Berita Blitar

Setelah Warga Berdemo, Pemkab Blitar Tutup Padepokan Gus Samsudin; Temukan Pelanggaran Izin Praktik

Penutupan itu diumumkan oleh wabup sendiri di Pendopo Pemkab Blitar (Selasa (9/8/2022) siang dengan didampingi banyak pejabat

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana
surya/imam taufiq
Wakil Bupati Blitar, Rahmat Santoso menyerahkan surat penutupan padepokan Gus Samsudin kepada kuasa hukum Priarno SH. 

SURYA.CO.ID, BLITAR - Tidak disangka, perjalanan Gus Samsudin yang merintis Padepokan Nur Dzat Sejati di Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, harus berakhir dengan cara yang tidak manis. Setelah digeruduk warga setempat, Minggu (31/07/2022) lalu, padepokan yang berdiri sejak dua tahun lalu itu, akhirnya juga ditutup oleh Pemkab Blitar.

Melalui surat yang diteken Wakil Bupati Blitar, Rahmat Santoso, Senin (8/9/2022), padepokan itu ditutup tanpa batas waktu yang ditentukan. Penutupan itu diumumkan oleh wabup sendiri di Pendopo Pemkab Blitar (Selasa (9/8/2022) siang dengan didampingi banyak pejabat, di antaranya Kapolres Blitar, AKBP Aditya Panji Anom.

Tidak terlihat keberadaan Gus Samsudin karena sejak padepokannya didatangi massa yang meminta padepokannya ditutup, pria yang selalu menggunakan jubah hitam itu tidak diketahui keberadaannya. Namun siang itu, ia diwakili kuasa hukumnya, Priarno SH. "Mulai hari ini, tak boleh ada aktivitas di padepokan karena sudah dinyatakan ditutup," tegas Rahmat.

Dengan ditutupnya padepokan yang memiliki bangunan megah itu, menurut Rahmat, maka bukan hanya tak boleh ada aktivitas lagi tetapi juga tak boleh menerima tamu, apalagi pasien yang akan berobat.

Mengenai orang-orang yang sudah tinggal di padepokan itu, atau santri, Rahmat meminta mereka pulang ke daerahnya masing-masing. "Kami minta agar orang yang belajar di sana dari berbagai daerah agar segera pulang karena sudah tak boleh ada lagi mulai hari ini," ungkapnya.

Tidak dijelaskan detail mengapa padepokan yang sudah melayani pasien banyak itu harus ditutup. Namun Rahmat menegaskan bahwa pemkab Blitar menurunkan tim, salah satunya dari Dinas Kesehatan (Dinkes).

Hasilnya, dinkes menemukan dugaan penyalahgunaan izin. Sebelumnya pada 2021 lalu, izin padepokan itu adalah menjalankan pengobatan tradisional, dengan media madu atau obat herbal.

Namun dalam praktiknya tidak demikian melainkan diduga ada praktik perdukunan. "Itu hasil assesement dari tim dinkes. Sehingga direkomendasikan untuk ditutup sampai batas yang belum ditentukan atau sampai kapan," ujar Rahmat.

Priarno SH selaku kuasa hukum Gus Samsudin tidak banyak berkomentar dan menerimanya. Usai acara itu, ia mengatakan, pihaknya menerima penutupan padepokan itu.

Tetapi ia menyayangkan karena saat ada orang yang sangat butuh pertolongan maka Gus Samsudin tidak bisa ditolak. "Gus Samsudin itu pasiennya sudah banyak. Karena sudah banyak menolong maka orang sudah percaya dengannya. Kalau memang tidak boleh praktik di tempatnya, kan bisa di mana saja. Bahkan di rumah si pasien yang sedang membuttuhkan bantuannya, kan bisa," ujar Priarno.

Namun keberadaan Gus Samsudin sendiri saat ini tidak diketahui. Sebab sejak dilarikan diam-diam oleh polisi karena padepokannya didatangi warga, Minggu (31/07/2022) sore, hingga kini tak ada yang tahu keberadaannya.

Polsek Kademangan hanya mengamankan Gus Samsudin dari sesuatu yang tak diinginkan saat ada massa berdemo di depan padepokannya. Setelah dikeluarkan dari padepokannya dan sempat dibawa ke polsek sebentar, ia dipulangkan kembali Minggu malam.

Namun kabarnya, ia tidak pulang ke padepokannya karena khawatir kepulangannya itu memancing emosi warga. Sebab warga sudah tak bisa dinego, kecuali minta padepokan itu ditutup karena dianggap mencemarkan desanya sejak viral di jagad medsos paska perseteruannya dengaan Pesulap Merah.

"Ada (Gus Samsudin ada). Cuma beliau masih di luar kota," ujar Priarno, kuasa hukumnya, yang tak menjelaskan lokasinya.

Meski padepokan itu sudah ditutup oleh aksi massa, Minggu (31/07/2022) sore itu, namun bukan berarti sepi dari perhatian warga terutama orang jauh. Mereka penasaran sehingga berdatangan untuk melihatnya langsung dari dekat.

Karena itu di depan pintu gerbangnya yang megah dari kayu papan Kalimantan itu setiap hari dijaga petugas. "Kami penasaran seperti apa sih padepokannya kok sampai viral di medsos, kalau pemiliknya bersiteru dengan pesulap Merah. Ternyata bangunan lumayan bagus," ujar Tresno (54), warga Kediri yang mengaku datang bersama lima temannya siang itu.

Beda lagi dengan warga setempat, mereka tetap bersikukuh agar padepokan Gus Samsudin ditutup tanpa ada tawar-menawar lagi. Sebab padepokan itu dianggap telah memberi citra buruk pada desanya, sejak viral karena saling tantang adu sakti dengan Pesulap Merah.

Ternyata selama ini, Gus Samsudin diduga menjalani praktik perdukunan. Biayanya luar biasa besarnya terutama saat menangani orang yang dianggap kena santet, bisa di atas Rp 10 juta.

"Ya kita hormati saja keputusan itu," ujar Bagas Wigasto, Kades Rejowinaangun, saat diminta menanggapi langkah Pemkab Blitar yang mengeluarkan keputusan penutupan padepokan itu. ****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved