Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

NGALAB BERKAH Ratu Pantai Selatan Jember, Sosok Bripda Febriyan Duwi dan 11 Orang Tewas Disapu Ombak

Sosok Bripda Febriyan Duwi, anggota Kelompok Tunggal Jati Nusantara melakukan ritual di Pantai Payangan Jember untuk ngalab berkah ratu pantai selatan

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Iksan Fauzi
Kolase SURYA.co.id dan Instagram
Pesan terakhir Bripda Febriyan Duwi kepada sang istri sebelum tewas saat ritual maut di Pantai Payangan Jember. 

SURYA.co.id | JEMBER - Sosok Bripda Febriyan Duwi, anggota Kelompok Tunggal Jati Nusantara melakukan ritual di Pantai Payangan Jember untuk ngalab berkah ratu pantai selatan.

Minggu (13/2/2022) dini hari, puluhan anggota kelompok tersebut menggelar ritual dan berujung kematian.

Tewasnya Bripda Febriyan Duwi karena tersapu ombak pantai selatan di Jember tak sendirian, ada 10 orang anggota kelompok itu juga tewas.

Satu di antara anggota kelompok itu masih berusia 13 tahun bernama Pinkan Juliavita Ningrum (13).

Dua korban lainnya masih berusia baru dua puluhan tahun, yakni Sofiya Nazila (22) dan Arizqotul Maunah (21).

Ritual ngalab berkah ratu pantai selatan ini bertujuan untuk mendapatkan pengobatan secara spiritual, ada yang ingin kaya dan ingin sembuh dari penyakit disebabkan ilmu hitam atau sihir.

Saat ritual itu, 11 anggota kelompok ini tewas tersapu ombak pantai selatan yang sedang tinggi.

Baca juga: PESAN TERAKHIR Bripda Febriyan Duwi Kepada Istri Sebelum Tewas Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

Warga yang hidup di sekitar Pantai Payangan sebenarnya sempat mengingatkan bahaya ombak tinggi.

Namun, kelompok ini tetap menggelar ritual hingga berujung maut.

Berikut nama-nama korban ritual maut di Pantai Payangan Jember yang didapatkan petugas setelah memeriksa jenazah, Minggu (13/2022) malam.

1. Siti Zubaidah Mudrikah Zain Barokatul Umah (34) warga Dusun Gayam Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji

2. Pinkan Juliavita Ningrum (13) warga Dusun Gayam Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji

3. Sulastri (54) warga Jl Kaca Piring Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang

4. Sofiya Nazila (22) warga Jl Bungur Kelurahan Jember Lor Kecamatan Patrang

5. Arizqotul Maunah (21) warga Desa Karangrejo Kecamatan Gumukmas

6. Febriyan Dwi P (28) warga Jatiroto, Lumajang, anggota Polres Bondowoso

7. Masuni (59) warga Kelurahan Sempusari Kecamatan Kaliwates

8. Saiful Bahri (40) warga Desa/Kecamatan Ajung

9. Sri Wahyuni Komariyah (30) warga Desa/Kecamatan Ajung

10. Holifa (38) warga Desa Gugut Kecamatan Rambipuji

11. Yuli L Yairo (35) warga Desa/Kecamatan Panti

Baca juga: Fakta Bripda Febriyan Duwi Korban Ritual Maut di Jember: Baru Menikah, Sempat Kirim Pesan Pamit

Sosok Bripda Febriyan Duwi

Bripda Febriyan Duwi salah satu korban ritual maut merupakan seorang bintara polri. Dia anggota Polsek Pujer, Bondowoso.

Pangkatnya adalah seorang bintara. Bripda Febriyan Duwi diketahui baru setahun menikah.

Sang istri, Diana, tak tahu persis aktivitas suaminya. Sebab, selama ini dia dan suami jarang tinggal satu rumah.

Febri dinas di Bondowoso, sedangkan Diana kerja di Probolinggo.

Mata Diana berkaca-kaca saat duduk di depan meja petugas TIM Disaster Victim Investigation (DVI).

Mata Diana terus meneteskan air mata. Ibu mertuanya, mencoba menenangkan.

Diana sempat mencetus omongan, sebelum Febriyan sempat pamit ke dirinya untuk pergi ke Pantai Payangan.

Febri mengirim ucapan pamit ke Diana dalam obrolan telepon. 

"Bilangnya cuma mau pergi ke pantai. Tidak bilang kalau ada ritual," cetus Diana. 

Sebanyak 24 orang menjadi korban, 11 di antaranya meninggal dunia setelah terseret ombak.

Mereka melakukan ritual.

