Brigadir J Ditembak di Rumah Jenderal

3 KEJANGGALAN Kesaksian Ferdy Sambo, Ricky Rizal dan Kuat Maruf Dalam Sidang Pembunuhan Brigadir J

Inilah sederet kejanggalan dalam kesaksian Ferdy Sambo, Ricky Rizal dan Kuat Maruf di sidang pembunuhan Brigadir J.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Ferdy Sambo. Simak Kejanggalan Kesaksian Ferdy Sambo, Ricky Rizal dan Kuat Maruf Dalam Sidang Pembunuhan Brigadir J. 

SURYA.co.id - Terungkap sederet kejanggalan dalam kesaksian Ferdy Sambo, Ricky Rizal dan Kuat Maruf di sidang pembunuhan Brigadir J.

Kejanggalan yang pertama yakni saat Ricky Rizal bersaksi untuk terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu dan Kuat Ma’ruf.

Hakim mencium adanya kebohongan dalam kesaksian Ricky dan ada hal yang ditutup-tutupi.

Ricky juga sempat meralat pernyataannya.

Kejanggalan juga tampak saat Ferdy Sambo bersaksi untuk tiga terdakwa yaitu Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Ma’ruf.

Bagi hakim kesaksian Ferdy Sambo tidak masuk akal dan janggal.

Berikut rangkuman faktanya dilansir dari tayangan Kompas TV.

1. Ricky Rizal Ralat Kesaksiannya

Dimulai dari saat Ricky Rizal Wibowo bersaksi untuk terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu dan Kuat Ma’ruf.

Hakim Wahyu Iman Santoso mengatakan, keterangan Ricky Rizal tidak masuk akal dan bohong. Satu di antaranya adalah soal alasan Ricky mengamankan senjata milik Brigadir J hingga pengakuannya yang tidak tahu saat Ferdy Sambo menembak.

Saat itu, Hakim pun mengingatkan kepada Ricky Rizal Wibowo untuk memberikan kesaksian jujur dan tidak mengorbankan anak dan istrinya.

“Kamu berkorban, mengorbankan masa depan anak-anakmu untuk nutupin ini semua, sampai hari ini kamu masih mencoba nutupin. Seolah-olah saya percaya dengan cerita kamu, dari tadi saya diamin saja cerita kamu,” kata Hakim.

Bukan hanya hakim tapi juga jaksa penuntut umum mempertanyakan kesaksian Ricky Rizal yang tidak tahu saat Ferdy Sambo menembak Yosua.

Lantaran saat peristiwa, Ricky Rizal ada di ruangan yang sama dengan Ferdy Sambo.

“Tapi kan kalimat itu setelah kalimat yang saudara dengar (perintah Ferdy Sambo kepada Bharada E untuk hajar Yosua). Apakah saudara menutup telinga setelah itu?” tanya JPU.

Namun, terlepas dari keraguan hakim dan JPU, ada hal yang jauh lebih menarik saat Ricky Rizal bersaksi.

Yakni, saat Ricky Rizal menjawab pertanyaan JPU dan keceplosan Ferdy Sambo menggunakan sarung tangan lalu kemudian diralat menjadi masker hitam.

Dalam beberapa kali persidangan, sarung tangan hitam yang diduga digunakan Ferdy Sambo menjadi hal penting yang terus digali.

Hal itu diduga karena bisa memperkuat unsur pembunuhan berencana terhadap Yosua.

“Anda memperhatikan saudara FS menembak ke dinding, itu penglihatan yang sama dengan tangan yang menembak itu, apakah menggunakan sarung tangan atau tidak. Jangan jawabnya tidak yakin,” ujar JPU.

“Siap, waktu itu saya tahunya sarung tang,, eh apa, masker warna hitam,” jawab Ricky Rizal.

2. Kuat Maruf disebut buta dan tuli

Lalu, tidak kalah menarik dari fakta persidangan saat Kuat Ma’ruf bersaksi untuk Terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu dan Ricky Rizal Wibowo.

Hakim Wahyu Iman Santoso menganggap jika Kuat Ma’ruf bersama Ricky Rizal dan Ferdy Sambo sudah merencanakan pembunuhan Yosua.

Pernyataan itu disampaikan Hakim Wahyu, setelah mendengar keterangan Kuat Ma’ruf yang mengaku tidak melihat Ferdy Sambo menembak Yosua.

“Yosua tadi sudah dipraktikkan di sini oleh saudara Richard, berdirinya Richard dengan Ricky itu ndak jauh.

Tapi kalian karena buta dan tuli makanya saudara tidak mendengar dan tidak melihatkan, kan itu yang mau saudara sampaikan,” ucap Hakim Wahyu Iman Santoso.

