Haji 2023

Pemerintah Arab Saudi Serahkan Hasil Investigasi Terkait Layanan Saat Puncak Haji, Ini Kata Menag RI

Pemerintah Indonesia sudah menerima hasil investigasi yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi, terkait problem layanan bagi jemaah haji

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Galih Lintartika
Aktifitas jemaah haji Indonesia saat ada di puncak haji. 

SURYA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia sudah menerima hasil investigasi yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi, terkait problem layanan bagi jemaah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina yang melibatkan pihak ketiga.

Problem paling dirasakan jemaah terjadi di Muzdalifah, yakni ketika ada keterlambatan pengangkutan jemaah menuju Mina sehingga membuat banyak dari mereka terlantar di bawah panas terik matahari, juga terhambat pasokan makanan dan minuman.

Tak hanya Indonesia, masalah ini juga dikeluhkan jemaah asal negara-negara lain seperti Malaysia, Libya, Nigeria dan Singapura.

"Kami sudah menerima hasil investigasi dari Pemerintah Saudi atas kejadian di Muzdalifah, Arafah dan Mina," kata Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Yaqut Cholil Qoumas, Sabtu (29/7/2023).

Gus Yaqut, sapaannya, mengaku masih mempelajarinya. Menurutnya, hasil investigasi tersebut panjang dan pada waktunya nanti temuan-temuan itu akan disampaikan ke publik.

"Kami menangkap konklusinya bahwa investigasi yang dilakukan KPK sana, yakni Nazaha Saudi (lembaga pemberantasan korupsi), mereka memang menemukan kekurangan-kekurangan pelayanan yang disediakan pihak ketiga yang ada di Saudi," ujarnya.

Sejak awal, Kementerian Agama RI sudah menyoroti Masyariq sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas sejumlah masalah yang mewarnai puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina.

Masyariq adalah perusahaan penyedia layanan di Masya’ir (Arafah, Muzdalifah dan Mina) untuk jemaah haji. Masyariq merupakan pengembangan bentuk kelembagaan dari muasasah.

Sebelum 2022, penyedia layanan bagi jemaah haji Indonesia di Masyair dikenal dengan nama Muasasah Asia Tenggara (Muasasah Janub Syarq Asia).

Saat itu, pelayanannya terbatas kepada negara-negara Asia Tenggara. Setelah menjadi perusahaan, namanya berubah menjadi Masyariq dan layanannya lebih luas, tidak terbatas negara Asia Tenggara, tapi juga bisa untuk kawasan lainnya.

Beberapa persoalan yang muncul antara lain adalah tenda Arafah yang sempat dimasuki jemaah nonkuota, keterlambatan pemberangkatan dari Muzdalifah ke Mina sehingga jemaah kepanasan, masalah saluran air bersih dan sanitasi di Mina hingga keterlambatan katering untuk jemaah haji.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved