Berita Tulungagung

Kisah Emak-emak yang Jadi Korban Pengeroyokan Anggota Perguruan Silat di Tulungagung

Emak-emak di Tulungagung masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya, usai menjadi korban pengeroyokan anggota perguruan silat

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
Sri Wahyuni, korban pengeroyokan anggota perguruan pencak silat di Tulungagung. 

Ada seseorang di antara pesilat berusaha melindunginya agar berhenti memukul dan menendang.

Namun, masih ada yang lolos dari pengawasan, memukul dan menendang dari arah samping.

"Pokoknya mereka datang pukul, lalu pergi. Datang lagi tendang, lalu pergi," ungkap Sri.

Seseorang yang mengenakan masker dan mengenakan topi berusaha menyelamatkannya. Tapi, Sri sangat lemas usai mendapat serangan bertubi-tubi.

Orang itu membantunya dan GKP berlindung ke dalam sebuah toko.

Namun pemilik toko juga ketakutan dan meminta Sri serta GKP keluar dengan alasan toko akan ditutup. Akhirnya Sri dan GKP terkulai lemas di depan rumah orang.

Sri meminta GKP mencopot kaus Boshter yang dikenakannya, lalu mengganti dengan kemeja miliknya.

"Khawatirnya, kalau tetap pakai kaus itu jadi sasaran kekerasan lagi. Setelah kondisi reda, warga sekitar berdatangan," tuturnya.

Keluarga sempat membawa Sri dan GKP ke Polsek Bandung, namun kondisi Polsek saat itu kosong.

Seluruh personel kepolisian yang ada turun ke jalan, mengamankan konvoi massa pesilat ini.

Usai melapor ke polisi, mereka dibawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung untuk mendapatkan pertolongan medis.

Sri sempat mendapat bantuan oksigen karena mengalami lemas dan sesak nafas.

Malam itu mereka dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk menjalani visum.

Pukul 22.00 WIB Sri dan GKP diperbolehkan pulang.

"Kalau sekarang masih terasa sakit semua seluruh badan, masih pusing-pusing. Saya juga masih trauma mengingat kejadian itu," tandasnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved