Berita Surabaya
Bogasari Perkuat Kolaborasi dengan UKM untuk Hadapi Tantangan 2023
Kegiatan virtual event pembukaan KIAT (Kunci dan Informasi Teknologi) Bogasari Seri-4 yang digelar Rabu (21/12/2022)
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Konsumen tertarik untuk mencari sesuatu yang baru dan tidak hanya makanan yang itu-itu saja.
"Ini juga menjadi tantangan bagi semua sebagai pelaku usaha di dunia kuliner. Bogasari siap berkolaborasi dengan UKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, dengan terus bekerjasama," beber Erwin.
Karena mega tren itu datang di waktu hampir bersamaan dan bertubi-tubi, sehingga pelaku usaha harus terus bergandengan tangan agar tetap bisa tumbuh Bersama.
Wahyu H Prasetyo, Senior Manager Merchandising Bibli, menambahkan, dari sisi ketenagakerjaan, UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja dan menghimpun sekitar 60,4 persen dari total investasi.
"UMKM dan produk lokalnya tidak hanya harus didampingi dan didigitalkan, namun yang terpenting lagi adalah menjaga keberlanjutannya," kata Wahyu.
Dia menambahkan, e-commerce menjadi kanal digital yang penting bagi UMKM untuk mengembangkan bisnis secara berkelanjutan.
Sebanyak 77 persen UMKM terbantu oleh marketplace dalam memasarkan produknya di masa pandemi Covid 19.
"Blibli memiliki kurang lebih 22 kategori utama dan 3 teratas untuk transaksinya adalah kategori makanan dan minuman, kesehatan dan kecantikan, serta rumah dan dekorasi urutn ke-3," papar Wahyu.
Pembicara Kevindra P Soemantri, Editorial Director and Restaurant Editor www.feastin.id mengungkapkan, ada dua aspek penting yang harus dipahami dalam menyikapi tren kuliner 2023.
"Yaitu tren konsumen dan tren makanan. Ada 3 tren konsumen yakni explorative foodie, cita rasa versus gimmick, dan bersantap di tempat atau dyin in," ungkap Kevindra.
Exploratove foodie adalah tipe konsumen yang gemar menyantap kuliner-kuliner dengan banyak konsep berbeda dan tidak takut mencoba hal baru.
Konsumen yang satu ini senang mencoba makanan dan minuman di luar kebiasaan mereka, bisa itu genre cuisine, jenis makanan, dan lainnya.
“Bagi pebisnis kuliner ini merupakan kesempatan tapi sekaligus juga tantangan, yakni harus menjaga loyalitas lewat kualitas produk dan konsumen jenis ini mudah terbawa arus,” jelas Kevin.
Sementara cita rasa versus gimmick artinya konsumen sekarang sudah mulai paham mana jenis makanan yang sekadar gimmick atau yang memang betul-betul lezat dan nikmat.
Pada akhirnya, konsumen sekarang akan lebih memilih untuk beli makanan yang punya cita rasa lezat alih-alih hanya sekadar fenomenal, tapi tak punya cita rasa yang ignin membuat mereka makan lagi.