung yang ingin menggunakan jasa tukang ojek.

Nama Giman kini tengah menjadi buah bibir berkat prestasi yang ditorehkan sang buah hati.

Di usianya yang menginjak 51 tahun, ia berhasil mengantar anaknya lulus dengan gelar doktor. 

“Saya ngojek sejak tahun 1999, dulu kerja di pabrik di Bandung.

Tapi tahun 1999 kena PHK karena moneter, jadi pulang kampung,” katanya kepada Kompas.com saat ditemui di kediamannya, Kamis (10/8/2023), dilansir Surya.co.id dari Kompas.com.

Kampung Neglasari, Desa Mekarsari, merupakan kampung istrinya, Tatat Kurniati (49).

Wagiman mengaku berasal dari Gombong, Kebumen.

Namun, karena sudah lebih dari 20 tahun di kampung istrinya dan bekerja menjadi tukang ojek, nama Wagiman sudah cukup dikenal masyarakat setempat. 

Menjadi tukang ojek, Wagiman dan istri mampu mengantarkan anak sulungnya Wiwit Nur Hidayah meraih gelar doktor kimia termuda di Jawa Barat dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.

“Wiwit lagi di belakang, Pak, siang ini mau ke Bandung lagi, dipanggil dosen pembimbingnya,” kata Wiwit.

Sambil menunggu Wiwit, Giman dengan semangat menceritakan bagaimana anaknya bisa menyelesaikan jenjang sekolah hingga meraih gelar doktor di usia yang masih muda.

“Saya hanya mengantarkan saja kemauan anak, walau dengan hasil ngojek, saya juga tidak bisa sekolah sampai kuliah,” katanya.

Sejak kecil, menurut Giman, Wiwit memang disekolahkan di sekolah-sekolah favorit di tingkat kecamatan hingga kabupaten.

Padahal, Giman mengakui biaya masuk sekolah favorit tidak sedikit.

Wiwit Nur Hidayah
Sosok Wiwit Nur Hidayah (KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG)

“Dulu waktu masuk TK (taman kanak-kanak) di sini, orang-orang bilang anak tukang ojek saja pakai sekolah TK segala,” katanya. 

Tidak lama di sekolah TK, Giman pun menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar (SD) yang kebetulan ada di belakang rumahnya.

Meski masuk SD di usia 5 tahun, Wiwit selalu meraih gelar juara di kelasnya hingga lulus.

Karenanya, saat akan masuk SMP, sesuai saran guru, Wiwit pun disekolahkan di SMPN 1 Bayongbong, meski tidak jauh dari rumahnya ada sekolah negeri juga. 

Tantangan besar mulai dirasakan Giman dan istri saat Wiwit lulus SMP.

Karena menjadi salah satu lulusan terbaik di SMPN 1 Bayongbong, anaknya pun disarankan melanjutkan ke SMAN 1 Garut yang menjadi salah satu SMA favorit di Garut.

“Banyak guru SMP-nya yang bantu. Tapi kalau bantuan sifatnya pribadi saya tolak, kalau bantuan dari pemerintah saya terima,” katanya. 

Giman dan istri sudah sepakat akan mengantarkan kemauan anaknya bersekolah hingga ke jenjang sesuai yang diinginkan anaknya.

Namun, keduanya sepakat untuk tidak menerima bantuan yang bersifat pribadi.

“Kita enggak mau ada utang budi ke orang lain,” kata Tatat sang Ibu.

Pasangan suami istri ini menyadari betul bahwa menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit dengan standar Internasional butuh biaya besar.

Namun, karena tak ingin mematahkan semangat anaknya menimba ilmu, keduanya pun tetap mengizinkan anaknya sekolah di SMAN 1 Garut dan berhasil lulus memuaskan. 

“Masuk ke Unpad juga lewat jalur prestasi. Hasil tes juga diterima di kampus-kampus lain, tapi akhirnya pilih di Unpad,” katanya. 

Baca juga: BIODATA Oki Setiana Dewi yang Lulus S3 Kedua Kalinya dengan Predikat Cumlaude: Kakak Ria Ricis

Selama menjalani kuliah S-1 di Universitas Padjadjaran, Wiwit mengambil Jurusan Farmasi.

Giman mengaku, saat itu anaknya memang menerima beasiswa dan biaya hidup.

Namun, biaya hidup sebesar Rp 600.000 per bulan tidak mencukupi kebutuhan anaknya yang harus tinggal di kos-kosan di daerah Jatinangor.

“Kalau berangkat, dibekelin berapa, terima aja, tidak pernah minta lebih,” Kata Tatat, sang ibu, menambahkan.

Dengan segala perjuangan, Giman dan istri pun berhasil mengantarkan anaknya meraih jenjang S-1.

Namun, perjuangan Giman dan istri mengantar anaknya menimba ilmu belum selesai.

Sebab, selesai mengambil jenjang S-1 Farmasi, Wiwit melanjutkan kuliah profesi hingga menjadi apoteker. 

Selesai meraih gelar apoteker, Wiwit rupanya belum puas dan melanjutkan ke jenjang S-2 dengan berbekal beasiswa karena prestasi yang dimilikinya selama menempuh jenjang S-1 dan profesi.

Bedanya, menurut Giman, beasiswa yang didapat anaknya nilainya lebih besar sehingga bebannya sedikit berkurang. 

Tak puas dengan meraih gelar S-2, Wiwit anaknya ternyata juga sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S-3 yang juga lewat jalur beasiswa yang nilainya juga lebih besar hingga anaknya bisa sampai melakukan penelitian ke Jepang.

“Beasiswanya besar, bisa sampai dua kali ke Jepang, tinggal di sana beberapa bulan, semuanya dibiayai beasiswa,” katanya. 

Selama anaknya terus menempuh pendidikan, Giman dan Tatat hanya bisa mendampinginya dan berdoa yang terbaik untuk anaknya.

Sebab, mendukung dengan biaya, tentu berat bagi keduanya.

Apalagi, anak bungsunya, adik dari Wiwit yaitu Dwi Sekar Pertiwi, juga sudah mulai kuliah di Universitas Padjadjaran. 

Rasa bangga jelas terpancar dari wajah Giman dan Tatat saat Wiwit ternyata berhasil menyelesaikan jenjang S-3 yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh mereka sama sekali bisa menyekolahkan anak hingga jenjang tertinggi tersebut. 

“Saya mah enggak mau apa-apa dari anak-anak, melihat dia (Wiwit) bisa seperti sekarang saja sudah senang banget,” kata Tatat sang ibu berseri-seri.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved