Berita Blitar

Bupati Blitar Batalkan Mutasi Setelah Digertak Wabup, Ketua DPRD : Tontonan Yang Tidak Mendidik

Bahkan kedua orang tersebut bukan hanya didengar dan dipatuhi perintahnya, namun juga ditakuti oleh semua pejabat di pemkab.

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID/Imam Taufiq
Wabup Blitar, Rahmat Santoso ancam mundur dari jabatannya, Selasa (3/1/2022). 

SURYA.CO.ID, BLITAR - Ketegangan antara Bupati Blitar, Rini Syarifah dan Wakil Bupati (Wabup) Blitar, Rahmat Santoso, terkait mutasi terhadap ajudan dari Venina Puspitasari, mulai mencair, Rabu (4/1/2023). Gertakan Rahmat untuk mundur dari jabatan wabup ternyata berhasil membatalkan mutasi itu, karena mutasi dicabut dan ajudan tetap bekerja mendampingi Venina, istri Rahmat.

Sebelumnya Rahmat mengancam mundur karena bupati memutasi Riana, yang selama ini menjadi ajudan istrinya. Ternyata ancamannya berhasil, sehingga pria asli Surabaya itu mengurungkan niatnya untuk mundur.

"Memang kemarin saya berniat seperti itu (mundur). Kalau ajudan istri saya tidak dikembalikan dalam waktu 1x 24 jam (sejak SK mutasi itu diteken), saya akan mundur. Karena buat apa saya tak dianggap," tegas Rahmat yang punya latar belakang praktisi hukum itu.

Namun Rahmat mengakui, Selasa (3/1/2023) atau sesaat setelah ia mengancam akan mundur dari jabatannya, ia dipanggil bupati. Bahkan ia sempat dirayu oleh Bupati Rini bahwa ajudan istrinya itu dimutasi karena akan dipromosikan.

Riana akan diangkat dari staf biasa menjadi Kasi Trantip atau Satpol PP. Namuan rayuan bupati itu tidak direspons karena Rahmat menganggap hanya untuk meredam emosinya.

"Tujuan saya hanya ingin mengembalikan (Riana) agar tetap menjadi ajudan istri saya. Meski saya diomongi seperti itu (dipromosikan), saya tetap pada tujuan semula. Begitu SK mutasi dibatalkan, ya sudah, saya anggap sudah tak ada masalah," ujarnya.

Ditanya mengapa siap mengorbankan jabatan demi seorang ajudan, menurut Rahmat sebenarnya bukan soal membela siapa, namun ia menilai ada sesuatu yang tak wajar atas mutasi ajudan istrinya itu.

Sebab, jauh-jauh hari ancaman untuk memutasi ajudan istrinya itu sudah diucapkan dua orang, yang disebut-sebut orang dekat bupati. Rahmat juga menyebutkan nama dua orang luar, namun bisa mempengaruhi kebijakan di Pemkab Blitar.

Bahkan kedua orang tersebut bukan hanya didengar dan dipatuhi perintahnya, namun juga ditakuti oleh semua pejabat di pemkab. "Mereka itu seperti manusia langit saja, melebihi semua orang yang ada di sini (Pemkab Blitar). Padahal mereka itu orang luar. Sementara saya selama ini diam meski tak dilibatkan saat membahas anggaran (proyek), mungkin saya dianggap tidak tahu itu," tegasnya.

Rahmat mengaku tidak mempersoalkan dan memilih mengalah dengan diam, mMeski tak pernah dilibatkan saat membahas anggaran dan mutasi yang berlangsung Senin (2/1/2023). Saat itu Bupati Rini memutasi 605 ASN.

Namun Rahmat menegaskan, ketika ajudan istrinya dimutasi tanpa diajak ngomong, ia baru bereaksi. "Saya memilih diam meski tak diajak bahas apapun. Kalau hubungan saya dengan bupati baik, atau tak ada masalah. Kami sering telepon atau komunikasi lewat WA. Cuma yang membuat situasi jadi seperti ini ya mereka itu (dua orang di atas)," paparnya.

Tetapi drama antara Rini dan Rahmat malah mengundang kelakar dari Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Suwito Saren Satoto. Suwito mengaku geli karena bupati dengan wakilnya telah memberikan tontonan yang tidak lucu.
"Bagaimana bisa bupati dengan mudah membatalkan SK-nya sendiri atas mutasi terhadap satu orang, hanya karena ada protes dari wabup," kata Suwito.

Suwito malah khawatir, hal itu akan menjadi preseden buruk yang berdampak pada ASN lain. Misalnya, ada ASN yang tidak mau dimutasi, maka bisa meniru cara wabup. Dan drama yang terjadi itu dianggap menjadi contoh tidak baik atau tidak mendidik bagi para ASN.

"Lucu, ini kami anggap hadiah tahun baru. Kok bisa, kebijakan bupati yang tak ada masalah secara hukum dibatalkan sendiri. Kami khawatir nanti hasil rapat anggaran proyek, ada yang protes lalu dibatalkan. Mutasi kemarin itu kan jadi tontonan masyarakat, siapa yang salah. Apakah mutasi dilakukan dengan sakit hati, sehingga wabup sampai protes? kami yakin masyarakat sudah cerdas menyimpulkannya," pungkasnya. ****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved