Berita Ponorogo

Polres Ponorogo Bentuk Tim Usut Kasus Meninggalnya Santri Pondok Gontor

Polres Ponorogo telah melakukan pertemuan dengan Pondok Gontor untuk menindaklanjuti dugaan penganiayaan hingga menyebabkan santri meninggal dunia

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Cak Sur
Istimewa/Tangkapan layar
Tangkapan Layar akun Instagram @hotmanparisofficial saat seorang ibu bernama Soimah mengadu ke Hotman Paris Hutapea bahwa anaknya meninggal saat belajar di Pondok Gontor 1, Ponorogo. 

Dihadapan pelayat yang memenuhi rumah saya, disampaikan kronologi bahwa anak saya terjatuh akibat kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Apalagi, anaknya itu dipercaya sebagai Ketua Perkajum, mungkin alasan itu bisa aa terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi mayat anaknya.

Tetapi karena banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya, bahwa kronologi tidak demikian.

"Untuk itu kami pihak keluarga meminta agar jenazah dibuka. Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi jenazah anak saya demikian, begitu juga dengan keluarga," kata Soimah

Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima.

Sehingga merasa tidak sesuai, akhirnya ia menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit yang sudah siap melakukan autopsi.

"Namun, setelah didesak pihak dari yang mengantar jenazah akhirnya mengakui bahwa anak saya meninggal akibat terjadi kekerasan. Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia," ujarnya.

Setelah ada pengakuan telah terjadi tindak kekerasan di dalam pondok. aa memutuskan untuk tidak jadi melakukan autopsi agar jenazah anaknya segera bisa dikubur mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan.

"Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum pada saat itu didasari banyak pertimbangan. Karena itu kami membuat surat terbuka yang intinya ingin ketemu sama kiai, pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja ingin tahu kronologis hingga meninggalnya anak kami," jelasnya.

Namun hingga Rabu 31 Agustus 2022, belum ada kabar atau balasan dari surat terbuka tersebut. Soimah tidak ingin perjuangan anaknya Albar Mahdi sia-sia.

Ia juga berharap, jangan lagi ada korban-korban kekerasan. Bukan hanya yang di alami anaknya, tetapi di pondok lainnya hingga menyebabkan nyawa melayang karena tidak sebanding dengan harapan para orang tua dan wali santri untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga yang dapat mendidik akhlak para generasi berikutnya.

Sementara itu, Hotman Paris menyarankan Soimah harus melakukan laporan BAP ke pihak berwajib di Jawa Timur, di mana lokasi anaknya meninggal.

"Nanti akan saya bantu, tapi ajukan dulu laporannya," kata Hotman Paris secara singkat.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved