Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang

Tak Biasa, Intelejen BIN Ikut Periksa Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Aura Danu Sudah Beda

Tak seperti biasanya, Badan Intelejen Negara (BIN) turun tangan memeriksa saksi pembunuhan ibu dan anak di Subang, yakni Muhammad Ramdanu alias Danu.

Editor: Iksan Fauzi
Kolase TribunJabar/Tangkapan Layar
Saksi kunci pembunuhan ibu dan anak di Subang, Danu dan gedung Satreskrim Polres Subang. BIN ikut turun tangan membantu penyidik untuk mengungkap pembunuhan di Subang. 

Keduanya ditemukan di bagasi mobil Alphard dalam keadaan bertumpuk.

Mereka menjadi korban rajapati. Dan hingga kini, Kamis (28/10/2021) polisi masih mencoba mengungkap pelaku perampasan nyawa ibu dan anak di Subang ini.

Sejumlah cara sudah dilakukan, dari mulai pemeriksaan saksi, berulang kali memeriksa TKP, melakukan autopsi ulang, hingga mengecek rekening korban Amalia.

Ahli Forensik datang

dr Sumy Hastry Purwati serta TKP pembunuhan ibu dan anak di Subang. (Kolase tangkapan layar)

Saat Danu diperiksa, di Polres Subang juga terlihat ahli forensik Polri dr Hastry.

Apakah ada kaitannya antara pemeriksaan Danu dan kehadiran dr Hastry? Belum ada keterangan resmi mengenai hali ini.

Saat ditanya wartawan, dr Hastry pun bungkam dan tidak memberikan keterangan apa pun.

Dr Hastry beberapa waktu lalu melakukan autopsi ulang terhadap jasad kedua korban.

Ia mengatakan dalam jasad korban pembunuhan kerap ditemukan petunjuk emas.

Dalam tayangan Podcast Tribunnews, dr Hastry mengaku sudah mendapatkan petunjuk emas.

Petunjuk emas itu diperoleh setelah ia melakukan autopsi ulang jasad Tuti dan Amalia.

"Kita cari petunjuk lain di tubuh jenazah. Dari seluruh kasus pembunuhan, tubuh manusia itu menyimpan petunjuk yang luar biasa. Petunjuk emas," kata dr Hastry, dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Tribunnews, Selasa (19/10/2021).

Menurut dr Hastry, saat autopsi pertama jasad Tuti dan Amalia, yakni pada tanggal 18 Agustus 2021, ia tidak terlibat lantaran sedang bertugas di Jawa Tengah.

Meski begitu, dr Hastry sudah mengantongi hasil autopsi.

Hasil autopsi ini akan menguak waktu, cara, mekanisme, dan penyebab kematian dari Tuti dan Amalia.

"Untuk kasus Subang itu memang jelas kasus pembunuhan. Autopsi pertama sudah bagus, sudah baik."

"Saya hanya melengkapi saja dan memastikan juga, kalau dari hasil autopsi pertama itu bisa membuktikan waktu kematian, cara kematian, mekanisme kematian, dan sebab kematian," papar dr Hastry.

Hasil autopsi ulang jasad Tuti dan Amalia, kata dr Hastry, lantas dicocokkan dengan beberapa bukti pemeriksaan lain secara menyeluruh.

"Pengambilan tubuh jenazah itu kita periksa lagi ke ahli DNA forensik. Kalau memang butuh pemeriksaan sidik jari ke ahli fingerprint forensik. Kalau dia diracun kita ke toksikologi forensik," ujar dr Hastry.

Setelah memeriksa sidik jari, dr Hastry mencurigai adanya bukti jejak pelaku pada kuku korban Amalia.

Bukti pada kuku Amalia ini menunjukkan dugaan kalau korban sempat melakukan perlawanan kepada pelaku pembunuhan sebelum dihabisi.

"Sambil memeriksa sidik jari, kita lihat juga tanda-tanda di tubuhnya.

Kalau ada perlawan, misalnya mencakar, memukul atau mencubit pelaku itu terlihat dari epitel yang tertinggal di kuku korban," ucap dr Hastry.

"Jari-jarinya sekalian diambil untuk diperiksa DNA-nya. Itu kita periksa lengkap," tambahnya.

Selain itu, dr Hastry pun mencocokkan pemeriksaan primer dan sekunder terkait jasad Amalia dan Tuti.

Untuk pemeriksaan sekunder, keluarga korban turut dicecar polisi untuk memastikan data pada tubuh Tuti dan Amalia.

"Karena identifikasi itu ada 2, primer dan sekunder. Primer itu dari gigi, sidik jari dan DNA.
Kalau sekunder itu dari data medis yang saya periksa semuanya. Ada tanda tato kah, bekas operasi, tanda lahir. Itu kita cocokkan dari keterangan keluarganya," kata dr Hastry. (TribunJabar)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved