Berita Malang Raya
Dampak Wabah PMK Masih Terasa Bagi Pedagang Sapi di Kota Batu : Harga Belum Stabil
Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Muhammad Munir menyatakan, dampak PMK belum selesai hingga saat ini.
Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, BATU - Harga sapi di Kota Batu masih belum stabil karena wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Muhammad Munir menyatakan, dampak PMK belum selesai hingga saat ini.
Selain harga yang belum stabil, sejak ada wabah PMK warga di Dusun Brau tidak diperbolehkan mendatangkan sapi dari luar daerah. Alhasil, mereka harus memaksimalkan sapi yang ada saat ini.
Munir mengatakan harga sapi saat ini masih stagnan di angka Rp 20 juta per ekor, sedangkan normanya berada di angka Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per ekor.
Sapi menjadi andalan perekonomian warga Dusun Brau.
Baca juga: Besok, Pasar Hewan di Kabupaten Lamongan Kembali Dibuka Setelah 5 Bulan Tutup Karena PMK
Baca juga: Harga Sapi Naik Rp 2 Jutaan setelah Pasar Hewan Tulungagung Dibuka, Akibat PMK Susutkan Populasi
Dikatakannya, 98 persen warga Dusun Brau menggantungkan seluruh kehidupannya pada produksi susu sapi perah. Sebagian lainnya, fokus pada penjualan sapi.
Ketika harga sapi belum stabil, warga tetap melakukan perawatan sapi secara optimal.
Hal itu dilakukan agar produksi susu sapi terus berjalan.
Menurut Munir, produksi susu di Dusun Brau cukup stabil.
Jumlahnya bisa mencapai 3000 liter per hari dari seluruh sapi yang ada.
Munir berharap ada solusi dari Pemerintah Kota Batu agar harga sapi kembali stabil.
“Kalau musim kemarau persediaan rumput gajah di lahan kering tercukupi. Namun, saat musim hujan datang, peternak harus pandai mencari pakan. Jangan sampai rumput yang memiliki kandungan air tinggi membuat sapi kembung. Selain itu, kebersihan kandang harus terjaga dengan baik,” katanya, Selasa (11/10/2022).
Baca juga: Pasca Dibuka Lagi, Pasar Sapi Dimoro Kota Blitar Masih Sepi dan Harga Jual Turun
Baca juga: Lindungi dari PMK, Sapi-Sapi Wajib Divaksin saat Tampil di Karapan Piala Presiden 2022 di Bangkalan
Kondisi yang berbeda dihadapi peternak asal Desa Oro-oro Ombo.
Sukirman, seorang peternak dari desa setempat menyatakan produksi susu per sapi yang biasanya bisa sampai 25 liter per hari kini turun hanya menjadi 8 liter.
Penurunan produksi susu ini mengakibatkan kerugian bagi para peternak.
"Pemulihan PMK di luar dugaan. Ketika sapi sehat, ternyata produksi susunya sangat sulit untuk naik. Dapat saya berikan contoh, biasanya bisa keluar sampai 25 liter, hari ini, tiga bulan setelah sapi sembuh, keluarnya 6 liter hingga 8 liter. Sehingga perlu nutrisi untuk ternak namun tidak terakomodir oleh pupuk bersubsidi," ujarnya.