Perang Rusia vs Ukraina
SOSOK Pierre Zakrzewski, Wartawan Perang Irak, Afghanistan hingga Suriah yang Tewas di Ukraina
Perang Rusia vs Ukraina merengut nyawa wartawan perang yang bertugas sebagai juru kamera Fox News, Pierre Zakrzewski.
SURYA.co.id | NEW YORK - Perang Rusia vs Ukraina merengut nyawa wartawan perang yang bertugas sebagai juru kamera Fox News, Pierre Zakrzewski.
Pierre Zakrzewski telah meliput sejumlah perang yang terjadi, terutama di timur tengah.
Dia pernah meliput perang Irak, Afghanistan hingga Suriah.
Kini, di saat perang Rusia vs Ukraina meletus, Pierre Zakrzewski juga tak meninggalkannya.
Namun, nahas. Nyawanya berakhir di Ukraina setelah mobil yang ditumpanginya diserang.
Pierre Zakrzewski tewas di luar ibukota Ukraina, Kyiv.
Zakrzewski tewas pada Selasa (15/3/2022).
Rekannya, Benjamin Hall terluka ketika kendaraan mereka diserang Senin (14/3/2022).
"Keduanya terkena tembakan yang masuk di Horenka, di luar ibu kota," kata CEO Fox News Media Suzanne Scott dalam sebuah pernyataan, dilansir The Hill.
Hall adalah seorang warga Inggris yang bekerja sebagai koresponden Departemen Luar Negeri jaringan itu.
Saat ini dia masih dirawat di rumah sakit di Ukraina.

“Zakrzewski adalah seorang fotografer zona perang yang meliput hampir setiap cerita internasional untuk Fox News dari Irak ke Afghanistan hingga Suriah selama masa jabatannya yang panjang bersama kami,” kata Scott.
“Semangat dan bakatnya sebagai jurnalis tak tertandingi,” tambahnya.
Zakrzewski, yang tinggal di London, telah bekerja di Ukraina sejak Februari 2022.
Menurut outlet media lokal, Kyiv Independent, dan Reporters Without Borders, jurnalis Ukraina Oleksandra Kuvshynova tewas dalam insiden yang sama.
Pada Minggu (13/3/2022), seorang jurnalis AS ditembak mati dan lainnya terluka di Irpin, pinggiran garis depan Kyiv.
Ini adalah lokasi dimana beberapa pertempuran paling sengit terjadi sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Federasi Jurnalis Internasional mengidentifikasi jurnalis yang terluka sebagai fotografer Amerika Juan Arredondo.
Seorang warga Ukraina yang berada di mobil yang sama dengan orang Amerika juga terluka, menurut seorang petugas medis di tempat kejadian.
Gencatan senjata

Perang Rusia vs Ukraina akan diakhiri.
Kedua belah pihak sedang melakukan perundingan.
Dalam perundingan, pihak Rusia mengatakan beberapa bagian dari kesepakatan damai dengan Ukraina hampir disepakati.
Hal tersebut lantaran Kyiv menyetujui untuk membahas soal netralitas.
Adanya kesepakatan itu meningkatkan peluang untuk mengakhiri perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua ini.
"Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan,"
"Sekarang hal ini sedang dibahas dalam negosiasi, ada formulasi yang benar-benar spesifik yang menurut saya mendekati kesepakatan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Rabu (16/3/2022), dikutip dari Reuters.
Lavrov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah berbicara tentang netralitas dan jaminan keamanan untuk Ukraina tanpa perluasan NATO.
Ia juga menyatakan negosiasi yang dilakukan tidak mudah, tetapi ada beberapa harapan untuk mencapai kompromi.
Dalam hal ini Ukraina juga telah membuat pernyataan positif tentang pembicaraan damai.
Yaitu bersedia untuk bernegosiasi sampai akhir perang, tetapi tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia.
4 syarat damai
Masih dilansir Reuters, Juru Bicara Kremlin Rusia, Dmitry Peskov membeberkan empat hal krusial yang menjadi tuntutan Rusia terhadap Ukraina untuk bisa dipenuhi.
Rusia meminta empat syarat yang harus dipenuhi oleh Ukraina apabila ingin Rusia menghentikan serangannya.
Pertama terkait netralitas dengan meminta Ukraina menjamin status non-bloknya.
Rusia menyatakan syarat Ukraina tak boleh gabung North Atlantic Treaty Organisation (NATO) adalah mutlak.
Lantaran Rusia khawatir Ukraina bisa dijadikan pangkalan NATO dan negara itu memiliki dukungan militer besar untuk merebut Semenanjung Krimea.
Kedua, meminta agar Ukraina demiliterisasi atau menghentikan aksi militernya.
Selanjutnya, mengakui Semenanjung Krimea sebagai wilayah Rusia.
Dilansir Sputniknews Krimea memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia pada Maret 2014 setelah kudeta Maidan di Kyiv.
Krimea telah menjadi bagian dari Ukraina sejak 1954.
Pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev memberi wilayah ini pada Ukrania yang kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet hingga negara ini bubar pada 1991.
Sejak saat itu, Krimea menjadi wilayah semiotonom dari negara Ukraina yang memiliki ikatan politik kuat dengan Ukraina, namun memiliki ikatan budaya yang kuat dengan Rusia.
Syarat terakhir yaitu Ukraina diminta mengakui Republik Separatis Donetsk dan Lugansk sebagai negara merdeka.
Rusia mengakui dua negara baru itu dengan nama Republik Rakyat Donestk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).
Kedua wilayah itu sebenarnya telah memisahkan diri dari Ukraina sejak 2014 atau setelah kudeta terhadap pemimpin Ukraina pro-Rusia yang terpilih secara demokratis.
Sejak itu, lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran antara tentara Ukraina dan separatis pro-Moskow di sana.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ukraina Setuju Bahas Soal Netralitas, Rusia Sebut Peluang Damai Hampir Disepakati
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akhir Riwayat Pierre Zakrzewski, Jurnalis Spesialis Perang yang Tertembak di Ukraina"