Berita Surabaya

Penyakit Asam Lambung dan GERD Ternyata Tak Sama, Kenali Perbedaannya dan Penanganan yang Tepat

Penyakit asam lambung dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) ternyata dua penyakit yang berbeda.

Penulis: Zainal Arif | Editor: irwan sy
zainal arif/surya.co.id
Ahli penyakit dalam dan gastroenterologi, dr Husin Thamrin SpPD-KGEH FINASIM seusai diwawancarai SURYA.co.id di National Hospital Surabaya, Kamis (25/5/2023). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Penyakit asam lambung dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) ternyata dua penyakit yang berbeda.

Ahli penyakit dalam dan gastroenterologi, dr Husin Thamrin SpPD-KGEH FINASIM, menjelaskan bahwa GERD merupakan sebuah penyakit yang mengacu pada kerusakan yang terjadi pada esofagus akibat aliran asam lambung yang berulang.

Gejala GERD dapat berlangsung terus-menerus dan menyebabkan keluhan yang signifikan.

Diagnosis GERD umumnya dikonfirmasi melalui prosedur endoskopi, di mana kerusakan pada esofagus dapat terlihat.

Husin juga menekankan bahwa meskipun asam lambung dapat naik ke atas tanpa menyebabkan kerusakan, kondisi tersebut bukanlah GERD.

Istilah untuk kondisi tersebut adalah Non-Erosive Reflux Disease (NERD).

Meskipun gejalanya serupa dengan GERD, keberadaan kerusakan pada esofagus perlu dibuktikan melalui pemeriksaan medis yang tepat.

"Melalui prosedur endoskopi, tingkat keasaman lambung dapat terdeteksi dengan akurat, paparan asam lambung dapat menyebabkan kerusakan pada lambung, dan tingkat keparahannya dapat mencapai tingkat dada bahkan hingga ke tenggorokan," ungkap Husin saat ditemui SURYA.co.id, Kamis (25/5/2023).

Husin menjelaskan bahwa luka pada lambung akibat asam lambung berbeda dengan GERD meskipun faktor penyebabnya serupa, yaitu asam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan lambung meliputi jumlah dan kualitas asam lambung.

Semakin asam pH lambung, semakin destruktif efeknya.

"Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada lambung adalah paparan bahan-bahan tertentu, seperti makanan atau minuman yang merangsang produksi asam lambung. Beberapa contohnya adalah kafein, alkohol, rokok, makanan pedas, cokelat, dan keju," jelasnya.

Husin juga mencatat bahwa penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), seperti natrium diklofenak, dapat menyebabkan luka pada lambung jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, Husain berpesan penggunaan obat-obatan semacam itu harus diawasi oleh dokter.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved