Brigadir J Ditembak di Rumah Jenderal
ADA KONSORSIUM 303 di Gerakan Bawah Tanah Ferdy Sambo? Pakar: Tidak Murah, hingga Ratusan Miliar
Gerakan bawah tanah untuk mengatur vonis Ferdy Sambo di perkara pembunuhan Brigadir J ternyata membutuhkan dana yang sangat besar.
SURYA.co.id - Gerakan bawah tanah untuk mengatur vonis Ferdy Sambo di perkara pembunuhan Brigadir J ternyata membutuhkan dana yang sangat besar.
Pakar Politik dan Keamanan, Prof Muradi bahkan menyebut gerakan bawah tanah Ferdy Sambo ini tidak murah, membutuhkan biaya puluhan bahkan mungkin hingga ratusan miliar.
"Gerakan ini gak murah, puluhan bahkan mungkin ratusan miliar. Saya angkanya tidak tahu persis, di atas miliaran," kata Muradi dikutip dari wawancara di program Primetime News Metro TV, Minggu (22/1/2023).
Apakah gerakan bawah tanah Ferdy Sambo ini dibiayai konsorsium 303 yang sempat ramai di awal-awal kasus ini?
Menurut Muradi, tidak mungkin seorang Ferdy Sambo dengan danaya sendiri menggerakkan tim gerilya untuk menyelamatkan dirinya.
"Saya merasa ini masih ada kaitan. Apakah dananya diputar kemana-mana, atau pihak ketiga yang membiayai," terang Muradi dikutip dari wawancara di program Primetime News Metro TV, Minggu (22/1/2023).
Baca juga: DESAK Ungkap Gerakan Bawah Tanah Ferdy Sambo, Keluarga Brigadir J: Semua Aparat Harus Turun Langsung
Terlepas dari itu, Muradi ingin menekankan bahwa gerakan bawah tanah ini bisa jadi dilakukan oleh loyalis atau pihak yang berhutang budi dengan Ferdy Samo.
Terkait dengan loyalis ini, Muradi mengaku sudah emngingatkan di awal September 2022 sebelum perkara ini dinyatakan lengkap atau P21, bahkan pihak-pihak ini akan terus menerus hingga hari ini untuk membela Ferdy Sambo.
"Sampai hari ini poin pentingnya bahwa kelihatannya orang-orang yang loyalis FS masih cukup bercokol," katanya.
Muradi bahkan mengidentifikasi sosok brigjen yang perna disebut Mahfud MD.
"Kelihatannya yang disebut dengan jenderal bintang 1 aktif, bukan pensiun. Walau pun saya selalu mengatakan ada dorongan kakak asuh," ujar Muradi.
Sementara terkat balas budi, MUradi mengingatkan peristiwa di kejaksaan agung pada tiga atau empat tahun silam.
"Ketika kasus kebakaran di Kejagung juga bisa jadi poin penting untuk diteliti lebih dalam. Apakah ada betul misalnya dugaan imbal balik dan sebagainya," katanya.
Selain loyalis dan tim balas budi, kubu Ferdy Sambo juga memperkuat profesional hire seperti tim legal, cyber truth dan tim media.
Menurut Muradi, profesional hire ini arah geraknya berubah, dari mulai persepsi publik hingga pada level tertentu dilihat indikasi.
"Opini publik, saya ingin regaskan, kasus ini bukan keluarga brigadir J, tapi FS dan kawan-kawannya, tapi keadilan publik dengan orang yang punya kekuasaan.
Ini akan terus menerus, bahwa memang harus dikawal sampai pada level tertentu. Keadilan bukan untuk keluarga Yosua saja, tapi keadilan untuk publik secara keseluruhan," tegasnya.
Sementara itu, ketua harian Kompolnas, Benny Mamoto mengaku tidak terkejut dengan gerakan bawah tanah Ferdy Sambo.
