Surya Militer
Biodata Mayjen Alfred Denny Tuejeh yang Dapat Perintah Langsung Panglima TNI Soal Perburuan MIT Poso
Berikut profil dan biodata Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh yang dapat perintah langsung Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa soal perburuan MIT Poso.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Simak profil dan biodata Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh yang dapat perintah langsung Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa soal perburuan teroris MIT Poso.
Diketahui, Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh saat ini menjabat sebagai Pangdam XIII/Merdeka.
Kodam XIII/Merdeka menaungi Provinsi Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.
Maka, penumpasan sisa-sisa anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso juga menjadi tugas Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh dan anak buahnya.
Melansir dari Wikipedia, Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh lahir 5 Desember 1965.
Ia adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang sejak 29 Desember 2021 mengemban amanat sebagai Panglima Komando Daerah Militer XIII/Merdeka.
Denny, lulusan Akmil 1988 ini dari kecabangan Artileri Medan.
Jabatan terakhir jenderal bintang dua ini adalah Wakil Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat.
Riwayat Jabatan:
- Danyon Armed 12/Angicipi Yudha
- Danrem 121/Alambhana Wanawai (2014)
- Pamen Denma Mabesad (2014)
- Kadispenad (2017—2018)
- Kasdam XII/Tanjungpura[3] (2018—2020)
- Pa Sahli Bid. SDM dan Teknologi Kemenko Polhukam[4](2020—2021)
- Pa Sahli Tk. III Kasad bidang Wassus dan LH (2021)
- Wadanpusterad (2021)
- Pangdam XIII/Merdeka (2021—Sekarang)
Diketahui, pola perburuan sisa-sisa anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah, kini berubah.
Hal ini lantaran Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memberikan perintah terbaru untuk anak buahnya yang tergabung dalam Satgas Madago Raya.
Jenderal Andika Perkasa menegaskan pembinaan teritorial menjadi operasi utama di wilayah Komando Daerah Militer (Kodam) XIII/Merdeka yang menaungi Provinsi Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.
“Jadi intinya geografi, demografi, dan komunikasi dengan kondisi sosialnya, tetapi utamanya adalah pembinaan teritorial,” kata Panglima saat rapat bersama Pangdam XIII/Merdeka sebagaimana disiarkan kanal Youtube Jenderal TNI Andika Perkasa.
Dalam pertemuan yang berlangsung secara virtual itu, Panglima Daerah Militer (Pangdam) XIII/Merdeka Mayjen TNI Alfred Denny Tuejeh menyampaikan konsep perubahan operasi terutama di daerah konflik seperti Poso, Sulawesi Tengah.
Di samping itu, ia menyampaikan Kodam XIII/Merdeka mengutamakan operasi pengamanan di pulau-pulau terluar pada 2022.
Beberapa pulau, termasuk di antaranya Pulau Miangas di Sulawesi Utara berada di wilayah perbatasan Indonesia dan Filipina.
Terkait operasi di Poso, Alfred menyampaikan pihaknya tidak lagi mengedepankan operasi tempur melainkan mengutamakan pembinaan teritorial dan komunikasi bersama masyarakat setempat.
Dengan demikian, pos-pos jaga Satgas Madago Raya di Poso yang mulanya mendukung operasi tempur, saat ini menjadi bagian komando rayon militer (koramil).
Pangdam XIII/Merdeka menerangkan setidaknya ada 40 pos jaga Satgas Madago Raya yang berada di bawah naungan TNI dan Polri.
Nantinya, kata dia, pos-pos jaga TNI akan menjadi pos-pos koramil.
“Sesuai dengan arahan (Panglima) kami akan membentuk 12 pos dengan kekuatan di setiap pos satgas 20 orang.
Kemudian, kami akan sampaikan tugasnya sesuai arahan Bapak, kami akan melaksanakan tugas-tugas koramil, yaitu pembinaan teritorial,” terang Alfred.
Satgas Madago Raya yang merupakan Tim Gabungan TNI dan Polri dibentuk sejak 1 Januari 2021 untuk menangkap petinggi kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora.
Ali Kalora pada September 2021 ditemukan tewas setelah ia dan anggotanya baku tembak dengan Satgas Madago Raya di Pegunungan Desa Astina, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Sejauh ini, ada empat anggota MIT anak buah Ali Kalora yang masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), yaitu Askar alias Jaid alias Pak Guru, Muhklas alias Galuh alias Nae, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, dan Suhardin alias Hasan Pranata.
Perintah Kapolda Sulteng
Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Rudy Sufahriadi memberikan perintah terbaru kepada Satgas Madago Raya dalam memburu sisa-sisa teroris MIT Poso.
Hal ini bertujuan untuk membujuk sisa-sisa anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang saat ini masih buron.
Kapolda Sulteng memerintahkan agar Satgas Madago Raya menerima anggota MIT Poso secara baik jika mereka menyerahkan diri.
Pernyataan itu disampaikan Rudy saat menyambangi beberapa Pos Sekat Kejar Satgas Madago Raya di Poso, Sulawesi Tengah.
"Ingin menekankan kepada anggota agar bisa menerima tiga DPO (daftar pencarian orang) teroris tersebut jika mau menyerahkan diri," kata Rudy di Poso, Rabu (19/1/2022).
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kapolda Sulteng Temui Personel Satgas Madago Raya di Poso, Minta DPO yang Serahkan Diri Diterima dengan Baik'.
Rudy mengatakan, anggota MIT bisa menyerahkan diri ke siapa saja, tidak hanya kepada anggota TNI-Polri tapi juga ke masyarakat setempat.
Dia juga mempersilakan masyarakat untuk memfasilitasi penyerahan diri buronan kasus terorisme tersebut.
"Siapa saja yang bisa berkomunikasi dengan para DPO silakan saja, jikalau mau menyerahkan diri kita terima semua untuk selanjutnya kita proses hukum," sebut Rudy.
Dalam kesempatan itu, Rudy turut memeriksa kesiapan pasukan Satgas Madago Raya.
Sejumlah bantuan diserahkan dalam peninjauan tersebut. Kepala Satgas Operasi Madago Raya Brigjen Polisi Reza Arief Dewanto dan Kapolres Poso AKBP Rentrix Ryaldi Yusuf ikut dalam rombongan peninjauan tersebut.
Sebagai informasi, saat ini tinggal tiga anggota MIT yang diduga masih bergerilya di kawasan pegunungan Sulawesi Tengah.
Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, dan Suhardin alias Hasan Pranata.(*)