KKB Papua
Strategi TNI Buru Pratu Lukius yang Membelot ke KKB Papua, Masuk DPO Ditangkap Hidup atau Mati
Ada strategi sendiri dari TNI untuk mengejar eks prajurit Raider 400, Pratu Lucky Y Matuan alias Lukius yang terang-terangan membelot ke KKB Papua.
“Selain itu cuaca yang kerap berubah-ubah tanpa bisa diprediksi, juga transportasi yang terbatas menjadi kendala lain menuju wilayah Pegunungan Papua, apalagi bila ada penembakan seperti beberapa hari lalu, rata-rata pilot jadi takut kesana,” ungkap Kapolda.
Sementara Kelompok Kriminal Bersenjata menguasai medan wilayah Pegunungan, sehingga kerap melakukan aksi gangguan keamanan.
“Selain kuasai medan, mereka juga punya puluhan senjata api baik laras pendek maupun panjang berbagai merek.
Mereka bisa memiliki senjata api selain hasil rampasan juga membeli dari pasar gelap dengan uang hasil melakukan pemerasan di beberapa tempat,”ujar Kapolda.
Kelompok Kriminal Bersenjata beraksi di Distrik Beoga Kamis pekan lalu. Kelompok itu menembak dua tenaga pendidik (guru).
Mereka juga membakar gedung sekolah, helikopter serta menggangu penerbangan ke Beoga.
Akibat aksi penembakan, Oktovianus Rayo, guru SD Impres Beoga tewas karena ditembak. Juga Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga.
Kedua jenazah guru baru bisa di evakuasi ke Timika dua hari setelah kejadian yakni Sabtu (10/4), karena Kelompok bersenjata terus melancarkan aksi penembakan di bandara Beoga.
Sebelumnya yakni Selasa (13/4) Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengklaim bertanggung jawab atas penembakan terhadap guru tersebut.
Mereka menuding bahwa guru yang ditembak adalah mata-mata TNI.
“Manajemen Markas pusat KOMNAS TPNPB telah terima laporan bahwa guru Sekolah Dasar yang ditembak mati di Beoga itu adalah mata-mata TNI/Polri yang telah lama di identifikasi oleh PIS TPNPB.
Oleh karena itu tidak ragu-ragu ditembak oleh Pasukan TPNPB,” ujar Juru Bicara OPM Sebby Sembon melalui rilisnya yang dikirim dari Papua Nugini.
Lanjutnya, semua orang Indonesia yang bertugas di wilayah Pegunungan Papua, banyak yang menjadi mata-mata pihak keamanan Indonesia.
“Kami perlu sampaikan kepada semua orang Indonesia yang bertugas di daerah perang di wilayah Pegunungan Papua, bahwa PIS telah dan sedang identifikasi bahwa semua orang imigran yang bertugas di wilayah Pegunungan Tengah Papua hampir kebanyakan anggota intelijen atau mata-mata TNI/Polri yang menyamar sebagai tukang bangunan, tukang sensor, guru, mantri dan petugas distrik dll,”kata Sebby.
Untuk itu, bila bertugas di daerah perang jangan menjadi mata-mata.