Menurut Benny, sejak awal kasus ini terjadi, sudah ada upaya untuk lolos dari jeratan hukum, seperti membuat skenario meski pada akhirnya gagal.
Upaya berikutnya di tengah persidangan berjalan, tiba-tiba ada gugatan PTUN yang tidak dirilis tim pengacara Ferdy Sambo.
Beruntung saat itu, media mengetahui dari laman pengadilan hingga upaya bawah tanah Ferdy Sambo ini diketahui publik.
"Saya yakin ini tidak akan berhenti, dia akan berasaha untuk putusan ringan, sampai kalau boleh sampai lolos," katanya.
"Apa yang disampaikan Menkopolhukam memang sudah terdengar, hanya sekarang ini ingin menyampaikan siapa orangnya.
Silakan sampaikan laporkan, bagi mereka yang tahu," katanya.
"Semua perlu waspada terutama pihak yang menangani kasus ini. Ini baru tuntutan, belum putusan PN, banding, kasasi, PK. oleh sebab itu kasus ini perlu dikawal terus," tegasnya.
Benny juga membenarkan adanya loyalis Ferdy Sambo yang menurutya adalah pigak-pigak yang berhutang budi atau pernah ditolong dan kasusnya dilindungi.
"Ini semua ingin membalas kebaikan itu," katanya.
Bahkan, lanjut Benny, tIdak tertutup kemungkinan, tidak hanya satu. Mungkin ada jejaring khusus yang dibangun untuk itu.
Tujuannya bagaimana meringankan atau membebaskan yang bersangkutan.
Disinggung terkait peran konsorsium 303, menurut Benny, ketika Ferdy Sambo masuk dalam keterkaitan dengan ilegal-ilegal bisnis, tidak tertutup kemungkinan mereka akan mendapat dukungan dana dari mereka.
"Tentu ini, dengan kata gerilya menunjukkan bahwa ini secara tertutup, secara silent mereka lakukan untuk dukungan ini membuahkan hasil. Sekali lagi yang diperlukan kewaspadaan, kontrol dan kawal dari seluruh lapisan masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya Menko Polhukam, Mahfud MD menyebut ada gerakan yang dilakukan oleh sejumlah pihak untuk membuat terdakwa pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J, Ferdy Sambo bebas atau paling tidak mendapat hukuman ringan.
Diketahui Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut Ferdy Sambo dengan tuntutan penjara seumur hidup. Banyak pihak menilai ada kerja-kerja tangan kanan Sambo yang mencoba memengaruhi isi tuntutan terhadap dirinya.
Padahal Sambo sendiri telah mengakui perbuatannya, seluruh rencana jahatnya juga ia akui dan terungkap dalam persidangan.
Namun ia hanya dituntut penjara seumur hidup, padahal Pasal 340 KUHP juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sebagaimana dakwaan primer memiliki hukuman maksimal pidana mati.
Sebelumnya, Kuasa Hukum Ferdy Sambo, Arman Hanis mengatakan, kliennya tidak akan menjawab isu terkait "gerakan bawah tanah" yang disebut hendak mempengaruhi vonis Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
Dia juga menyebut, isu gerilya untuk mempengaruhi vonis itu mungkin tidak diketahui kliennya.
"Perlu saya sampaikan klien saya saat ini hanya fokus terhadap perkara yang dihadapinya dan tidak akan menanggapi hal-hal yang tidak diketahuinya," ujar Arman saat dihubungi melalui pesan singkat, Sabtu (21/1/2023).
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Soal Gerakan Bawah Tanah untuk Pengaruhi Vonisnya, Pihak Sambo Enggan Tanggapi'.
Arman juga memastikan, gerakan bawah tanah yang dimaksud Menkopolkam Mahfud MD hendak mempengaruhi vonis Sambo bukan berasal dari kliennya.
Pakar Intelijen

Di bagian lain, pakar intelijen Soleman B Ponto mengakui adanya indikasi gerakan bawah tanah tersebut.
Indikasi itu tampak dari tuntutan Ferdy Sambo dan Richard Eliezer.