Baca juga: SOSOK Bripda Febriyan Duwi, Bintara Polri yang Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

Mereka berasal dari kelompok pengkajian Tunggal Jati Nusantara, Jember.

Mereka berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Jember, seperti Sukorambi, Patrang, Ajung, juga Rambipuji.

Mereka berangkat dengan dipimpin oleh ketua kelompok itu, Nh (Nurhasan), warga Desa Dukuhmencek Kecamatan Sukorambi.

Menurut Kapolsek Ambulu AKP Ma'ruf, dari keterangan saksi yang sudah diperiksa terlebih dahulu, ada 20 orang anggota kelompok itu yang turun di tepi pantai.

"Ya di situ, di tepi pantai itu," ujar Ma'ruf kepada Surya, sambil menunjuk titik yang dipakai ritual.

Ke-20 orang itu berdiri dengan siku saling digandengkan.

"Sedangkan yang empat menunggu di atas," imbuhnya.

Keempat orang itu, satu orang sopir yang memang tidak ikut ritual, dan tiga orang petinggi kelompok yang berada kawasan pasir yang lebih atas.

"Saat masih berdiri itulah, ombak besar datang. Waktu kejadian sekitar pukul 00.30 - 01.00 Wib, dini hari tadi," lanjutnya.

Punya 100 anggota

Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo memberikan keterangan terkait perkembangan penyelidikan tersebut, Senin (14/2/2022).

Hery menyebut hingga saat ini pemeriksaan masih terus dilakukan. Sudah ada 13 orang saksi yang diperiksa.

Mereka yang diperiksa antara lain korban selamat, warga yang melakukan evakuasi, dan warga yang memberikan imbauan supaya tidak mendekat ke laut karena ombak sedang tinggi.

Ritual dilakukan oleh Kelompok Tunggal Jati Nusantara.

"Ini awalnya untuk melakukan pengobatan secara spiritual. Karena yang datang itu ada yang sakit secara fisik dan psikis, sehingga ingin sembuh, ada yang punya masalah ekonomi, juga ada yang punya masalah keluarga," ujar Hery.

Masalah ekonomi itu antara lain ada yang ingin kaya. Sakit yang diderita oleh mereka yang datang antara lain karena ilmu hitam atau sihir.

"Kemudian mereka yang sembuh itu memberikan testimoni kepada satu atau dua orang, sehingga kemudian ikut" kata Hery.

Dalam prosesnya, mereka juga melakukan pengajian.

Pengajian setiap hari diikuti oleh 20 - 30 orang yang dilakukan di rumah Nurhasan, Ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara.

Hery menyebut, dari penyelidikan sementara tidak ada yang keliru dari bacaan yang dibaca.

Bacaan itu seperti beberapa surat dalam Al-Quran, juga ada bacaan dalam Bahasa Jawa.

Karenanya, untuk memastikan apakah kelompok itu menyimpang atau tidak, pihaknya memerlukan keterangan saksi.

Kelompok Tunggal Jati Nusantara berdiri sejak tahun 2011.

Namun mulai banyak memiliki anggota sekitar tahun 2015.

"Sejauh ini ada sekitar 100 orang anggotanya. Namun setiap kali pertemuan paling hanya sekitar 20 orang, karena dilakukan di rumah ketuanya," imbuhnya.

Salah satu hal yang dilakukan di kelompok itu adalah melakukan ritual di laut.

Ritual dilakukan di Pantai Payangan, salah satu titik dalam pesisir laut selatan Jember.

Melalui kegiatan ritual di laut itu, mereka ingin membuang sial melalui proses pembersihan diri.

"Ritual dilakukan, pertama untuk membersihkan diri, dan kedua mengharapkan berkah dari ratu pantai selatan. Mereka membaca doa-doa, termasuk ada doa dalam Bahasa Jawa, yang itu perlu kami dalami lagi tentang bacaan itu, nanti masuk dalam Kejawen seperti apa," imbuhnya.

Ritual mandi di laut selatan itu dilakukan dalam waktu-waktu tertentu.

Ketika ditanya tentang kondisi Nurhasan, ketua kelompok itu saat ini, Hery mengatakan, dia masih dirawat di RSD dr Soebandi Jember.

"Karena mengalami sesak nafas, dan terbentur batu karang. Nanti kalau yang bersangkutan sudah keluar dari rumah sakit, kami akan mintai keterangan," ujarnya.

Hery berjanji dalam waktu dekat, pihaknya akan merampungkan penyelidikan kasus tersebut.

Karena jika memang ada unsur pidana, maka pihaknya akan segera melakukan tindakan tegas, dengan menerapkan pasal dalam KUHP.

"Supaya ada efek jera, dan kejadian serupa tidak terjadi," pungkas Hery.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved