Berita Viral
ANEH! Seorang Pria 2 Tahun Nginap Gratis di Hotel Mewah, Padahal Tagihan Rp 1 Miliar, Ini Kisahnya
ANEH! Seorang Pria 2 Tahun Nginap Gratis di Hotel Mewah, Padahal Tagihan Rp 1 Miliar, Ini Kisahnya
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Aneh. Itulah kata yang cocok menggambarkan kisah seorang pria yang bisa menginap 2 tahun di hotel mewah tanpa bayar alias gratis.
Kisah tersebut dialami seorang pria di India bernama Ankush Dutta.
Ia hampir dua tahun menginap di hotel bintang 5 secara gratis.
Berdasarkan hasil penyelidikan, ternyata Ankush Dutta diduga menyuap staf hotel untuk memanipulasi riwayat pemesanan hotelnya.
Ankush Dutta memesan kamar di hotel Roseate House di New Delhi pada 30 Mei 2019, dan seharusnya check out keesokan harinya.
Namun, dia memperpanjang masa tinggalnya selama 603 malam dan baru keluar pada 22 Januari 2021.
Kantor berita AFP melaporkan, dia seharusnya membayar 70.000 dollar AS (Rp 1 miliar).
"Catatan dipalsukan untuk menyembunyikan tagihan yang sebenarnya," bunyi pengaduan polisi, dikutip oleh surat kabar Indian Express via Kompas.com.
Manajer hotel juga melaporkan beberapa pegawai atas persekongkolan, pemalsuan, dan kecurangan.
Para petinggi hotel menduga pegawai disuap untuk memanipulasi sistem perangkat lunak internal.
Namun, para pengelola Roseate House tidak bisa dihubungi oleh AFP untuk memberikan komentar.
Kisah lain
Kisah lain berkaitan dengan hotel juga terjadi di Indonesia.
Namun, bukan kisah kontroversial seperti sebelumnya, melainkan kisah inspiratif.
Seorang wanita asal Surabaya bernama Siti Aisyah, viral lantaran rela mewakafkan hotel hingga restonya untuk dijadikan sekolah.
Dalam video di Youtube Cinta Quran TV, Siti Aisyah merupakan seorang pengusaha.
Dalam video tersebut, pemilik resto Pecel Pincuk Surabaya ini mengaku selalu ikhlas menyisihkan hartanya untuk bersedakah meski nilainya mencapai miliaran.
“Yang menggerakkan hati itu Allah,” ujarnya.
Kebiasaan bersedekah dan berwakaf itu kemudian juga ditanamkan kepada anak-anaknya.
“Ma, kejar itu ustad, yuk kita kasih apa yang beliau ini..” katanya.
Meski kerap bersedekah dengan jumlah yang besar, Aisyah mengaku tak pernah merasa kehilangan.
Ia justru mendapatkan kebahagiaan karena selalu bisa berbagi segitu.
“Itu menurut saya masih sangat kecil. Jadi rasa bahagia itu yang tidak ternilai dengan miliaran tadi, yang didatangkan oleh Allah,” katanya.
“Setiap kita berbagi, bahagia itu selalu hadir,” sambung dia.
Misalnya, ketika ia mewakafkan sebuah restoran miliknya di sebuah jalan utama di Kota Surabaya, yang nilainya puluhan miliar.
Ia mengakui bahwa hartanya senilai miliaran rupiah hilang, namun Aisyah merasa hartanya tidak pernah habis.
“Kan sesuai janji Allah. Berbagi 1 diganti 10. Ada yang lebih dalam lagi Al Baqarah, 1 diganti 700 kali. Kenapa harus takut? Kenapa harus pelit di jalan Allah?” ujarnya.
Aisyah lantas bercerita bahwa kebiasannya bersedekah dan berwakaf didapat dari ajaran dan contoh yang diberikan oleh orang tuanya.
“Tapi saya belum ada apa-apanya dibanding orang tua saya kalau masalah sedekah,” tuturnya sembari tersenyum.
Di antaranya, orang tuanya selalu menghajikan guru ngaji yang belum berhaji setiap tahun sampai mewakafkah tanah dan harta.
“Tanah di mana-mana, panggil…kasih. Anak-anaknya nggak ada yang dikasih (tanah). Anak harus berjuang, kata orang tua saja,” bebernya.
Ia menegaskan, harta yang didapatnya itu merupakan titipan Allah untuk diberikan kepada yang membutuhkan.
“Itu tugas kita. Allah menitipkan harta itu kan bukan buat beli kapal pesiar, tas Hermes (harga Rp1 miliar) walau bisa,” ungkap dia.
Dia menyatakan, jika diharuskan memilih uang Rp1 miliar untuk membeli tas Hermes, ia akan memilih menggunakan uang itu untuk membangun masjid.
“Saya tidak punya tas branded, saya tidak punya…sama sekali tidak punya. Saya ingin dapat branded Allah saja, doakan,” ujarnya.
Ia kemudian menyinggung soal hotel yang diwakafkan untuk dijadikan sekolah.
Siti Aisyah menceritakan, hotel yang dimaksud itu merupakan milik ibunya di Surabaya.
Bahkan, hotel tesebut sudah diserahkan langsung Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Kini hotel tersebut sudah dijadikan sekolah.
“Hotelnya diwakafkan juga ustaz. Sudah (diserahkan), mangkannya saya bilang, saya ini belum apa-apanya dibandingkan dengan ibu saya. Sekarang jadi sekolah Khadijah plus, ibu Khofifah yang nerima,” kata dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.