"Dari sisi intelijen kita melihat indikasi. Putusan (tuntutan) terhadap Sambo indikasi itu ada," katanya dikutip dari tayangan Primetime Metro TV, Jumat (20/1/2023).
Dijelaskan Soleman, jaksa dalam menuntut penuh semngat, tidak ada yang meringankan, semua unsur 340 untuk maksimum terpenuhi.
"Ibaratnya jaksa sudah bilang, misalnya ada kotak yang rodanya 4 ditarik mesin, sudah pasti orang bilang itu, mobil,
Tapi apa yang dilakukan jaksa, dia sudah bilang ada 4 kotak, ditarik oleh mesin punya stir, tapi dia bilang itu delman. Itu ibaratnya," katanya.
Menurut Soleman, jika mengacu pada uraian jaksa di persidangan unsur 340 KUHP itu terpenuhi dan tidak ada alasan yang meringankan.
Itu artinya dia terpenuhi mendapat hukuman maksimal, mati.
"Tapi kan tidak, seumur hidup. Ini indikasi. ada something wrong," tegas Soleman.
Indikasi kedua terlihat dari tuntutan Bharada E.
Menurut Soleman, tidak benar jika dalam tuntutannya Bharada Eliezer harus dibandingkan dengan Ferdy Sambo.
Menurut Soleman, dengan pangkat Bharada, Eliezer itu tidak boleh berpikir, tapi harus melaksanakan perintah.
"Bharada itu kalau sepatu, pangkat yang paling di bawah sekali. Dia di Brimob. Di Brimob pangkat paling bawah sekali itu tidak boleh berpikir. Mereka hanya melaksanakan perintah,: katanya.
Dengan kondisi ini, Bharada E tidak bisa dibandingkan dengan Ferdy Sambo.
Soleman juga melihat hal-hal sebelum terjadi penembakan itu, dimana ada pertemuan antara Bharada E dengan Ferdy Sambo, ada penyerahan kotak peluru dan ada perintah untuk menembak.
"Kalau sudah ada 3 pendahuluan, maka ketika tiba saatnya, apapun itu keluar dari sambo, mau sikat, hajar, tendang, hantam. Di otaknya itu hanya satu, tembak mati. Kenapa, karena sudah dikasih peluru. Itulah didikan bagi seorang tambtama di polisi semimiliter. Eliezer ini tidak boleh berpikir, hanya melaksanakan tugas," katanya.
Saat disinggung siapa kelompok di balik gerakan bawah tanah itu, Soleman tidak mau mengungkapkan.
"Yes, ada. indikasinya ada, sehingga jaksa mencari-cari. Kalau intelijen, kita melihat dari indikasi," katanya.
"Pertanyaannya tinggal berhasil atau tidak? tapi indikasi ada. Kalau lihat seperti ini, mari kita tanya, kenapa seperti ini," katanya.
Lalu, bagaimana model gerakan bawah tanah itu?
Soleman mengatakan bantak sekali model gerakan bawah tanah.
"Pak Sambo aja dibilang Kaisar Sambo. Banyak kekuatannya beliau.
Ada tinggal berhasil atau tidak hasilnya. Kita menilai berdasarkan uraian jaksa. Bukan ngarang-ngarang," tukasnya.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Gerakan Bawah Tanah
Ferdy Sambo
Muradi
Kompolnas
Benny Mamoto
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Konsorsium 303
AGENDA Sidang Kasus Brigadir J Pekan Depan: Pledoi Ferdy Sambo, Tuntutan untuk Penghalang Penyidikan |
![]() |
---|
DESAK Ungkap Gerakan Bawah Tanah Ferdy Sambo, Keluarga Brigadir J: Semua Aparat Harus Turun Langsung |
![]() |
---|
INI KELOMPOK Gerakan Bawah Tanah untuk Vonis Ferdy Sambo Menurut IPW, Pakar Intelijen: Ada Indikasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.