Sebelum Jadi Calon Kapolri, Komjen Listyo Sigit Pernah Satukan Pendekar Seluruh Banten, ini Kisahnya
Sebelum dipilih Presiden Jokowi jadi calon Kapolri, Komjen Listyo Sigit Prabowo pernah sukses menyatukan seluruh pendekar di Banten. Ini kisahnya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Sebelum dipilih oleh Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menjadi calon Kapolri, Komjen Listyo Sigit Prabowo pernah sukses menyatukan seluruh pendekar di Banten.
Sepak terjang Komjen Listyo Sigit Prabowo ini terjadi saat ia menjabat sebagai Kapolda Banten pada tahun 2016.
Kisah Komjen Listyo Sigit Prabowo menyatukan seluruh pendekar di Banten diungkap oleh Ketua Umum Perguruan Pencak Silat Banten Yadi Sugiadi.
Menurut Yadi, Listyo Sigit Prabowo punya ide untuk membentuk Tapak Karuhun Banten saat menjabat sebagai Kapolda Banten.
Baca juga: Siapa Saja Penolak Komjen Listyo Sigit Jadi Kapolri? Pengamat Sebut Salah Satunya Teroris Ali Kalora
Baca juga: Penunjukan Calon Kapolri Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, MUI Bangkalan Sejalan dengan MUI Jatim
Melalui Tapak Karuhun Banten, ratusan perguruan silat di Banten dengan latar belakang yang berbeda bisa bersatu.
Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit di Banten, Satukan Perguruan Silat dalam Tapak Karuhun'
Hasilnya, kolaborasi mereka mampu memecahkan rekor museum rekor Indonesia atau MURI saat sekitar 3.000 lebih jawara dan pendekar se-Banten berkumpul di alun-alun barat Kota Serang, Banten pada 17 November 2017 lalu.
Mereka menampilkan atraksi debus kolosal yang disebut Tapak Karuhun Banten.
Menurut Yadi, saat itu Sigit ingin melestarikan budaya dan mengangkat sejarah Banten.
"Beliau waktu menjabat Kapolda Banten bertemu banyak ulama dan jawara.
Beliau menanyakan mengenai budaya dan ingin merangkul seluruh elemen yang ada," kata Yadi.
Awlanya, Yadi mengaku pesimis Sigit mampu menyatukan ratusan perguruan pencak silat melihat latar belakangnya berbeda.
Apalagi setiap perguruan memiliki ego dan merasa paling hebat.
"Tapi dengan tekad beliau ternyata bisa menyingkirkan masing-masing ego tanpa adanya konflik," ujarnya.
Di mata Yadi, Sigit merupakan sosok pemersatu golongan.
Bahkan secara pribadi, Sigit tidak mengenal sekat antara masyarakat dan pejabat. Artinya semua orang di mata dia sama.
“Saya sangat bangga pada Pak Sigit. Beliau sebenarnya lebih dengan rakyat biasa.
Kegiatan apapun dan sekecil apapun jika diundang masyarakat pasti beliau hadir. Beliau mau berteman dan sangat menghargai masyarakat,” terangnya.
Cerita yang sama juga diungkapkan TB Arif Hidayat, Ketua DPW TTKKDH Cimande Kabupaten Serang.
Sekedar diketahui, TTKKDH Cimande merupakan satu dari tiga perguruan pencak silat terbesar di Banten.
TB Arif bercerita mengenai awal mula terselenggaranya Tapak Karuhun Banten.
Saat itu, dia berbicara dengan Sigit mengenai situasi dan kondisi perguruan pencak silat di Banten.

Baca juga: Prestasi Komjen Listyo Sigit Diatas Rata-rata Menurut Wakil Ketua DPR, Ini Rekam Jejaknya dari Solo
Baca juga: Tindakan Jenderal Andika Perkasa Saat Tahu Kaki Sandi Rihata Terluka, KASAD Langsung Banjir Pujian
Dia meminta Sigit untuk merangkul ulama dan pendekar agar situasi keamanan dan ketertiban masyarakat Banten dapat terkendali.
