Santri Gontor Tewas
3 FAKTA TERBARU Santri Gontor Tewas Dianiaya: Polres Ponorogo Bergerak, Korbannya Ternyata 3 Orang
Berikut sederet fakta terbaru tentang kasus santri Gontor tewas dianiaya, Tim dari Polres Ponorogo sudah mulai bergerak.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Berikut sederet fakta terbaru tentang kasus santri Gontor tewas dianiaya, Tim dari Polres Ponorogo sudah mulai bergerak.
Diketahui, kasus tewasnya santri Ponpes Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, berinisial AM, masih terus bergulir.
Polres Ponorogo memberangkatkan tim ke Palembang, Sumatera Selatan untuk mendalami kasus tersebut.
Sementara itu, Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo mengungkapkan, total ada tiga santri yang menjadi korban dalam kasus penganiayaan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).
Baca juga: Terungkap, Ternyata Ada 3 Santri Ponpes Gontor yang Menjadi Korban Penganiayaan
Berikut rangkuman fakta terbaru selengkapnya.
1. Tim Polres Ponorogo bergerak
Polres Ponorogo memberangkatkan tim ke Palembang, Sumatera Selatan untuk mendalami kasus penganiyaan santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) hingga meninggal dunia.
Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan tim tersebut akan berangkat, Rabu (7/9/2022).
Nantinya tim dari Satreskrim Polres Ponorogo akan berkoordinasi dengan keluarga santri korban, AM untuk mendapatkan petunjuk untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
"Nantinya tim juga akan memastikan apakah butuh untuk melakukan autopsi ulang (kepada jenazah AM) atau tidak. Kami sudah berkoordinasi dengan Biddokes Polda Sumsel jika ada permintaan autopsi," kata Catur, Selasa (6/9/2022).
Lebih lanjut, Catur mengatakan sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melakukan pra rekontruksi mulai dari tempat perkemahan hingga RS Pondok Gontor.
"Tergambar semua dari situ, saksi juga sudah menceritakan kejadian tersebut," lanjutnya.
Dari olah TKP, tim juga sudah mengamankan sejumlah barang bukti mulai dari pentungan, air mineral, minyak kayu putih dan becak.
Namun begitu, Catur masih enggan mengungkapkan motif penganiayaan tersebut secara gamblang kendati sudah ada terduga pelaku penganiayaan itu.
Ia hanya menyebutkan ada kesalahpahaman antar santri akibat hilangnya alat perkemahan sehingga tidak lengkap.
"Motif dari olah TKP nanti bakal disampaikan. Karena ada salah paham, kekurangan alat," jelasnya.
Lebih lanjut, Catur mengatakan hingga kini belum ada laporan dari keluarga korban yang masuk ke Polres Ponorogo terkait kasus tersebut.
Namun ia memastikan, Kasatreskrim Polres Ponorogo sudah berkoordinasi dengan keluarga korban secara intensif.
2. Ternyata Ada 3 Santri jadi korban
Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo mengungkapkan, total ada tiga santri yang menjadi korban dalam kasus penganiayaan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).
Dari tiga santri Ponpes Gontor tersebut, satu santri, yaitu AM meninggal dunia. Sedangkan dua lainnya sudah sehat.
"Total ada tiga orang korban, satu meninggal dunia, dua sehat dan sudah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti biasa," kata Catur, Rabu (7/9/2022).
Dalam kesempatan itu, Catur juga mengatakan telah mengirimkan tim ke Palembang, Sumatera Selatan, ke rumah korban AM.
Tim yang berangkat berjumlah 20 personel, dipimpin langsung oleh Kasatreskrim Polres Ponorogo AKP Nikolas Bagas Yudi Kurnia.
"Ada tim khusus yang kami bentuk dari awal mula informasi ini muncul, serta dibantu komunikasi dengan Polda agar bekerja cepat dan koordinir serta kolaborasi, koordinasi, komunikasi berjalan dengan baik," lanjutnya.
Tim tersebut dibagi tugas, mulai tahap penyelidikan, penyidikan termasuk dibagi lagi untuk berangkat ke Palembang.
"Tim yang ke Palembang akan berkoordinasi dengan keluarga korban untuk pelaksanaan autopsi maupun pengambilan BAP," jelas Catur.
Lebih lanjut, Catur mengatakan sudah melakukan olah TKP dan memeriksa 14 saksi mulai dari santri, pengasuh, hingga tenaga kesehatan Pondok Gontor.
Bahkan, Satreskrim Polres Ponorogo telah menggelar pra rekontruksi kasus penganiyaan santri Ponpes Gontor hingga berujung kematian tersebut.
"Dalam olah TKP dilanjutkan, pra rekontruksi kita dapat gambaran yang lebih jelas dan detil serta barang bukti yang berkaitan dengan kasus tersebut sudah kami amankan," kata Catur.
"Mulai dari air minum, pentungan, minyak kayu putih dan becak yang digunakan untuk membawa korban dari TKP ke IGD," pungkas Catur.
3. Kemenag Jatim Kirim Tim Gabungan
Kanwil Kemenag Jatim menyayangkan adanya kasus kekerasan yang berujung tewasnya seorang santri asal Palembang, di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, beberapa waktu lalu.
Kabid Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kanwil Kemenag Jatim Mohammad As'adul Anam mengatakan, pihaknya telah mengirim tim untuk melakukan penggalian informasi atas kejadian tersebut, kepada pihak pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor Ponorogo.
Tim yang dimaksudnya itu merupakan gabungan dari pegawai pengawas di Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Jatim, dan Kasi PD Pontren Kanwil Kemenag Ponorogo.
Tim tersebut berhasil menemui pihak pengurus Kuliatul Mualimin Islamiah (KMI) Pondok 1 Gontor, dan juga pengurus Yayasan Ponpes Gontor Ponorogo, Senin (5/9/2022) siang.
Hasilnya, Mohammad As'adul Anam mengungkapkan, kasus kekerasan tersebut melibatkan antar sesama santri.
Tidak ada keterlibatan pihak pengurus struktural dari ponpes tersebut.
Sehingga, pihaknya tidak melakukan penerapan sanksi yang bersifat berat, apalagi sampai mencabut izin operasional ponpes.
"Jadi ini adalah kejadian murni dilakukan oleh santri. Oleh karena itu kami tidak mungkin melakukan pencabutan izin. Tetap berjalan sebagaimana mestinya. Tapi terkait manajemen tata kelola santri yang kemudian akan diperbaiki di sana," ujarnya di Ruang Pertemuan Kanwil Kemenag Jatim, di Sidoarjo, Selasa (6/9/2022).
Berdasarkan informasi yang telah dihimpun tim tersebut, Mohammad As'adul Anam menduga percekcokan yang melatarbelakangi tindakan kekerasan antar santri tersebut, dipicu kesalahpahaman seusai berlangsungnya acara Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum) yang digelar Pengurus KMI Ponpes Gontor Ponorogo, pada Kamis (11/8/2022) dan Jumat (12/8/2022).
Korban yang tewas tersebut, ternyata merupakan ketua panitia acara tersebut.
Diduga sempat terjadi kesalahpahaman saat mengembalikan perkakas peralatan perkemahan, Sabtu (13/8/2022).
Menyebabkan sejumlah santri senior nekat melakukan penganiayaan terhadap korban, pada rentang hari Senin (15/9/2022) dan Selasa (16/8/2022).
"Di situlah terjadi percekcokan saat pengembalian alat-alat perkemahan itu. Bagaimana kejadian detailnya (kekerasan sampai tewas) itu belum diketahui. Jadi kejadiannya (dalam konteks) terkait pengembalian peralatan perkemahan yang dilakukan pada Kamis dan Jumat tersebut," jelasnya.
Mendasari informasi yang telah berhasil digali, pihaknya membuat sejumlah rekomendasi terhadap kasus kekerasan tersebut.
Pertama, mendukung proses hukum yang sedang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Agar, kasus kekerasan yang berujung tewasnya seorang santri ini dapat dipastikan faktor penyebab munculnya perilaku kekerasan yang berujung hingga tewasnya seorang santri.
"Pertama, mendukung penuh pihak berwenang, untuk menyelidiki kasus ini, dari pihak kepolisian yang akan menyelidiki kami akan dukung penuh. Karena itu salah satu cara mengungkap kebenaran peristiwa yang terjadi," katanya.
Kedua, mendorong pihak ponpes mengevaluasi sistem dan metode kepengasuhan yang berlaku dikalangan santri senior dan junior.
Sehingga pihak pesantren dapat meminimalisir bahkan meniadakan potensi tindakan kekerasan antar santri di dalam ataupun di luar lingkungan ponpes.
"Ini adalah sebuah kasus yang ada di pesantren Gontor 1. Artinya bahwa manajemen tata kelola sudah dikonsep pola asuh dan kemusrifan yang ada yang dilakukan saat ini, kira kira ruang rongga santri hingga bertindak seperti itu di titik mana," terangnya.
Ketiga. Memastikan tingkat kerawanan konflik antara santri senior dan junior, sehingga pihak pengurus ponpes dapat segera mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang.
"Berkaitan dengan pola komunikasi antara senior dan junior. Karena ini sampai terjadi pemberian kewenangan yang sangat tinggi kepada seniornya, bisa jadi karena mereka mengikuti perintah dalam menjalankan SOP mengenai kewenangan yang dimiliki senior, bisa terjadi proses pembullyan terhadap junior," pungkasnya.
Sebelumnya, seorang santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo Jawa Timur berinisial AM tewas diduga dianiaya.
Kasus tersebut mencuat usai Soimah, ibu korban mencurahkan isi hatinya pada pengacara kondang Hotman Paris.
Pihak PMDG pun akhirnya mengakui ada dugaan penganiayaan dalam kasus kematian AM.
PMDG mengaku telah mengeluarkan beberapa santri yang diduga terlibat dalam penganiayaan.
Kasus ini kini ditangani Satuan Reserse (Sat Reskrim) Polres Ponorogo.(Putra Dewangga/Sofyan Arif/Luhur Pambudi/SURYA.co.id)
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id