Brigadir J Ditembak di Rumah Jenderal
PAKAR Mikro Ekspresi Bandingkan Gelagat Ferdy Sambo dan Bharada E: Verbal FS Bahaya, Siapa Bohong?
Pakar Mikro Ekspresi menganalisis gelagat Ferdy Sambo dan Bharada E saat bersaksi di sidang. Siapa yang bohong?
Kirdi melihat, saat menerangkan kekerasan seksual itu ekspresi bibir Ferdy Sambo masuk ke dalam.
Justru ekspresi ini tidak bisa dikatakan marah karena biasanya ekspresi marah diikuti tarikan wajah bagian atas dan bibir mengencang.
"Tapi ini (bibirnya) masuk ke dalam. Dia sebetulnya punya keterangan lain yang dia tahu, tapi dia putuskan untuk tidak sampaikan ke orang yang di hadapannya. Banyak sekali fakta-fakta yang dia tahan," tegasnya.
Analisis Lengkap Ekspresi Bharada E

Sebelumnya, pakar mikro ekspresi Monica Kumalasari menganalisis ekspresi Bharada E atau Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu saat bersaksi di sidang pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (30/11/2022).
Pakar mikro ekspresi menyebut segala sesuatu yang disampaikan Bharada E di sidang terdakwa Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf menjadi lebih natural.
Selain itu, Bharada E juga tampak lancar dan spontan, bahkan ketika mengatakan tidak tahu saat ditanya hakim.
"Ada sinkronisasi dengan apa yang disampaikan di statemennya dengan ekspresi di wajah, baik makro maupun mikro. Berikut body language, voice, tonelity dan sebagainya," kata Monica Kumalasari dikutip dari tayangan News Prime, INews TV, Kamis (1/12/2022).
Monica melihat ekspresi yang paling krusial saat Bharada E mengaku menembak dan menjelaskan prosesnya.
Baca juga: UPDATE Wanita Menangis di Rumah Ferdy Sambo yang Dibongkar Bharada E: Kubu Sambo Bantah, LPSK Akui
"Kita lihat dari otot di wajahnya, yang bertanggungjawab dari rasa kesedihan ini terlihat dan muncul.
Kemudian ditunjukkan dengan suara yang tercekat. Ada kedipan mata yang meningkat.
Apa yang ditunjukkan oleh bahasa non verbalnya semua hal yang kongruen (sama persis) dan genuine (tulus) sekali," kata Monica.
Monica tidak melihat adanya proses berpikir karena tanda-tanda di wajahnya tidak menunjukkan prognitif loading.
"Tetapi semuanya menjadi lepas, spontan, tanpa berpikir panjang. diikuti kanal-kanal tubuh yang lain. Mulai dari ekspresi , gestur. Bahkan ketika menunjukkan harus memperagakan sesuatu. Ini spontan, dan konsisten dari cerita yang disampaikan," ujarnya.