Selain Ajak Makan Kuli Bangunan, Jenderal Andika Perkasa Pernah Beri Apresiasi Tukang Kebun Mabes AD
Selain Mengajak Makan Kuli Bangunan Bernama Sandi Rihata, Jenderal Andika Perkasa Juga Pernah Beri Apresiasi Tukang Kebun Mabes AD. Begini kisahnya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Momen KSAD Jenderal Andika Perkasa mengajak makan bersama seorang kuli bangunan bernama Sandi Rihata, menjadi sorotan publik baru-baru ini.
Menurut pantauan SURYA.co.id dari instagram @tni_angkatan_darat, banyak netizen memuji kerendahan hati Jenderal Andika Perkasa.
Meski Sandi Rihata adalah penyandang disabilitas dan cuma bekerja kuli bangunan, Jenderal Andika Perkasa justru kagum dan bangga dengan kegigihannya.
Baca juga: Biodata Kuli Bangunan Mabes TNI AD yang Makan Bareng Jenderal Andika Perkasa dan Diberi Hadiah
Baca juga: Langkah Tegas Jenderal Andika Perkasa Soal Insiden Heli MI-17, Perhatiannya ke Korban Jadi Sorotan
Ternyata, Jenderal Andika Perkasa bukan sekali ini menunjukkan perhatiannya kepada orang yang memiliki kekurangan.
Sebelumnya, Jenderal Andika Perkasa pernah mengapresiasi kinerja tukang kebun di Markas Besar TNI Angkatan Darat (MABESAD) bernama Hakroni.
Melansir dari tayangan di channel youtube TNI AD edisi 13 April 2020, Hakroni atau biasa disapa Pak Roni, telah menjalani pekerjaan sebagai tukang kebun di Mabes AD sejak beberapa tahun lalu.
“Awalnya saya berjualan tanaman hias keliling dengan gerobak, lalu ada yang menawari saya mengelola taman di Mabesad, sehingga sampai saat ini, saya menekuni bidang pertamanan dan mengelola kios tanaman hias di Kelapa Gading,” ujarnya.
Ia bercerita, sebelum menggeluti pekerjaannya sekarang, anak kedua dari tiga bersaudara ini pernah menjalani pekerjaan mencuci botol minyak wangi dan mengumpulkan barang bekas yang ditukar dengan bawang merah.
Kini, ia memiliki tiga karyawan aktif yang dipekerjakannya di Mabesad untuk merawat taman disana.
Berasal dari keluarga yang kurang mampu, Roni kecil telah menjadi tulang punggung keluarga sejak usia 9 tahun, saat ayahnya meninggal dunia.
Ia menghabiskan masa SD dengan membantu ibunya berjualan sayur kangkung di pasar.
“Saya tiga bersaudara. Namun kakak dan adik saya tidak bisa berjalan, sehingga saya yang membantu ibu saya untuk mencari nafkah.
Waktu saya kelas 3 hingga 6 SD, setiap pulang sekolah, saya memotong kangkung di pinggir kali, kemudian dibawa pulang dan dijual oleh ibu saya,” kenang Hakroni.
Ia juga mengenang kerusakan yang terjadi pada indera penglihatannya.