Berita Bangkalan

Jepang Beri Insentif 40 Persen, Produksi Kapal Baru di Indonesia Malah Kurang Perhatian Pemerintah

pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat dibangun pada 2018 silam dengan anggaran hingga puluhan triliun

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya.co.id/ahmad faisol
Owner sekaligus Penasehat utama PT Dharma Lautan Utama (DLU), Bambang Harjo Soekartono didampingi Dirut PT Adiluhung Saranasegara Indonesia Anita Puji Utami dalam Rapat Kerja ke-15 yang dikemas dalam Forum Group Discussion di Hotel Aston, Gresik, Sabtu (11/2/2023). 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Meski di tengah pandemi Covid-19 pada 2021 silam, galangan kapal PT Adiluhung Saranasegara Indonesia di Desa Ujungpiring, Kota Bangkalan sukses memproduksi kapal jenis Roll on-Roll off (Ro-Ro).

Namun setelah itu upaya untuk kembali membangun kapal baru malah sulit. Selain karena meningkatnya harga bahan baku, juga karena minimnya perhatian pemerintah.

Hal itu terungkap pada gelar Rapat Kerja ke-15 PT PT Adiluhung Saranasegara Indonesia yang dikemas dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan sejumlah narasumber. Antara lain dari kementerian terkait serta perwakilan Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) Indonesia di Hotel Aston, Gresik, Sabtu (11/2/2023).

“Sampai saat ini, mungkin perlu adanya perhatian pemerintah terhadap sektor maritim yang benar. Hingga saat ini, sektor maritim belum maksimal diperhatikan pemerintah, seperti yang berhubungan dengan galangan,” ungkap owner sekaligus Penasehat utama PT Dharma Lautan Utama (DLU), Bambang Harjo Soekartono usai FGD.

Bambang kemudian mengambil contoh pemerintah Jepang dengan kebijakan memberikan insentif hingga 40 persen. Insentif diberikan sebagai bea ganti pembuatan kapal baru yang diproduksi di dalam negeri lewat galangan-galangan kapal domestik negeri Sakura itu.

“(Indonesia) tidak ada insentif yang diberikan kepada galangan-galangan, apalagi ke dunia pelayaran. Dunia pelayaran seperti Jepang yang juga sebagai negara maritim, memberikan insentif 40 persen untuk mengganti kapal baru yang dibuat di dalam negeri mereka,” ungkap Bambang.

Sekedar diketahui, kapal jenis Ro-Ro KMP Kirana VII (A.062.19.F) merupakan produksi pertama PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, anak perusahaan Dharma Lautan Utama Maintenance Facility di Desa Ujungpiring, Kabupaten Bangkalan.

Diluncurkan pada 28 Juni 2021, KMP Kirana VII yang berkapasitas 561 penumpang dan 41 unit kendaraan (21 unit truk dan 20 unit mobil sedan) itu, menjawab keraguan dalam upaya meningkatkan industri kemaritiman dalam negeri.

Bambang menjelaskan, galangan-galangan kapal di negara-negara non maritim, seperti Malaysia dan Vietnam pun mendapatkan insentif berupa bunga 30 persen dari bunga komersial untuk kegiatan industri maritim maupun pelayaran domestik.

“Selain itu, mereka juga konsentrasi penuh untuk merebut segmen maritim. Terutama yang berhubungan dengan logistik maritim, mereka rebut, seperti Singapura dan Malaysia. Semua kapal yang melintasi Selat Malaka sebagai jalur poros maritim dunia, mereka ambil alih,” jelas Bambang.

Menurutnya, pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat yang dibangun pada 2018 silam dengan anggaran hingga puluhan triliun, merupakan bukti bahwa pemerintah Indonesia kurang memperhatikan sektor logistik maritim.

Pada posisi-posisi strategis yang menjadi poros maritim dunia seperti Selat Malaka, lanjut Bambang, pemerintah Indonesia tidak berperan. Malah membangun pelabuhan seperti Patimban yang tidak dilewati poros logistik maritim dunia.

“Pelabuhannya hingga saat ini masih belum bisa dipakai apa-apa. Pemerintah perlu fokus lagi untuk memperhatikan dunia maritim yang ada di Indonesia. Terutama yang pokok-pokok tadi,” pungkasnya.

Koordinator Fungsi Senior Industri Maritim Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian RI, Andi Komara mengungkapkan, perilaku impor kapal baru di Indonesia hingga saat ini masih signifikan. Para pelaku industri galangan kapal domestik beranggapan bahwa membangun kapal di dalam negeri belum menjanjikan.

“Karena adanya suku bunga 1 persen per bulan, tenornya juga sangat pendek. Jadi ini yang harus dibangun pemerintah, bagaimana membangun suatu iklim usaha di mana produk kapal dalam negeri itu kompetitif,” ungkap Andi yang didapuk sebagai narasumber.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved