Dulu Ditolak, Semerbak Harum ‘Mutiara’ Pantai Selatan Kini Angkat Derajat Nasib Nelayan Jawa Timur
Sebelumnya ditolak keras, semerbak harum ikan tuna yang jadi ‘mutiara’ Pantai Selatan Jawa kini berhasl mengangkat derajat nasib nelayan Jawa Timur
Penulis: Mujib Anwar | Editor: Adrianus Adhi
Walapun hasil tangkapan lagi sepi, pria 35 tahun ini menyatakan tetap melaut memancing ikan tuna. Sehingga, setelah dua hari bersandar, dirinya dan empat ABK akan berangkat berlayar kembali.
“Kami bangga jadi nelayan dan pelaut, seperti nenek moyang kami dulu yang menjadi penguasa lautan,” tegas bapak empat anak asal Desa Biroro, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan ini.

Ajari Nelayan Menangkap Tuna
Kebanggaan Takdir menjadi nelayan dan pelaut seperti nenek moyangnya dari Bugis tersebut bukan isapan jempol.
Pada tahun 2005 atau 17 tahun lalu, dia merupakan satu dari beberapa nelayan asal Sinjai yang bersandar di Pantai Sendangbiru yang sekarang bernama Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap. Usianya waktu itu baru 18 tahun.
“Waktu itu, saya ikut berlayar dengan Sekoci dari Sinjai untuk menangkap ikan tuna dengan pancing Tonda (handline) khas Sulawesi,” katanya.
Sebelum bersandar di wilayah Malang Selatan, Jawa Timur, Takdir selama dua tahun singgah di dua tempat berbeda. Setahun singgah di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, lalu setahun kemudian pindah ke Bali.
“Setelah itu, di Sendangbiru ini sampai sekarang,” tegasnya.
Mulai dua tahun lalu, Takdir dan istrinya yang berasal dari Kalimantan resmi pindah KTP menjadi warga Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang ini.
Selama belasan tahun menjadi nelayan dengan spesialis menangkap ikan tuna, pria murah senyum ini mengaku telah menularkan ilmunya kepada puluhan nelayan. Selain nelayan lokal di Kabupaten Malang, mereka yang diajari Takdir menangkap ikan tuna dengan jaring Tonda juga berasal dari berbagai wilayah di Jawa Timur, seperti Pasuruan, Jember, Madura, Blitar, hingga Mojokerto. Tak hanya itu, ada juga sejumlah nelayan dari Kalimantan dan Sulawesi.
“Yang saya ajari tersebut adalah para ABK (anak buah kapal) yang ikut saya. Tapi ada juga yang non ABK,” tandasnya.
Peran penting Takdir mengajari puluhan nelayan di Pantai Sendangbiru ini diakui oleh Eko. Nelayan asal Desa Tambakrejo ini mengaku bersyukur pernah ikut melaut bersama bapak empat anak tersebut.
“Sekarang saya menjadi sangat mahir menangkap ikan tuna. Ternyata menangkap tuna itu mudah,” beber Eko.
Hal senada disampaikan Rudi dan David. Nelayan asal Pasuruan dan Mojokerto ini berujar, “Saya jadi sangat lihai menangkap ikan tuna ya karena diajari oleh Pak Takdir,” tegas David, diamini Rudi.
Praktisi Perikanan Tangkap, Hadi Poernomo membenarkan apa yang disampaikan Takdir dan sejumlah nelayan lain di Pantai Sendangbiru.