Berita Viral

Mirisnya Bocah Kelas 4 SD Ketagihan Curi Uang untuk Berhubungan Badan Bertiga, Kisahnya Viral

Viral di media sosial seorang bocah yang duduk di kelas 4 SD suka mencuri karena ingin berhubungan badan bertiga

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Adrianus Adhi
Shutterstock, ist
Viral di media sosial seorang bocah SD mencuri untuk berhubungan badan bertiga 

Lalu si ibu itu bilang, anak saya suka mencuri, apa yang harus dilakukan?

Saya tanya dulu apa yang ibu sudah lakukan, biar apa yang saya sampaikan gak mubazir,” terang Haniva Hasnah.

Padahal, kata dia, hal itu bisa merembet ke arah yang lebih berbahaya.

“Menurut si ibu ini bukan sesuatu yang bahaya, karena ini uang orang rumah tapi kalau ini dibiarkan bukan tidak mungkin akan merembet ke hal yang lain,” bebernya.

Ilustrasi bocah SD
Ilustrasi bocah SD (dok)

Haniva Hasnah pun penasaran, untuk apa siswi SD itu mencuri uang.

Rupanya uang tersebut digunakan oleh anak SD itu untuk senang-senang bersama temannya untuk berhubungan badan bertiga. 

“Saya tanya, uang itu untuk apa, untuk si A si B teman aku. Nah mereka gak minta. Lalu saya tanya, kenapa dikasih? Karena aku mau main sama dia, main bertiga,” cerita Haniva Hasnah mengingat pengakuan siswi SD yang menjadi klinennya.

Menurutnya, bocah SD itu mencuri uang dengan besaran Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu.

“Ya, ternyata dia sudah melakukan hubungan seksual, dua wanita satu laki. Dia bayar, karena si anak laki ini sudah mempelajari (cari keuntungan). Kejahatan inikan dipelajari ya,” kata dia.

Menurut Haniva Hasnah, anak perempuan itu awalnya adalah korban.

Namun, akhinrya ia menjadi pelaku.

Hanifah Hasna mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama adalah lingkungan.

“Jadi ternyata si anak perempuan ini awalnya korban yang berakhir jadi pelaku. Dia sudah merasakan, buktinya dia menikmati itu semua. Jadi ketika diinterview lanjutan, kok bisa ya padahal orang tuanya orang tua terpelajar,” kata Haniva Hasnah.

“Mereka tinggal di daerah anomi yang tidak ada norma. Biasanya di kampung yang rumahnya berdekatan sekali. Sehingga terbiasa mendengar tetangga mengeluarkan kata-kata kasar, mendengar tetangga berantem, itu biasa. Itu daerah anomi. tapikan potret masyarakat kita,” jelasnya.

Padahal, ibunya ternyata bukan orang yang engga tahu apa-apa.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved