Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
TERBARU KASUS SUBANG: Biodata Dokter Hastry yang Temukan Alat Pelaku untuk Menghabisi Tuti dan Amel
Update terbaru kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang kali ini membahas tentang biodata Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Update terbaru kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang kali ini membahas tentang biodata Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti.
Sosok Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti atau dokter Hastry sudah tak asing lagi dalam kasus Subang.
Dia merupakan ahli forensik Polri yang ikut autopsi jenazah korban pembunuhan ibu dan anak di Subang, Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu.
Dalam tayangan di channel youtube.nya, dokter Hastry baru-baru ini mengaku telah menemukan jenis alat yang dipakai untuk menghabisi nyawa Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu.
Ia juga pernah membeberkan dugaannya terkait si pelaku yang psikopat.
Lantas, seperti apa profil dan biodatanya?
Wanita kelahiran 23 Agustus 1970 ini merupakan seorang perwira menengah Polri yang sejak 1 Juni 2021 mengemban amanat sebagai Kabid Dokkes Polda Jateng.
Dikutip dari Kompas.com, Sumy Hastry kerap kali mendapat tugas dalam kasus atau insiden besar, di antaranya Bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), dan bom Bali II (2005).
Kemudian, ia juga menangani bencana gempa bumi Yogyakarta (2006), bom Hotel JW Marriott, Jakarta (2009).
Ia juga melakukan identifikasi jenazah teroris Noordin M Top (2009), gempa bumi Padang, Sumatera Barat (2009), dan kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat (2012).
Bahkan, perwira polisi ini juga pernah dua bulan penuh bertugas mengidentifikasi korban pesawat AirAsia QZ 8501 pada tahun 2015.
Ia merupakan Polwan pertama di Asia yang bergelar Doktor Forensik, melansir dari Wikipedia.
Saat ini, Sumi menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Prof. Awaloeddin Djamin Semarang.
Sebelumnya, pada 2019, Sumi pernah mengemban jabatan sebagai kepala Instalansi Forensik RS Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto.
Baca juga: KASUS SUBANG TERKINI, Perhiasan Tuti dan Amel Jatuh ke Sosok Ini, Yosef Ogah Serahkan ke Mimin
Berikut riwayat jabatan lengkapnya:
- 1999: PASI POLIPOL DIS DOKKES POLDA JATENG
- 2003: PAMA BID DOKKES POLDA JATENG
- 2005: KAUR DOKKES POLWILTABES SEMARANG
- 2008 KAUR DOKKES POLWILTABES SEMARANG (KUKUH)
- 2010: PAMEN POLDA JATENG (LULUSAN DIK SELAPA)
- 2010 SMF RUMKIT BHAYANGKARA TK III SEMARANG
- 2011: KAUR DOKSIK SUBBID DOKPOL BID DOKKES POLDA JATENG
- 2012: KASUBBID DOKPOL BID DOKKES POLDA JATENG
- 2017: KABIDDOKKES POLDA NTB[4]
- 2018: KASUBBIDOKSIK YAN DOKPOL RS. BHAYANGKARA TINGKAT I RADEN SAID SUKANTO
- 2018: AHLI UTAMA RS. BHAYANGKARA TINGKAT I RADEN SAID SUKANTO
- 2019: KA INSTALASI FORENSIK RS. BHAYANGKARA TINGKAT I RADEN SAID SUKANTO[5][6]
- 2020: KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT II PROF. AWALOEDDIN DJAMIN SEMARANG[7]
- 2021: KABIDDOKKES POLDA JATENG.
Temukan Alat yang Dipakai Menghabisi Tuti dan Amel
Fakta baru terungkap dalam penyelidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat.
Polisi telah menemukan jenis alat yang dipakai untuk menghabisi nyawa Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu dalam kasus subang.
Temuan alat bukti ini didapat setelah tim forensik mencocokkan dengan luka yang diderita kedua korban kasus subang.
Hal ini diungkapkan ahli forensik Polri, Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti dalam video terbaru yang diunggah di channel youtube-nya, Selasa (28/6/2022).
Dr Hastry adalah ahli forensik yang telah melakukan otopsi ulang terhadap jenazah kedua korban kasus Subang, Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu.
Dikatakan dr Hastry, ketika dalam kasus ada dua otopsi, biasanya yang dipakai paling banyak adalah otopsi pertama.
Otopsi kedua hanya akan melengkapi dan memenuhi permintaan jaksa penuntut umum dan tim pembela terdakwa.
"Apakah cukup visum pertama atau butuh visum kedua. Kalau kurang, kita juga bisa dipanggil untuk memberikan keterangan ahli," katanya.
Di kasus subang ini, dia sudah menyebutkan kriteria alatnya seperti apa dilihat dari kondisi lukanya. "Kalau dicocokkan cocok ya pakai visum saya," katanya.
Disinggung apakah dia sudah menemukan jenis alat yang dipakai untuk menghabisi Tuti dan Amel, dr Hastry membenarkan.
"Saya tahu, tapi gak mau ngomong," ujarnya.
Dokter Hastry beralasan statusnya yang seorang polisi mengharuskan mematuhi undang-undang.
"Sesuai undang-undang yang berlaku, saya hanya bicara ke penyidik. Hasilnya kita serahkan ke penyidik," tegasnya.
Sebelumnya, dr Hastri menyebut pelaku pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat diduga seorang psikopat.
Bukan tanpa alasan dr Hastry menyebut pelaku seorang psikopat karena jelas sekali luka-luka yang dibuat ke korban.
"Itu sesuatu yang memang mempengaruhi dia secara kepribadian," kata Hastry dalam podcast yang dipandu pemilik akun youtube Anjas di Thailand.
Dijelaskan Hastry, seorang psikopat kerap melakukan sesuatu yang diluar nalar serta tidak pandang bulu, apakah saudara, ibu, adik, anaknya atau sahabatnya.
Seorang psikopat ini secara penampakan terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan orang yang kesannya seperti preman, tapi justru hatinya baik.
"Karena ada gangguan di organ otaknya yang tidak terbentuk secara sempurna," katanya.
Di kasus Subang ini Hastry melihat kekesalan mendalam dari pelaku.
Hal ini dibuktikan dengan adanya luka biru-biru di mata Amel serta luka lainnya.
"Yang saya yakin orangnya sangat membenci sekali ke bu Tuti karena lukanya begitu parah di bagian wajah," terang dokter Hastry.
"Apa yang membuat orang begitu membenci?," tanya Anjas.
Menurut Hastry, ada seseorang yang memang dilahirkan dengan tidak jelas atau salah asuh dan mekanisme pertahanan jiwanya rapuh.
"Kalau dia menginginkan sesuatu tidak bisa. Dia melihat hal-hal di luar kendali, sehingga begitu marah dan emosi meluapkan dengan menyakiti orang atau membunuhnya," ujarnya.
Diakui Hastry, di kasus subang ini, penyidik sudah melakukan tes kesehatan, tes kebohongan dan tes kesehatan jiwa terhadap sejumlah saksi. Dan memang ada dugaan ke arah psikopat.
Dokter Hastry menolak disebut penyelidikan kasus subang ini lemah karena menurutnya penyidik menginginkan hasil yang benar-benar ilmiah.
Dia sendiri juga berjuang dengan caranya dan memang banyak hal-hal yang mentok.
"Saya stres lho karena kasus subang ini , karena masyarkaat dan keluarga korban berharap ke saya. Saya belum memberikan yang terbaik. Tapi tugas saya sudah selesai. (meski) Selesainya belum terungkap," ujarnya.
Hastry mengaku sampai sekarang terus memberikan masukan kepada pimpinan terkait kasus subang.
Dia pun meminta masyarakat untuk tidak berhenti berharap.
"Jangan berhenti berharap, berdoa. Semoga kemudahan-kemudahan bisa turun sehingga bisa mengungkap kasus ini," tandasnya.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id