Berita Surabaya

Bullying Marak di Sekolah, Pakar Psikologi Anak UNESA Ungkap Penyebab dan Solusinya

Fenomena bullying menyerupai epidemi atau penyakit menular yang cepat dan dapat menimbulkan banyak korban.

Penulis: Zainal Arif | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa dan pixabay.com
Pakar Psikologi Anak UNESA, Riza Noviana Khoirunnisa S Psi M Si 

"Pengetahuan ini (Bullying) sangat penting untuk melihat apakah masalah di sekitar anak serius atau tidak," ujarnya.

Bagi anak yang menjadi korban, tentu saja berdampak pada masalah kesehatan mental mereka.

Anak merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat dan tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua.

Hal ini tentu bisa menjadi trauma yang panjang. Trauma ini mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkungan, terutama sekolah.

"Beberapa penelitian menunjukan, bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi akademik hingga putus sekolah," ungkapnya.

Bagi anak yang menjadi pelaku, bullying bisa membuat si pelaku memiliki empati yang minim dalam interaksi sosial.

Biasanya mengalami perilaku abnormal, hiperaktif hingga prososial. Ini berkaitan dengan respons pelaku terhadap lingkungan sosial sekitarnya.

Ada juga, lanjutnya, anak yang jadi korban plus jadi pelaku bullying. Ini tingkat gangguan mentalnya menjadi lebih besar.

“Anak-anak di level ini merupakan individu yang mengalami prososial, hiperaktif. Ini menjadi lebih besar dan lebih mengkhawatirkan. Karena itu perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari sekolah maupun orang tua,” tandasnya.

Lantas seperti apa solusinya? Menurut Riza iklim sekolah harus mulai diperhatikan.
Di mana sekolah harus mempunyai program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif.

"Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif antara sekolah dan orang tua penting dilakukan," jelasnya.

"Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka," imbuhnya.

Jika perlu, menurut Riza sekolah harus mempunyai divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua.

Sehingga sekolah dapat membuka hotline yang setiap saat bisa orang tua hubungi.

"Bisa juga sekolah membuat website interaktif. Hal lain yang penting diperhatikan juga yaitu memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak di rumah," katanya.

"Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya," tutupnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved