Manulife Indonesia dan Bank DBS Indonesia Keluarkan Produk Baru MiTreasure Whole Life Legacy

Berita Surabaya

SURYA.co.id | SURABAYA - Manulife Indonesia dan Bank DBS Indonesia bekerja sama meluncurkan MiTreasure Whole Life Legacy (MiWILL).

Produk perlindungan jiwa ini diyakini bisa memberikan ketenangan dalam mempersiapkan masa depan, maupun peninggalan berharga untuk keluarga.

Ryan Charland, Presiden Direktur & CEO, Manulife Indonesia, ada banyak keunggulan di produk ini.

"Di antaranya manfaat perlindungan jiwa hingga tertanggung berusia 99 tahun. Kemudian besaran premi dasar tetap selama masa pembayaran premi," jelas Ryan, Kamis (21/7/2022).

Kemudian manfaat meninggal dunia sebesar 100 persen uang pertanggungan.

Manfaat pembayaran tunai sebesar 20 persen uang pertanggungan apabila tertanggung masih hidup dan telah mencapai usia 70 tahun.

Manfaat akhir masa pertanggungan sebesar 100 persen uang pertanggungan, serta manfaat pilihan asuransi tambahan MiTreasure Critical Cover berupa uang pertanggungan jika tertanggung terdiagnosa salah satu dari 56 penyakit kritis sesuai dengan ketentuan polis.

“Kerja sama berkesinambungan kami dengan Manulife Indonesia ini merupakan sebuah komitmen dari Bank DBS Indonesia dalam menjadi mitra yang memberikan layanan finansial yang komprehensif dan fleksibel," tambah Paulus Sutisna, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia.

Produk ini menambah jajaran lini produk bancassurance, yang sesuai dengan kebutuhan nasabah Bank DBS Indonesia dalam merencanakan kebutuhan finansial di masa depan.

“Melalui Manulife Asia Care Survey 2022, kami mengetahui bahwa 76 persen responden Indonesia yang berencana membeli asuransi dalam 12 bulan ke depan, dan asuransi jiwa merupakan salah satu produk yang menjadi prioritas utama," tambah Ryan.

Oleh sebab itu, bersama dengan Bank DBS, pihaknya semakin memperkuat komitmen untuk mengembangkan produk asuransi jiwa, yang bertujuan untuk memudahkan keputusan dan membuat hidup menjadi lebih baik bagi nasabahnya.

Data Manulife Asia Care Survey 2022 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar terendah yang terlindungi asuransi, di antara pasar Asia lainnya yang tercakup dalam survei tersebut.

Hal ini sejalan dengan data dari OJK yang juga mencerminkan rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia, yakni 3,11 persen.

Hal ini memperkuat alasan untuk menyediakan pilihan yang lebih beragam sebagai upaya proteksi dan peningkatan kesejahteraan fisik serta finansial bagi seluruh masyarakat Indonesia.