Berita Tulungagung
Sejarah Ruko Belga Tulungagung, Pusat Kuliner, Wahana Game dan Pernah Menjadi Sekolah STM
Sejarah Ruko atau Swalayan Belga merupakan salah satu tempat bersejarah di Tulungagung. Ruko itu kini disewa 36 pengusaha
Penulis: David Yohanes | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID, Tulungagung - Kawasan Ruko Belga merupakan salah satu tempat bersejarah di Tulungagung. Ruko itu kini disewa 36 pengusaha, dan tengah menunggu penggusuran.
Ruko Belga tidak berbeda dengan kawasan perbelanjaan legendaris di Surabaya, pertokoan Wijaya yang populer di era 1980-an.
Sedangkan Belga adalah sebutan umum dari warga Tulungagung pada kawasan ruko di Jalan Agus Salim ini.
Nama Belga diambil dari nama toko swalayan besar di kawasan tersebut agar memudahkan penyebutannya.
Baca juga: Tangis Haru Karyawan Belga Swalayan Tulungagung, Sebelum Tokonya Dieksekusi Pengadilan
Baca juga: Banyak Warga Tulungagung Miliki Kenangan di Ruko Belga, Kecewa Akhirnya Harus Dikosongkan Pengadilan
Ika menjadi gambaran banyaknya warga Tulungagung yang menyayangkan penutupan ruko Belga.
Di media sosial banyak yang menyatakan kenangannya di kawasan pertokoan ini.
Ada yang menyatakan, masa kecilnya setiap malam Minggu selalu datang ke Belga untuk naik mainan.
Ada juga yang menyatakan sepulang kerja selalu jalan-jalan ke kawasan ini.
Jika ada yang cocok langsung dibeli, jika tidak ada yang cocok maka bisa sekedar cuci mata.
Fendy (43) misalnya, yang mengatakan Belga sudah ramai di era 1990-an.
Apalagi saat masih ramai-ramainya mainan balap mobil Tamiya.
"Waktu itu setiap pulang sekolah pasti ke sana," kenang Fendy.
Baca juga: PN Tulungagung Targetkan Eksekusi Pengosongan Ruko Belga Tuntas Desember 2022
Baca juga: Sengketa Ruko Belga, Penyewa Ajukan PK ke MA, Pemkab Tulungagung Tunggu Putusan Perlawanan Eksekusi
Belga juga semakin jaya saat menghadirkan wahana game. Menempati lokasi di lantai dua, wahana permainan anak ini selalu antre.
Belga juga sempat berkembang menjadi pusat kuliner.
"Yang di bagian tengah itu sempat dipakai deretan pujasera," sambung Fendy.
SURYA mencoba menggali sejarah ruko Belga, namun belum ada yang bisa menjelaskan berdasarkan timeline secara pasti.
Namun secara umum cerita itu menyatakan, kawasan ini sebelumnya ada di bawah kekuasaan Belanda di era kolonial.
Saat datang era penjajahan Jepang, kawasan ini juga dimanfaatkan oleh tentara Nipon.
Setelah Jepang kalah, kawasan ini dikuasai oleh tentara nasonal.
Dan dalam perkembangannya, kawasan ini dilimpahkan ke Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Tulungagung.
Lahan sempat dimanfaatkan untuk Sekolah Teknik Menengah Negeri (STMN).
Sekolah ini kemudian pindah ke Jalan Ki Mangunsarkoro Desa Beji, Kecamatan Boyolangu dan sekarang menjadi SMKN 3 Boyolangu.
Kawasan seluas 10.450 meter persegi itu lalu dibangun ruko dan mulai disewakan sekitar tahun 1994 dengan status saat itu Hak Guna Bangunan (HGB) di atas Hak Pengelolan Lahan (HPL).
Kini, Putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) memenangkan Pemkab Tulungagung dalam perebutan Ruko Belga dengan 36 penyewa di sana
Saat ini Belga Swalayan sudah dikosongkan karena kawasan pertokoan itu akan dieksekusi setelah Pengadilan Negeri (PN) Tulungagung, yang akan mengembalikan seluruh ruko ke Pemkab Tulungagung.
"Rasanya gak enak kalau tidak belanja di sini. Karena ini swalayan lama yang penuh kenangan," ucap Ika, Selasa (13/12/2022).