3. Ferdy Sambo Bohong

Fakta-fakta menarik dalam sidang juga terjadi saat Ferdy Sambo bersaksi untuk tiga terdakwa yaitu Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Ma’ruf.

Ferdy Sambo mengaku tidak ingin Yosua meninggal dunia. Bukan hanya itu, Ferdy Sambo juga mengungkap di sidang jika istrinya, Putri Candrawathi telah diperkosa Yosua.

Namun bagi hakim kesaksian Ferdy Sambo tidak masuk akal dan janggal.

Jika tidak ingin Yosua meninggal dunia, hakim bertanya kepada Ferdy Sambo kenapa memberi perintah Ricky dan Richard menembak Yosua.

Pun begitu dengan soal perkosaan, Hakim bertanya jika memang Putri Candrawathi diperkosa, kenapa Ferdy Sambo masih berpikir main tennis bukan mengantar istri ke dokter.

Tidak kalah sorotan adalah saat Ferdy Sambo blak-blakan mengaku beruntung CCTV rumah Duren Tiga yang menjadi TKP Yosua tewas, hilang.

Hingga saat jaksa penuntut umum (JPU) bertanya soal hasil uji poligraf yang dijalani Ferdy Sambo dalam sidang.

“Saudara ditanyakan, apakah saudara melakukan penembakan terhadap Yosua, jawaban saudara apa?” tanya JPU ke Ferdy Sambo.

"Tidak (tidak menembak -red)," kata Ferdy Sambo.

Jaksa lebih lanjut bertanya kepada Ferdy Sambo, apakah sudah diketahui hasilnya untuk pertanyaan dan jawaban tersebut.

“Sudahkah hasilnya saudara ketahui?” tanya Jaksa.

“Sudah,” ucap Ferdy Sambo.

“Apa? (hasil pemeriksaan poligraf)?” kata Jaksa.

“Tidak jujur,” jawab Ferdy Sambo.

Kuat Maruf Sebut Poligraf Robot

Terdakwa Kuat Ma'ruf mengungkapkan, hasil pemeriksaan alat pendeteksi kebohongan atau lie detector menunjukkan bahwa dia telah berbohong dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Hal itu diungkapkan Kuat saat dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU) sebagai saksi kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J dengan terdakwa Richard Eliezer atau Bharada E dan Kuat Ma'ruf.

Pengakuan itu bermula ketika penasihat hukum Bharada E, Ronny Talapessy, mencecar keterangan Kuat yang mengaku bahwa ia tidak melihat Ferdy Sambo ikut menembak dalam insiden penembakan yang menewaskan Yosua di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.

"Jadi Saudara tidak melihat Ferdy Sambo ditembak atau menembak?" kata Ronny dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin (6/12/2022) "Tidak melihat," ujar Kuat.

Mendengar jawaban itu, Ronny lantas menanyakan apakah Kuat pernah menjalani pemeriksaan dengan menggunakan lie detector saat penyidikan di Bareskrim Polri. Kuat pun mengakui bahwa ia juga telah menjalani pemeriksaan menggunakan alat pendeteksi kebohongan dalam pemeriksaan di kepolisian.

"Saudara saksi pernah diperiksa lie detector?" ujar Ronny. "Pernah," kata Kuat.

"Tahu hasilnya?" tanya Ronny lagi. "Tahu," jawab Kuat.

Ia kemudian mengungkapkan, hasil pemeriksaan dengan lie detector itu menunjukkan bahwa ia berbohong kepada penyidik. 

"Apa hasilnya?" kata Ronny.

"Katanya berbohong," ujar Kuat.

"Jadi, Saudara saksi berbohong saat Saudara saksi ditanya lihat Ferdy Sambo menembak tidak Saudara saksi bilang tidak? Hasilnya apa?" ujar Ronny.

"Berbohong," kata dia.

Atas penegasan jawaban itu, Ronny pun kembali memastikan hasil pemeriksaan lie detector yang disampaikan Kuat tersebut.

Bukannya kembali menegaskan bahwa hasil lie detector menunjukkan kebohongan,

Kuat malah mengatakan bahwa jawaban dialah yang benar.

"Jadi yang benar yang mana?" kata Ronny lagi "Ya benar sayalah, itu kan robot," ujar Kuat.

Peristiwa pembunuhan Yosua disebut terjadi setelah cerita Putri Candrawathi yang mengaku dilecehkan Yosua di Magelang.

Kemudian, Ferdy Sambo marah dan merencanakan pembunuhan terhadap Yosua yang melibatkan Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf.

Akhirnya, Brigadir J tewas ditembak di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.

Atas perbuatannya, Richard Eliezer, Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf didakwa melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved