Berita Malang Raya

Dampak Wabah PMK Masih Terasa Bagi Pedagang Sapi di Kota Batu : Harga Belum Stabil

Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Muhammad Munir menyatakan, dampak PMK belum selesai hingga saat ini.

Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/samsul hadi
Foto Ilustrasi pedagang sapi di pasar hewan 

Menurutnya, salah satu solusi yang dapat diambil yakni memperbaiki bahan makanan sapi.

Peternak sangat bergantung pada pakan ternak yakni rumput gajah.
Sementara keberadaan rumput gajah kondisi nutrisinya juga perlu ditingkatkan.

Kalianto, Ketua Gapoktan Rukun Santoso menyatakan, ada 145 hektare lahan yang dijadikan tempat untuk penanaman hijauan sebagai kebutuhan dasar pakan ternak.

Lahan tersebut milik Perhutani. Dampak PMK juga telah membuat perputaran uang menurun drastis di Koperasi Unit Desa.

"Sampai hari ini masih terasa sekali. Kalau kita lihat dari beberapa data, misal di KUD Batu, sebelum PMK, perputaran nilai per 10 hari bisa mencapai Rp 3 miliar, pada hari ini ketika terjadi PMK, hanya separohnya yakni, Rp 1,5 miliar dalam 10 hari. Dengan asumsi seperti itu, peran peternakan itu sendiri sangat besar untuk perekonomian Kota Batu," paparnya.

Kalianto mengatakan bahwa para peternak berusaha semaksimal mungkin mencapai pemulihan dari sektor peternakan. mereka berupaya swadaya demi kondisi yang lebih baik.

Bahkan memberanikan diri untuk pinjam uang ke sanak keluarganya.

"Kami berupaya mencapai pemulihan dari sektor itu karena apa, mereka yang tidak memiliki pekerjaan lain, kecuali beternak itu sendiri memang sangat terasa. Pinjam sana, pinjam sini, demi upaya pemulihan," paparnya.

Para peternak juga mengeluhkan pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang dinilainya hanya mendata sapi mati saja.

Dinas tidak disebut tidak mendata sapi-sapi yang sakit dan produksi susunya berkurang.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Heru Yulianto menyatakan, di tengah kelangkaan pupuk bersubsidi ini, harganya juga tidak murah, solusi yang ditawarkan yakni kembali ke pertanian organik.

Terkait PMK, Heru mengatakan, penyakit tersebut tidak bisa selesai dalam waktu satu atau dua tahun saja.

Butuh waktu cukup panjang untuk benar-benar mentas. dari sekitar 15 ribu sapi di Kota Batu, 500 di antaranya adalah sapi potong.

Data itu menandakan bahwa sapi perah sangat banyak di Kota Batu.

Dinas yang ia pimpin sudah berupaya meningkatkan anggaran ke dalam kategori Bantuan Tidak Terduga (BTT).

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved