Berita Surabaya
RSCM dan Fresenius Kabi Indonesia Dukung Aksi Integrasi Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting
RSCM didukung oleh Fresenius Kabi Indonesia menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan untuk mendukung turunnya angka stunting
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Berita Surabaya
SURYA.co.id | SURABAYA - Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) didukung oleh Fresenius Kabi Indonesia menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan untuk mendukung turunnya angka tengkes atau stunting di Indonesia.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk atau infeksi berulang.
"Anak-anak dapat didefinisikan sebagai stunting jika rasio tinggi-untuk-usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO," kata Dr dr Lies Dina Liastuti SpJP(K) MARS FIHA,
Direktur Utama RSCM dalam virtual media briefing, Senin (20/2/2023).
Tengkes menjadi salah satu fokus pemerintah dan masuk dalam 5 program nasional yaitu Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi, Penurunan Angka Kesakitan TBC, Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS, Penurunan Prevalensi Stunting Dan Wasting, dan Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit.
Selanjutnya dr Lies Dina mengatakan, sebagai rumah sakit umum nasional, RSCM memiliki program yang jelas dan terpadu untuk mengatasi masalah stunting.
"Upaya penanganan stunting dilakukan oleh tiga divisi yaitu Instalasi Pelayanan Terpadu Kesehatan Ibu dan Anak, KSM Kesehatan Anak dan Instalasi Gizi dibawah koordinasi Departemen Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang. Di sisi eksternal, kami fokus pada pengampuan rumah sakit dan mengadakan program pendidikan dan/atau pelatihan profesi tambahan bagi dokter spesialis," jelasnya.
Di sisi internal, mereka melakukan deteksi dan pencegahan dini malnutrisi, penyediaan terapi nutrisi mulai dari parenteral, enteral dan oral serta menyediakan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK).
“Di RSCM, bagi pasien neonatus dan anak, rumah sakit melakukan pemantauan pertumbuhan lewat grafik dan memberikan dukungan terapi nutrisi berupa total parenteral nutrition dan bahan pangan khusus. Kerja sama dengan pihak keluarga dan edukasi mengenai pernahaman tengkes kepada orang tua juga menjadi bagian yang penting," beber dr Lies.
Dokter Anak Konsultan Neonatologi, Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo SpA(K), menjelaskan bayi dengan kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masuk ke dalam bayi yang berisiko tinggi mengalami tengkes.
"Indonesia menempati peringkat ke-5 tertinggi angka kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)," kata Prof Rinawati.
Dari 100 bayi yang lahir, terdapat 10 bayi lahir secara prematur dan 7 bayi dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang, 32,54 kasus tengkes disebabkan oleh kelahiran prematur dan 204 kasus tengkes di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah.
Bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar dan gangguan perilaku.
Lebih lanjut, Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo SpA(K) memaparkan, pada bayi prematur ada banyak masalah nutrisi seperti alergi dan intoleransi makanan, kebutuhan nutrisi lebih tinggi, lebih rentan penyakit, laju metabolisme protein yang tinggi, laju metabolik yang tinggi, organ yang imatur, dan gudang penyimpanan nutrisi kecil.
Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
![]() |
---|
Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
![]() |
---|
8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
![]() |
---|
Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
![]() |
---|
Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.