Berita Surabaya

Dokter May Fanny Sempat Rela Berpisah dengan Anak-anaknya Demi Jalankan Tugas Kemanusiaan

dr May harus rela tak bertemu secara langsung dengan anak-anaknya dalam kurun waktu 2-3 minggu. Sampai kasus Covid-19 melandai.

Penulis: Luthfi Husnika | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa May Fanny Tanzila
dr May Fanny Tanzila, Sp.PK (K), atau yang akrab disapa dr May adalah seorang spesialis patologi klinik asal Kota Surabaya. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi seorang guru. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pandemi membawa banyak dampak di berbagai bidang.

Banyak keluarga yang harus mengalah untuk tidak berkumpul supaya mencegah penularan.

Seperti yang dirasakan oleh dokter perempuan asal Surabaya, dr May Fanny Tanzila, Sp.PK (K).

Dokter spesialis patologi klinik ini mengaku, ia harus berpisah dengan anak-anaknya demi menjaga mereka tetap aman.

Pekerjaan dr May yang sehari-hari berjibaku di klinik untuk meneliti sampel-sampel dari pasien, apakah terdapat virus atau tidak memang rentan, terutama saat masa pandemi seperti saat ini.

"Tugas saya sehari-hari kan berjibaku di lab, meneliti sampel dari pasien. Apakah ada virus atau ada penyakit tertentu. Ini kan rentan, terutama saat pandemi lagi tinggi-tingginya. Jadi mau tidak mau, harus mengalah untuk tidak bertemu dulu dengan anak untuk sementara," jelas dr May.

Baca juga: Polisi Sita Puluhan Miras Arak Bali di Rumah Jalan Empunala Kota Mojokerto

Perempuan yang juga berprofesi sebagai seorang dosen ini menjalani ritme berbeda semenjak pandemi.

Saat kasus infeksi Covid-19 sedang tinggi dan harus menghabiskan waktu lebih banyak di laboraturium, ia memilih menitipkan anak-anaknya pada sang mertua.

dr May harus rela tak bertemu secara langsung dengan anak-anaknya dalam kurun waktu 2-3 minggu. Sampai kasus Covid-19 melandai.

Untuk mengobati rasa rindunya, ia hanya bisa bertemu dengan keluarga via virtual.

"Jadi, anak-anak dititipkan ke mertua. Saya di rumah sendirian. Kangen sih pasti, tapi semua demi kebaikan bersama. Paling hanya bisa ketemu lihat video call. Saya selalu menyempatkan video call bersama anak-anak," jelasnya.

Bukan kali pertama dr May harus menerima risiko pekerjaan yang ia emban, juga berpengaruh pada keluarga termasuk anak-anaknya.

Dulu, saat ia masih membuka praktik di rumahnya, ada pasien dr May yang datang. Pasien tersebut terinfeksi Flu Singapura.

Baca juga: Bercita-cita Jadi Guru Sejak Kecil, Dokter May Fanny Bertekad Wujudkan Mimpinya

Naas, sang anak yang kala itu masih kecil harus tertular Flu Singapura dari pasien tersebut.

dr May merasa sedih karena anak kesayangannya juga turut merasakan sakit, namun itu adalah risiko yang harus dijalani.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved