KKB Papua
Sosok Yonathan Renden Guru yang Ditembak Mati KKB Papua, Keluarga Ungkap Detik-detik Terakhirnya
Inilah sosok Yonathan Renden, guru yang ditembak mati oleh KKB Papua. Pihak keluarga menceritakan detik-detik terakhirnya.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Inilah sosok Yonathan Renden, guru yang ditembak mati oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Sosok Yonathan Renden atau Natan diungkap oleh istrinya, Dewi Gita Paliling (21).
Dewi juga menceritakan detik-detik terakhir suaminya saat dikepung KKB Papua.
Baca juga: Situasi Terkini Kabupaten Puncak Setelah KKB Papua Brutal Tembak Guru & Bakar Sekolah, PGRI Bereaksi
Baca juga: Daftar Kebrutalan KKB Papua Sabinus Walker, Terbaru Tembak Mati 2 Guru hingga Culik Kepala Sekolah
Berikut sosok Yonathan Renden dilansir dari Tribun Timur dalam artikel 'Detik-detik Guru asal Toraja Ditembak KKB Papua, Sempat Telepon Istri Lalu Sambungan Terputus'
1. Lulusan Matematika UKI Toraja
Yonathan Renden atau Natan (27) salah satu korban yang ditembak KKB Papua.
Alumni UKI Toraja jurusan Matematika itu tewas ditembak di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua pada Jumat (9/4) lalu.
Yonathan adalah warga Dusun Tiromanda, Lembang (Desa) Batu Limbong, Kecamatan Bangkelekila', Kabupaten Toraja Utara.
Istri Yonathan, Dewi Gita Paliling (21) saat ditemui Tribun Timur di Batu Limbong Minggu (11/4) sore tak kuasa menahan tangis.
2. Detik-detik terakhir dikepung KKB Papua
Dewi menceritakan, sebelum kejadian, Yonathan sempat menghubunginya lewat telepon.
Dewi panik lantaran Yonathan saat itu mengaku telah dikepung oleh KKB.
Belum lama berbicara, Yonathan kemudian menutup ponsel.
Dewi semakin panik dan mencoba menghubungi beberapa kerabat Yonathan namun juga tak menjawab.
"Ia (Yonathan) bilang kami sudah dikepung, tapi belum lama bicara telepon mati," ucap Dewi.
Beberapa saat kemudian, Dewi kembali menghubungi Yonathan.
Namun yang mengangkat telepon bukan Yonathan, melainkan orang yang tidak dikenal.
"Saya telpon lagi tapi saat itu putus-putus, intinya bukan suara suami saya, yang angkat tidak kukenal," sambungnya.
Kemudian, kepastian Yonathan meninggal diketahui Dewi melalui media sosial Facebook.
Di mana sejumlah kerabat Yonathan membuat status ucapan duka.
"Dari Facebook, pas kubuka langsung beberapa teman kirim ucapan duka dan posting foto suamiku," lanjut Dewi bercerita.
3. Meninggalkan istri dan dua anak
Yonathan meninggalkan dua orang anak. Perempuan dan laki-laki.
Anak pertamanya bernama Kirannuan berusia dua tahun.
Kemudian bayi laki-lakinya yang masih berusia enam bulan bernama Arkana.
"Yang satu ini (Arkana) belum dilihat langsung oleh Yonathan, terakhir waktu masih dalam kandungan," ungkap Dewi sambil mengusap air matanya.
Saat melahirkan Arkana, sambung Dewi, kami komunikasi lewat video call.
4. Terakhir pulang tahun 2019
Dikatakan, Yonathan merantau ke Papua kurang lebih tiga tahun.
Terakhir Yonathan pulang ke Toraja pada awal 2019.
"Saat mau kembali ke Papua, ia bilang jaga anak kita dengan baik," pungkas Dewi.
Sebagai informasi, Yonathan merupakan salah satu guru di SMP 1 Beoga, Papua.
Selain Yonathan, satu warga Toraja lainnya menjadi korban penembakan KKB.
Adalah Oktovianus Rayo (42) yang tewas ditembak KKB pada Kamis (8/4).
Sehari-hari Oktovianus bertugas di SD Jambul, Distrik Beoga, sekitar tiga kilometer dari kampung Julugoma.
Informasi yang dihimpun, jenazah Oktovianus dan Yonathan tiba di Toraja pada Senin (12/4) dini hari ini.
Situasi Terkini Kabupaten Puncak
Begini situasi terkini Kabupaten Puncak, Papua setelah teror brutal Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menembak 2 guru hingga membakar sekolah.
Akibat aksi brutal KKB Papu tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ikut bereaksi.
Melansir dari Antara, Senin (12/4/2021), Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyebutkna bahwa saat ini warga sudah mengungsi ke pos TNI di Beoga dan akan segera dievakuasi ke Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Di Polsek Beoga ada 25 anggota Brimob namun dari laporan yang diterima anggota, KKB Papua juga cukup banyak sehingga lebih fokus mengamankan warga sipil yang kini sudah mengungsi, kata Irjen Pol Fakhiri.
Sementara itu, jenazah Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden yang menjadi korban penembakan KKB Papua telah dievakuasi aparat gabungan dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak ke Mimika, Sabtu (10/4/2021).
Irjen Mathius D Fakhiri menyebutkan proses evakuasi dua jenazah korban penembakan KKB Papua tersebut berjalan lancar.
"Alhamdulillah evakuasi berjalan lancar, kedua jenazah di evakuasi menggunakan pesawat SAS PK FSE dari Distrik Beoga ke Bandara Mozes Kilangin Timika," katanya.
Mathius menyebutkan lapangan terbang Beoga yang sebelumnya dikuasai oleh KKB Papua pimpinan Sabinus Waker telah diambil alih oleh aparat gabungan.
"Anggota gabungan TNI-Polri saat ini sudah menguasai bandara yang sebelum diduduki oleh kelomppok itu," ujarnya.
Mathius menyebut situasi di Distrik Beoga sudah mulai kondusif dan anggota gabungan telah melakukan pengejaran terhadap kelompok pimpinan Sabinus Walker.
Di sisi lain, aparat gabungan juga masih melakukan upaya evakuasi terhadap warga yang berada di Distrik Beoga.
"Kita akan naikan perkuatan untuk mem-back up di Beoga, sembari kita mendorong para guru yang berada di kampung Julukoma dan Ongolan untuk kita geser ke Sugapa Intan Jaya," katanya.
Lima Guru Alami Trauma
Lima orang guru mengalami trauma setelah rekannya tewas ditembak KKB Papua di Kampung Julugoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.
Seperti dilansir dari Tribun Papua dalam artikel '5 Guru Alami Trauma setelah 2 Rekannya Tewas Ditembak KKB, DPPAD Papua: Mereka Minta Pulang Kampung'
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Papua Christian Sohilait menyebut, kelima guru tersebut sudah berhasil dievakuasi ke Mimika.
"Mereka semua trauma dan minta pulang kampung.
Hari ini mereka pulang ke rumah keluarganya dulu, besok mereka pulang ke Toraja," ujarnya melalui pesan singkat, Sabtu (10/4/2021).
Ia berharap kejadian yang menimpa para guru di Beoga tidak berdampak luas bagi guru di wilayah pedalaman Papua lainnya.
Oleh karena itu, Sohilait meminta aparat keamanan dan masyarakat bisa ikut menjaga keberadaan para guru karena mereka hadir di sana hanya karena misi kemanusiaan.
"Saya selalu memberikan imbauan kepada masyarakat, mari berikan dukungan kepada guru-guru.
Mereka tidak punya masalah apa-apa dengan siapapun di situ.
Kondisi ini pasti membuat guru-guru ketakutan, pihak keamanan dan masyarakat tolong beri jaminan kemanan supaya mereka bisa ada di sana," kata dia.
Selain itu, Sohilait juga mengimbau guru-guru yang bertugas di wilayah yang memiliki potensi konflik, untuk lebih peka melihat situasi.
Menurut dia, kejadian seperti yang terjadi di Beoga bisa menimpa siapa saja dan dengan profesi apa saja.
"Kami mengimbau kepada guru-guru yang berada di daerah yang punya potensi terjadinya konflik, kalau dari lingkungan guru-guru lihat tidak aman, lebih baik keluar dulu, cari tempat perlindungan yang dekat," kata Sohilait.
Pada Sabtu siang, sekitar pukul 13.30 WIT, 5 guru, 2 balita, dan 2 jenazah guru yang seluruhnya berasal dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, berhasil dievakuasi ke Mimika.
Ikuti Berita Seputar KKB Papua lainnya di SURYA.co.id