"Hanya butuh waktu tiga bulan menyatukan semua perguruan di Banten dan itu tidak mudah.
Tapi Alhamdulilah akhirnya bisa terlaksana dan berhasil dapat rekor MURI," ungkapnya.
Menurut dia, dengan adanya Tapak Karuhun Banten banyak perguruan silat yang dulunya sudah tidak aktif bangkit lagi hingga saat ini.
"Luar biasa sekali beliau. Banyak perguruan kecil yang bangkit kembali usai perhelatan akbar Tapak Karuhun Banten," tandasnya.
Sosok Sigit di mata TB Arif adalah pendiam namun sangat responsif dan komunikatif.
"Beliau itu pendiam tapi pendengar. Setiap masukan dari siapapun diperhatikan dan catat. Dan hebatnya lagi kalau masukan itu bagus atau baik pasti dijalankan," katanya.
Penolak Komjen Listyo Sigit Prabowo Jadi Kapolri
Sementara itu, terpilihnya Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri yang diajukan Presiden Jokowi ke DPR menjadi sorotan pengamat.
Meski memprediksi fit and propertes Komjen Listyo Sigit Prabowo yang akan dilakukan DPR pekan depan berjalan mulus, namun akan ada tantangan ketika Kabareskrim Polri nantinya menjabat Kapolri.
Jika Listyo Sigit Prabowo nanti jadi Kapolri, akan muncul tiga penolak di tubuh Korps Bhayangkara tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh pengamat intelejen yang juga Direktur The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib.
Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Ada Tiga Kelompok Penolak Calon Kapolri Listyo Sigit, Terakhir Paling Berbahaya'
Menurut Ridlwan, penolak Listyo Sigit Prabowo akan menentang Kapolri. Mulai dari menggerakkan pendemo bayaran, main SARA hingga perlawanan teroris.
Lantas, siapa sajakah tiga kelompok ini? Berikut analisa dari Ridlwan.
"Ciri kelompok penolak itu ada tiga, terlihat dari karakter tokoh maupun aksi mereka, " ujar Ridlwan di Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
Ia memaparkan, kelompok pertama adalah mereka yang cemas dengan rekan jejak bersih Komjen Listyo Sigit.
"Ada yang khawatir kalau pak Sigit jadi Kapolri, karena selama ini track recordnya lurus dan tanpa kompromi, " ujarnya.
Kelompok pertama ini cemas jika Kapolri baru melakukan penegakan hukum secara tegas dan tidak pandang bulu.
"Kelompok pertama ini diduga menggerakkan demonstran bayaran untuk mempengaruhi opini masyarakat, " kata Ridlwan.
Kelompok kedua adalah kelompok intoleran yang memainkan narasi SARA (suku, agama, ras dan antargolongan).
"Padahal walaupun Pak Sigit nonmuslim, beliau sangat dekat dengan tokoh tokoh Islam maupun agama lainnya," kata Ridlwan.
Kelompok intoleran yang bermain SARA ini menurut Ridlwan berupaya mempengaruhi opini di media sosial.
"Mereka memakai akun anonim di twitter dan Facebook.
Tapi tetap bisa dilacak oleh CCIC Mabes Polri, " ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen itu.
Kelompok ketiga yang anti terhadap pencalonan Komjen Listyo Sigit adalah kelompok terorisme yang selama ini berfatwa bahwa polisi halal dibunuh.
"Kelompok ketiga ini terdiri dari JI, JAD dan faksi faksi pro ISIS seperti MIT, mereka menghalalkan darah polisi karena dianggap thaghut, " ujarnya.
Menurut Ridlwan, kelompok ketiga yang paling berbahaya.
"Mereka tersebar di seluruh Indonesia dan terutama menyasar markas kepolisian maupun petugas di lapangan.
Polri harus waspada," katanya.
Meskipun ada 3 kelompok penolak itu, Ridlwan menilai pencalonan Komjen Listyo Sigit bakal mulus dan lancar.
"Semua fraksi partai politik di DPR akan menyetujui beliau sebagai Kapolri baru, "ujar alumni Fisipol UGM Yogyakarta itu.(*)