Berita Viral
KISAH LENGKAP Wiwit, Anak Giman Tukang Ojek Garut Lulus S3 dan Raih Gelar Doktor Kimia Termuda
KISAH LENGKAP Wiwit, Anak Giman Tukang Ojek Garut Lulus S3 dan Raih Gelar Doktor Kimia Termuda
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Sosok Wiwit Nurhidayah, anak Wagiman alias Giman, seorang tukang ojek asal Garut Jawa Barat, yang berhasil lulus S3, tengah jadi sorotan.
Bagaimana tidak, Wiwit berhasil meraih gelar doktor di usia muda yakni 25 tahun.
Perjalanan Wiwit menempuh pendidikan hingga jenjang S3 tentu bukan hal mudah. Apalagi, mengingat orang tuanya hanya bekerja sebagai tukang ojek.
Namun, itu bukan sebuah halangan untuk mematahkan semangat Wiwit.
Sejak SD sampai SMA, Wiwit memang sekolah di sekolah favorit. Meski Giman mengaku, tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan.
“Dulu waktu masuk TK (taman kanak-kanak) di sini, orang-orang bilang anak tukang ojek saja pakai sekolah TK segala,” kata pria asal Gombong, Kebumen, Jawa Tengah itu.

Tidak lama di sekolah TK, Giman pun menyekolahkan anaknya ke sekolah dasar (SD) yang kebetulan ada di belakang rumahnya.
Meski masuk SD di usia 5 tahun, Wiwit selalu meraih gelar juara di kelasnya hingga lulus.
Wiwit kemudian disarankan oleh gurunya untuk masuk SMPN 1 Bayongbong, meski tidak jauh dari rumahnya ada sekolah negeri juga.
Tantangan besar mulai dirasakan Giman dan istri saat Wiwit lulus SMP.
Karena menjadi salah satu lulusan terbaik di SMPN 1 Bayongbong, anaknya pun disarankan melanjutkan ke SMAN 1 Garut yang menjadi salah satu SMA favorit di Garut.
“Banyak guru SMP-nya yang bantu. Tapi kalau bantuan sifatnya pribadi saya tolak, kalau bantuan dari pemerintah saya terima,” katanya.
Giman dan istri sudah sepakat akan mengantarkan kemauan anaknya bersekolah hingga ke jenjang sesuai yang diinginkan anaknya. Namun, keduanya sepakat untuk tidak menerima bantuan yang bersifat pribadi.
“Kita enggak mau ada utang budi ke orang lain,” kata Tatat sang Ibu.
Pasangan suami istri ini menyadari betul bahwa menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit dengan standar Internasional butuh biaya besar.
Namun, karena tak ingin mematahkan semangat anaknya menimba ilmu, keduanya pun tetap mengizinkan anaknya sekolah di SMAN 1 Garut dan berhasil lulus memuaskan.
“Masuk ke Unpad juga lewat jalur prestasi. Hasil tes juga diterima di kampus-kampus lain, tapi akhirnya pilih di Unpad,” katanya.
Selama menjalani kuliah S-1 di Universitas Padjadjaran, Wiwit mengambil Jurusan Farmasi. Giman mengaku, saat itu anaknya memang menerima beasiswa dan biaya hidup.
Namun, biaya hidup sebesar Rp 600.000 per bulan tidak mencukupi kebutuhan anaknya yang harus tinggal di kos-kosan di daerah Jatinangor.
“Kalau berangkat, dibekelin berapa, terima aja, tidak pernah minta lebih,” Kata Tatat, sang ibu, menambahkan.
Dengan segala perjuangan, Giman dan istri pun berhasil mengantarkan anaknya meraih jenjang S-1.
Namun, perjuangan Giman dan istri mengantar anaknya menimba ilmu belum selesai. Sebab, selesai mengambil jenjang S-1 Farmasi, Wiwit melanjutkan kuliah profesi hingga menjadi apoteker.
Selesai meraih gelar apoteker, Wiwit rupanya belum puas dan melanjutkan ke jenjang S-2 dengan berbekal beasiswa karena prestasi yang dimilikinya selama menempuh jenjang S-1 dan profesi.
Bedanya, menurut Giman, beasiswa yang didapat anaknya nilainya lebih besar sehingga bebannya sedikit berkurang.
Tak puas dengan meraih gelar S-2, Wiwit anaknya ternyata juga sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S-3 yang juga lewat jalur beasiswa yang nilainya juga lebih besar hingga anaknya bisa sampai melakukan penelitian ke Jepang.
“Beasiswanya besar, bisa sampai dua kali ke Jepang, tinggal di sana beberapa bulan, semuanya dibiayai beasiswa,” katanya.
Selama anaknya terus menempuh pendidikan, Giman dan Tatat hanya bisa mendampinginya dan berdoa yang terbaik untuk anaknya.
Sebab, mendukung dengan biaya, tentu berat bagi keduanya.
Apalagi, anak bungsunya, adik dari Wiwit yaitu Dwi Sekar Pertiwi, juga sudah mulai kuliah di Universitas Padjadjaran.
Rasa bangga jelas terpancar dari wajah Giman dan Tatat saat Wiwit ternyata berhasil menyelesaikan jenjang S-3 yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh mereka sama sekali bisa menyekolahkan anak hingga jenjang tertinggi tersebut.
“Saya mah enggak mau apa-apa dari anak-anak, melihat dia (Wiwit) bisa seperti sekarang saja sudah senang banget,” kata Tatat sang ibu berseri-seri.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.